rian julio

350 30 0
                                    

"Kamu yakin?"tanya papa di ruang keluarga.
"Ya! Aku harus mencoba hidup mandiri dari bawah pa.agar gak semena aja nanti gantiin papa"jawaban tegas pria muda itu membuat papanya menganggukan kepala.
"Tapi kan kamu waktu kuliah juga udah mandiri. Bayar semua sendiri. Mau mandiri gimana lagi??"tanya mama sewot.
"Ma. Aku ingin menempa hati ku. Biar kuat dan gak bergantung dengan orang lain.apalagi papa. Dan aku harus memiliki keyakinan tegas. Dengan aku merantau aku bisa merasakan lebih" jelas rian ambigu. Dia hanya ingin bebas.
"Terserah!" Mama ke kamar merajuk.

Rian julio. Pria berusia 26 tahun.Pria tinggi 170 dengan kulit eksotik. Wajah yang tegas dan tubuh tegap. Mata  coklat yang tajam penuh kelembutan. Rambut cepak hitam pekat. Kumis tipis menghiasi atas bibirnya. Senyuman yang manis dengan lesung pipi kirinya. Suara serak berat menjadi khasnya. Lulusan s2 managemen bisnis. Seorang anak dari mama tercantik sepanjang masa. Mama Elin Angelina dan papa adrian Smith (My Lovely Maid)

Merantau ke pulau kalimantan. Menikmati hidup dari hiruk pikuk kota jakarta dan bebas dari segala kemewahan dan peraturan sang papa. Awalnya tidak di setujui oleh orang tuanya. Alasan dengan mencari pengalaman membuat orang tua merestui niatnya. Hanya berbekal ijazah SMP dan ktp rian menyamar menjadi rian brahma.

Pagi ini dia tiba di pelabuhan pontianak. Menyusuri kota yang cukup padat menuju kota wisata yang cukup terkenal,singkawang. Sebenarnya dia ingin menuju ke banjarmasin atau balik papan hanya saja dia tidak setertarik itu ke sana.

Entah lah. Gue luntang lantung!

Beberapa kali mengecek layar hp nya untuk menuju lokasi tempat tinggal barunya. Menggunakan angkutan umum. Tetapi tidak sampai ke tempat lokasi langsung. Ini sangat melelahkan. Dia harus berjalan 1 km lagi untuk tiba di lokasi. Gps nya mulai lemah sesuai dengan daya baterai nya.

"Lepaskan!!" Suara teriakan wanita membuatnya mengangkat kepala dari layar hp. Di sana dia melihat seorang wanita di ancam pria. Sepertinya pria itu mabuk. Mungkin pria itu ingin memperkosa atau merampoknya. Dia berlari mendekati mereka.

Terlihat pria mabuk itu semakin mendesak sang wanita. Wanita itu sangat ketakutan. Dia baru segera menolong nya.

BUUGH!!

Tinju rian menggema di tengah kegelapan. Pria mabuk itu langsung tidak sadar kan diri. Dia memandang wajah wanita mungil yang di tolongnya.

"Lo gak papa?"sentuhan tangan dan bahu dari wanita itu membuatnya menegang.

Gue kenapa

"gak apa" sahutnya. Dia rian memandangnya bingung, karena gadis itu menggunakan bahasa lokal.
"Lo bisa pakai bahasa indo baku kagak? Gue gak ngerti bahasa lokal" rian hanya tersenyum.

"Akh! Aku gak papa. Aku pulang dulu ya?"
"Gue temenin sampai rumah. Khawatir gue"
"baiklah"

Mereka berjalan beriringan. Rian melirik wanita yang berjalan di sampingnya. Tubuh mungil yang imut dimatanya membuat hati nya berdesir. Dia belum pernah merasakan ini.

"Nama lo siapa?" Tanya nya menghilangkan keheningan dalam perjalanan.
"Nasya nashila. Kamu?"
"Gue rian. Rian brahma.Lo kenapa berjalan di sini malam malam?"
"Aku baru balik. Kamu bukan orang sini? Emang dari mana?"tanya Nasya. Rian kembali tersenyum.

Dia gugup

"Dari jakarta. Merantau ke sini. Bosan di sana gak betah. Baru datang tadi siang. Mau cari tempat kos. Dan hp gue kasi alamat dekat sini. Tapi belum ketemu" jelas rian.
"Oh. Itu tempat emak aku. nanti aku kasi tau emak kalau ada yang mau ngekos?!"ucap Nasya semangat kembali menggunakan bahasa lokal.
"Heh? Speak indo please??" Sahut rian kebingungan.
"Oh! Sorry! Nanti aku kasi tau emak ada yang mau ngekos. Ini sebentar lagi sampai kok!"
"Oke!

"Lo dari mana malam begini di luar?" Rian kembali membuka suara.
"Baru balik kerja"
"Kerja? Umur lo berapaan?" Nasya tertawa pelan. Merasa tersindir tetapi itu adalah fakta.
"21.Kamu?"
"Gue kira lo anak SMA. Sorry! Lo mungil banget soalnya.Gue 26" balas rian.
"Oh. Harus aku panggil abang dong" Nasya tersenyum.
"Terserah lo aja. Mmm. Masih jauh gak sih?"tanya rian.
"Itu rumah warna oren!"

Mereka melanjutkan perjalanan yang tinggal tiga rumah lagi. Cahaya lampu dari rumah kos an dan rumah Nasya membuat mereka menjadi saling jelas melihat wajah masing masing.

Tok.Tok.Tok.
Cklek!!

"Kok malam baliknya? Ewin umak teleponin tidak di angkat.Nasya balik dengan siapa?"tanya emak khawatir sambil merangkul Nasya masuk.
"Entah. Nasya juga gak bisa hubungi bang ewin. Jadi tadi Nasya balik pake mobil bis mini.bang rian ayo masuk?"Ajak Nasya. Emak langsung melihat kebelakang.
"siapa dia?" Tanya emak.
"Tadi Nasya hampir nak di copet mak. Bang rian nolongin tadi!"
"Ya allah. Makaseh ya bang!" Emak mengulurkan tangan. Rian hanya tersenyum dan mengangguk kepala.

"Kok malam balik?" Suara bapak menggema dari pintu kamar. Dia berjalan mendekati tiga orang yang duduk di ruang tamu. Matanya memandang penuh tanya pria yang pulang bersama anak gadisnya.

"siapa ini?"
"Bang rian. Mmm. Ngomongnya pakai bahasa indo baku aja. Bang rian gak ngerti" pinta Nasya.
"Dari mana?"tanya bapak.
"Jakarta. Baru datang merantau ke sini. Lagi cari tempat ngekos" tutur rian tegas. Bapak tersenyum melihat iris mata rian.
"Oh. Ada kamar ibu. Kamu pilih saja. Ada tiga kamar kosong. Di sini ada lima kamar. Dua kamar udah di isi anak kuliah. Nanti mak antarkan?" Emak tersenyum.
"Terimakasih"

"Mau kerja apa di sini rian?" Tanya bapak. Emak langsung ke dapur untuk buat minum Nasya masuk ke kamar untuk membersihkan diri. Ini bahkan sudah lewat tengah malam.
"Belum tau pak"
"Lulusan apa?" Tanya bapak menghirup kopi yang baru tiba di atas meja.
"SMP"
"Jadi kuli bapak mau? Sebelum kamu dapat tempat kerja yang kamu mau?"tanya bapak.
"Kuli bangunan pak?" Bapak menganggukan kepalanya.
"Boleh pak" sahut rian tenang.

NANA (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang