part 13

269 24 0
                                    

Nana dan rian keluar kamar dengan wajah segar. Rian menggenggam tangan nana. Sesekali mengelus punggung tangan nana dengan ibu jarinya. Mereka berbincang seadanya selama menuruni tangga. Mama dan papa rian yang melihat dari meja makan tersenyum penuh arti.

Ternyata putra ku telah dewasa

"Pagi" sapa nana dan rian.
"Pagi. Ayo sarapan?" Ajak mama. Papa hanya tersenyum memakan rotinya.

Mereka menikmati sarapan dengan hikmat. Tanpa pembicaraan. Ini sudah menjadi peraturan papa adrian untuk tidak bicara selama makan.

"Rian. Hubungi besan?. Percepat pernikahan kalian?"Pinta papa dengan suara tegas. Nana dan rian memandang orang tua penuh tanya.
"Ba_baiklah" jawab rian seadanya. Dia memandang mama yang tersenyum aneh.

Ada apa??

Dialihkan pandangannya pada nana. Nana hanya mengangkat bahunya. Rian meminum kopi nya dengan melirik papa adrian.
"Jangan lakukan lagi sebelum kalian menikah!"

"Uhuk! Uhuk!uhuk!" Rian tersedak air kopinya. Nana merona mendengar ucapan papa yang terkesan tajam penuh sindiran.

"Ehem!! Baik!"

Apa terlihat jelas!

Rian menatap nana horor. Wajah nana hanya semakin memerah dan menunduk dalam.papa berdiri untuk berangkat ke kantor dan mama mengantarkan ke depan.
"Rian. Istirahat ya??" Pesan mama sebelum menyusul papa.

---

"Bang? Umak bilang ok kalau nak buat acara nya minggu ini. nanti dia ngurus nya. Kita ikut aja. Siapkan diri?" Nana melaporkan pada rian yang duduk di teras belakang dekat taman.
"Hmm. nanti abang bilang ke mama. Na??"
"Kenapa bang?"
"Sorry?" Rian sedikit meringis mengingat drama tadi pagi.
"udah lah. Jangan di pikirin?" nana tersenyum lembut. Rian menarik nana dalam pelukan nya.

---

Kehebohan kedatangan keluarga rian dengan mobil memenuhi halaman rumah nana. Bang een dan kak raya juga begitu kaget melihat keadaan rian saat ini. Banyak orang kampung yang berbisik dengan gosip yang tiada henti selama acara.

Acara lamaran ini terpaksa menjadi acara pernikahan dadakan. Papa rian telah mengurus data rian dan nana ke KUA jakarta. Memang nana akan tinggal di sana setelah menikah. Emak bapak memang sedih tetapi memang telah menjadi konsekuensi nya putri nya menikah. Tetapi rian yang mengerti perasaan mertuanya memberi pesan bahwa mereka akan selalu mengunjungi mereka setiap bulannya.

Acara dengan adat melayu sambas yang akan di ikuti rian. Mulai dari acara hantaran sampai ijab kabul. Acara besar dengan sarakalan akan di laksanakan besok hari. Semua bahagia begitu juga dengan pengantin yang telah sah.

"Aku gak nyangka kuli ternyata bos!!" Suara berat di belakang nana dan rian membuat mereka menoleh. Pasangan suami istri dengan menggendong anak perempuan yang manis menyapa mereka.

Senyum rian luntur dalam sedetik. Tangannya merangkul erat pinggang nana erat. Nana hanya tersenyum manis dengan tingkah rian. Dan memandang keluarga ewin.

"Hallo!! Siapa namanya kak?"tanya nana mencubit pipi anak ewin.
"Laras. Laras salam mak long?"Pinta nisa pada anaknya.

"Selamat ya? Semoga lekas nyusul momongan ya?" Bang ewin mengulurkan tangannya pada rian.
"ok. Kau juga! Nambah lagi!" Sindir rian membalas jabatan tangan. Ewin tersenyum manis.

---

Malamnya keluarga besar masih berkumpul. Beberapa orang kampung masih sibuk membereskan acara pernikahan nana dan rian. Nana dan rian hanya duduk di teras depan memandang jalanan di depan rumah. Rian merangkul bahu nana yang bersandar di dadanya.

"capek juga nikahan pakai budaya melayu gini?" Keluh rian.
"Hmm"
"Na? malam ini kita tunda aja i? Abang capek banget" Pinta rian mengelus pipi nana.
"Hmm"

Rian mencium puncak kepala nana dalam. Menghirup wangi sampo dari rambut nana.
"Masuk aja bang. Nana mau tidur?"
"Hmm"

---

Mama dan emak sibuk membuatkan sarapan untuk keluarga nya. Nana belum dan rian belum bangun dari tidur nya. Papa dan bapak menikmati kopi di ruang tengah. Melihat beberapa berita pagi. Para orang tua terlihat akrab dengan cepat.
"Pa.pak. Ayo sarapan?"Panggil mama elin.
"Ya!"

"Mereka belum bangun?"tanya bapak pada emak.
"Kita dulu an aja. anak-anak nyusul nanti?"

Terlihat nana dan rian keluar dari kamar menuju dapur. Beriringan menuju kamar mandi di dapur untuk mencuci muka.

"Berapa ronde sayang?"Goda mama sesaat nana dan rian duduk di lantai mengikuti para orang tuanya makan pagi.
"Libur ma! Capek! Pulang ke jakarta nanti aja" sahut rian santai.
Semua orang terkikik pelan mendengar ucapan rian.

"Kapan kalian pulang?" Emak bertanya pelan. Papa hanya diam mendengarkan. Dia memang tidak menyukai berbicara disaat makan. Tetapi dia menghormati budaya di rumah keluarga nana.

"Lusa udah balik mak. Aku udah pesan tiket" sahut rian.

Mereka berbincang santai selama makan. Sesekali rian melirik nana yang dengan tenang makan. Bahkan menambah pasokan nasinya yang membuat rian geleng kepala.

Dia mungil tetapi makan banyak

Saat di rumah orang tua rian memang nana terlihat segan jika menambah porsi makannya. Padahal mama selalu menyuruhnya nambah saja jika masih lapar. Dan lihatlah sekarang. Mama hanya melongo memandang nana yang makan di porsi ketiga nya.

"Nasya? Badan mu kecil tapi makannya banyak ya?" Goda mama membuat nana tersenyum canggung.
"Aku rindu masakan emak,ma" kilah nana. Rian mencium pipi nana membuat orang tua tersenyum lembut.

NANA (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang