part 9

248 26 0
                                    

Sebulan kemudian

"Rian. Makanan di sini enak loh" suara wanita centil kenalan mama saat ini menemani kencan butanya.
"Mmm"

Wanita itu merengut. Memandang malas rian yang cuek dengan semua ajakan bicaranya. Dia kesal. Dia melemparkan serbet dan pergi meninggalkan meja nya. Rian hanya memutar mata malas.

Mama nya selalu saja membuatnya harus menjalani kencan buta. Bahkan saat ini usia 27 tahun membuat mama semakin gencar.

Mama gebelet pengen cucu

Rian memandang jalanan yang ramai. Memandang kosong. Saat ini pikirannya masih penuh dengan satu wanita di hatinya.

"Nana" gumamnya.

Ring!!

"Hallo?" Sapa rian saat menerima telepon dari sekretaris nya.
"Pak. Rapat dengan divisi keuangan akan di mulai"
"Baiklah. Gue sebentar lagi nih?"
"Oke"

Rian melajukan motor gede nya membelah jalanan. Dia menggunakan motor untuk menghindari kemacetan jalanan jakarta. Hampir setengah jam dia tiba di kantor nya. Kantor dengan desain yang cukup sederhana. Lantai kantor yang hanya lima tingkat itu lah tempat dia melepaskan semua kegundahan hatinya.

Deg!!

Dia berdebar hebat. Entah karena apa. Dia berlalu masuk ke dalam lift untuk ke ruang rapat. Rapat dengan anak divisi keuangan.

"Setelah ini bapak ada rapat dengan pak abraham dari sektor hotel di bali. Sepertinya dia ingin mengajukan perubahan hotel" jelas eko sambil berjalan di belakang rian meninggalkan ruang rapat.

"Rapat di kantin kantor jak. Gue laper!"

---

Dua minggu nana di sini. Dia di terima di perusahaan di jakarta ini. Lamaran melalui online yang cukup menyita waktunya. Bapak dan emak juga selalu menghubungi untuk bertanya kabarnya di sana. Hari ini adalah hari pertamanya tiba di sini.

Deg!!

Sebaran jantungan mengencang hebat saat tiba di lobi kantor. Mereka yang akan bekerja harus berkumpul di sini. Tempat kos an nana tidak jauh dari sini atas saran bapak. Hanya memerlukan lima belas menit saja. Itu pun hanya menyeberang jalan besar. Di lihatnya semua orang dengan nametag berkumpul. Belum ada tanda HRD untuk menyampaikan ucapan apa apa. Dia memandang bangunan lobi yang tertata indah.

"Kagum??" Tanya seseorang.
"Oh. Iya!" Sahut nana memandang gadis berambut pendek di sana.
"Kaku amat bahasa lo!" Sindir nya.
"Aku bukan dari sini. Aku dari kalimantan"
"Oh! Pantas! Gue lisa?" Lisa mengulurkan tangannya di sambut nana.
"Nasya"

Seorang pria paruh baya meminta mereka berkumpul. Mengenalkan diri sebagai pak imron HRD kantor yang akan mengurus mereka nanti. Dan ada dua orang di belakangnya. Lobi kantor terlihat sangat ramai saat ini. Seperti jam makan siang telah tiba. Nana mengarahkan tatapan nya di seluruh lobi.

Tatapan nya terkunci oleh seorang pria yang berdiri di antar orang yang berkumpul di depan pintu kantin kantor. Jas biru gelap. Punggungnya membuat nana berdebar. Dia seperti mengenal nya.

"Bang rian?" Mata nana memicing tajam saat melihat sekilas wajah pria tersebut. Tanpa di pikir lama nana langsung berlari meninggalkan barisannya dengan cepat. Dia menghampiri pria tadi. Bahkan tanpa peduli orang memanggil namanya.

Dia meraih bahu pria tersebut. Membuat pria tersebut menoleh kebelakang. Semua orang memandang nana heran.

"Bang rian?" Panggilnya. Pria itu memandang kaget wanita di hadapannya.
"Nana?"

Bang rian aja yang manggil aku gitu

PLAK!!!

Telapak tangan nana menampar pedas pipi rian. Semua memandang kaget. Bahkan bunyinya menggema di seluruh lobi yang mendadak hening. Belum sempat rian bicara nana langsung menghamburkan diri ke tubuh rian. Dia memeluk erat rian. Rasa rindunya terbuncah begitu saja. Begitu juga dengan rian. Dia membalas tak kalah erat. Dia merindukan wanita ini. Sangat. Bahkan mereka saling menangis dengan mata terpejam.

Semua memandang penuh tanya. Siapa wanita itu??. Biasanya bos mereka itu sangat cuek dan dingin dengan wanita yang terang terang menggodanya. Ini bahkan wanita yang menamparnya di peluk dengan begitu erat. Dua sejoli yang melepas rindu itu masih tidak peduli dengan sekitar. Bahkan saat mama elin menghampiri putranya yang memeluk erat wanita itu. Dia tau sekarang. Anaknya masih mencintai wanita yang di peluknya. Wanita yang telah menjadi istri orang. Tetapi kenapa bisa wanita itu di sini.

"Rian? Bawa ke ruangan mu" pinta mama menepuk bahu rian. Membuat rian sadar. Dia menghapus air mata nya dan juga nana. Dia memandang sekitar yang baru saja sadar dari pelepasan rindunya.

"Kita ke ruangan abang aja?" Rian menggunakan bahasa kampung nana. Membuat semua semakin heran.
"ok"

---

Di sinilah tiga manusia yang ber kumpul setelah meninggalkan lobi kantor yang heboh. Pasti akan ada hot news nantinya. Nana masih menangis di pelukan rian. Mama memandang wajah nana kesal.

Kok bisa bisa nya istri memeluk pria lain sebegitu eratnya. Gak malu!!

"Udah tenang?" Tanya rian lembut. Pandangan mata yang selalu membuat nana rindu.
"Abang kerja di sini juga??"tanya nana yang udah tenang menggunakan bahasa lokal singkawang. Dia masih tidak sadar dengan tatapan tajam wanita paruh baya di depannya. Serasa dunia hanya berdua.
"Abang bos nya di sini" jelas rian. Membuat nana memandang tanya. Mereka tidak peduli dengan papa adrian dan mama Elin yang duduk di depan mereka memandang heran.

Ngomong apa koe!!

"Bos?? Jadi abang nih anak orang kaya? kenapa mau jadi kuli??"tanya nana heran.

"Kuli??" Teriakan tanya sepasang suami istri di depan mereka membuat rian dan nana baru sadar. Dunia masih ramai.

"Mmm_" Rian menjadi salah tingkah.

"Apa kamu Nasya?" Tanya mama Elin dengan tatapan tajam. Tetapi tidak mengintimidasi nana.
"Ya bu!"

Ketenangan nana membuat rian dan papa adrian memandangnya.

"Apa maksud kamu rian jadi kuli?"
"Bang rian jadi kuli di tempat bapak mandor" jawab nana seadanya.

PLETAK!!

Jitakan dari pada mama di kepala rian membuat semua meringis.
"Kenapa jadi kuli??" Tanya mama tajam.
"Itu gak penting lagi ma" sahut rian santai. Dia kembali memandang nana. Membelai pipi nana seperti biasa saat nana menangis.

"Kenapa ke sini?" Tanya rian menggunakan bahasa lokal singkawang.
"Speak indo please!!" Tegur papa malas.
"Kenapa nana ada di sini?"pertanyaan rian membuat nana kembali memandangnya.
"Nana kerja di sini"

"Heh!!" Mama dan rian memandang aneh nana.
"Kok kerja di sini? Terus suami kamu kemana??"tanya mama mencoba menyindir nana.

Nana menundukkan kepala. Dia menghembuskan nafas kasar.

"Bang. Abang benar. Kalau ada yang berkhianat lebih baik di tinggal dari pada menyiksa diri"

NANA (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang