Nana masuk ke kantor dengan setelan kerja. Sebagai staf biasa dari divisi pemasaran dia memakai pakaian rapi. Blazer dan celana panjang bahan hitam. Rambutnya di ikat kuda. Membuat tampilannya energik. Pagi ini dia memulai kerja di tempat baru. Sebenarnya rian memintanya langsung resign. Tetapi nana menolak. Dia akan mati kebosanan di rumah besar rian. Yap! Setelah bertempur tiga lawan satu. Ekh! Lima lawan satu. Nana akhirnya menyerah. Dia tinggal bersama rian sampai acara lamaran. Dua minggu setelahnya menikah.
"Na?" Panggil rian sesaat nana keluar dari mobil mewah rian. Dia serasa jadi cinderella saat ini.
"Kenapa bang?"Cup! Rian mengecup pelan bibir manis nana. Ini bukan pertama kali nana di cium rian. Setelah pulang dari mall dengan mama hari itu. Rian seperti kepanasan. Rindu nya membuncah. Seperti kata mama. Pria yang terlalu menyimpan rindu itu ganas. Tetapi entah kenapa nana tidak bisa menolak sentuhan rian. Tidak seperti saat di sentuh ewin.
"Bang. Kita di kantor!" tegur nana. Rian tidak memperdulikan ucapan nana. Dia menarik tangan nana masuk ke dalam lift. Mengantarkan nana ke lantai tiga. Divisi pemasaran.
"Nasya ini meja mu?" Rian mengantarkan nana sampai ke meja kerjanya. Nana tersenyum sekilas. Rasanya bulu kuduknya berdiri. Dia memandang sekilas ruangannya. Ada sekira 12 orang di divisi pemasaran.
Cup! Rian mencium bibir nana lagi.
"Abang!" Tekan nana. Dia mendorong tubuh rian menjauh. Rian hanya terkekeh pelan dan berbisik di telinga nana.
"Jangan dengerin omongan orang. Biarkan saja!" Nana hanya menganggukan kepala.Setelah rian masuk ke dalam lift meninggalkan nana semua orang di divisinya bahkan manajernya berkumpul di meja nana. Sepertinya pendapat rian untuknya tidak bekerja lebih tepat.
"Lo siapa nya bos sih??"
"Kok bisa loe anak baru mesra begitu dengan bos"
"Lo kenal bos gimana??"Semua pertanyaan mereka nana jawab dengan senyuman.sampai satu suara menggema di depan pintu lift.
"BEKERJA!! JANGAN URUS URUSAN SAYA!!"
Suara tajam itu membuat mereka kembali ke meja masing masing. Rian berjalan menuju meja nana. Dia menyerahkan tas nana yang tertinggal di kantornya kemarin.
"Thanks bang!"
"Mmm"---
Semua orang di kantor memiliki tatapan yang berbeda. Kabar kabari tentang hubungan rian dan nana menjadi hot news di kantor selama seminggu. Banyak spekulasi yang unfaedah tersebar. belum lagi dengan cara bicara dua insan yang bikin karyawan ketar ketir tidak mengerti.Tetapi tidak membuat nana panas dingin. Dia bersikap tenang. Sikap itu semakin membuat orang tua rian menyukainya. Karena bukan nana yang panas dingin malah mama mertuanya.
"Bang? Makan?" Nana membawa bekal dari rumah. Semenjak nana bekerja di sini nana yang membawa bekal untuk rian. Sedangkan mama hanya membawakan bekal untuk papa.
Rian terlihat lelah. Dia melepaskan dasinya kasar. Berjalan ke sofa di mana nana duduk.
"capek bang?"
"Ada masalah proyek aja"
"Makan dulu. Mun pusing jangan nak di paksa. tidur aja?" pinta nana. Rian berjalan menuju pintu ruangan, menguncinya pelan. Entah kenapa dia merasa perlu pelepasan. Dan itu membuat nana bimbang."Kenapa bang?"
"nanti aja makan. Abang perlu nana" suara parau rian membuat nana diam. Dia bukan tidak paham maksud rian.
"Tapi bang__" kata kata nana teredam bibir rian. Rian menciumnya lembut tetapi penuh tuntutan. Dia perlu pelepasan. Setiap dekat dengan nana membuatnya panas. Dia telah mencoba berbagai cara untuk melepaskan dirinya."Bang. ini kantor" tegur nana.
"Kite balik aja i?"Rian langsung melempar jasanya. Mengambil kunci mobil. Menarik tangan nana yang kosong dari pegangan bekal. Dia bingung dengan rian. Kenapa sepertinya pikiran nya terlalu kacau.
Rian hanya bimbang. Di satu sisi dia tidak dapat menahan tiga minggu lagi lamaran tetapi dia serasa ingin langsung menikahi nana. Mereka berlalu begitu melewati para karyawan saat menuju lobi. Rian meminta supir kantornya mengantarkan mereka pulang.
Selama perjalanan rian memeluk nana erat. Nana hanya diam. Lebih ke gugup. Apa jika dia menolak bang rian akan seperti bang ewin yang meminta pelepasan dengan yang lain.
Aku harus apa??
Rian merangkul pinggang nana. Menghirup leher nana dengan hidung mancungnya. Dia seperti telah meminum obat perangsang. Dia panas.
"Abang kenapa??" Tanya nana."Nana?" Suara rian semakin serak. Nana merasakan tubuh rian panas. Di memegang dahi rian.
"Ya allah bang. Abang demam. Pak cepetan ya??"Nana terlihat khawatir. Kenapa tiba tiba suhu badan rian panas. Sepertinya rian terlalu kelelahan Dia membelai muka rian dengan lembut. Lehernya. Membuat rian menggeram.
---
Nana di bantu satpam dan supir membawa rian ke kamarnya. Pembantu rumah terlihat khawatir memandang majikan mudanya yang tak sadar kan diri.
"Mbok. Telepon papa ya? Sama dokter juga?" Pinta nana.
"Baik nona!"Nana membuka sepatu dan pakaian rian yang telah basah oleh keringat dingin. Dia mengganti kan baju rian dengan kaos tipis dan celana kain pendek. Dengan mengompres tubuh rian. Panasnya sampai 42,8°. Sangat tinggi. Dokter hanya mengatakan tubuh rian drop Karena kelelahan. Nana masih sibuk mengurus rian saat papa dan mama tiba.
"Sayang? Kok bisa gini sih?"tanya mama membelai kepala rian. Dia melihat nana yang terlihat khawatir.
"Kamu istirahat dulu. Makan. Mbok bilang kamu belum makan. Mama ganti jaga" perintah mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
NANA (Complete)
RomanceAssalamualaikum! NANA gadis berusia 21 tahun menjalin cinta dengan kuli bangunan yang menyewa tempat kos san bundanya. hingga perpisahan harus terjadi. kegagalan pernikahan membawanya bertemu dengan kuli bangunan yang telah berubah nasib. apakah ini...