part 7

246 28 0
                                    

Seminggu sebelum hari H

Rian membereskan barang seadanya. Dia telah menghubungi mama kalau dia akan pulang hari ini. Seminggu lagi wanita yang di cintanya akan menjadi milik orang lain. Dia bahkan terlalu takut untuk mengatakan bahwa dia mencintai wanita itu. Wanita mungil nya. Dia tidak ingin menambah beban nana dengan mengatakan isi hatinya.

"Kamu dah siap? Bapak antar sampai depan?" Bapak menawarkan diri.
" udah pak. Mak? Nih kuncinya?"Rian menyerahkan kunci kamarnya. Emak menangis. Baginya anak kosannya udah seperti anak sendiri. Rian memeluk tubuh emak erat. Dia akan merindukan emak cerewet ini.

"Kamu beneran gak nunggu Nasya balik?"tanya emak mengurai pelukan nya.
"jangan mak. Berikan ini aja sebagai hadiah pernikahan nya nanti" rian menyerahkan kotak hadiah dengan emak.

Dia harus kembali sebelum luka tanpa darahnya semakin menganga lebar. Dia tidak sanggup. Tidak akan pernah sanggup.

"Ayo!"

Bapak dan rian melajukan motor dengan pelan menuju ujung jalan besar untuk menaiki bis antar kota menuju bandara pontianak nantinya.

"Semoga kamu jumpa dengan jodoh yang lebih lagi rian. Tapi jangan lupakan kami. Mainlah kapan kapan?" Ucapan bapak seperti mengerti isi hati rian. Rian memeluk bapak dan bersalaman sebelum naik bis.

---

Nana pergi kerumah mertuanya untuk mengurusi data di KUA. Dia menggunakan motor bang een saat ini. Karena ewin tidak bisa di hubungi lagi.

"Nasya. Masuk!"
Nasya bersalaman dengan calon mertuanya itu.
"Kok ke sini? Ewin nya mana?"tanya mama ewin.
"Loh! Ewin gak di rumah mak? Aku gak bisa hubungi no hpnya?"Nana terlihat panik.
"Tadi dia pamitnya buat jumpa dengan Nasya. Gak ketemuan?" Nasya menggelengkan kepala. Dia memandang heran. Suasana hatinya kalut.

"iya lah mak. Nasya balik aja. Nanti bilang dengan bang ewin Nasya datang" pamit nana.

Dia mengendarai motor metik dengan pelan sampai matanya bertemu satu titik. Seorang pria yang sedang mengendarai motor besar di hadapannya. Dia mengikuti motor itu dari kejauhan terlihat dia menuju ke arah selatan kota.

Nak kemana dia?

Nana terus mengikuti sampai motor gede ewin tiba di sebuah kos an. Nana membuka helmnya saat di lihatnya ewin masuk ke salah satu kamar. Nana mengintip di jendela kamar dan air matanya tak terbendung lagi. Di sana dia melihat ewin yang sedang bercumbu dengan seorang wanita dengan panasnya. Hati nana sakit. Kecewa. Dia mencoba untuk tetap tenang. Tangannya menghapus air matanya. Kakinya melangkah pelan menuju pintu.

Tok.Tok.Tok.
Clek!

"Nasya!!" Dan benar saja. Ewin membuka pintu dengan keadaan topless
"Boleh masuk?"ucap nana tenang.
"Siapa bang? Na_Nasya!!" Seorang wanita yang dia lihat di mall dengan alasan saudara oleh ewin saat itu membuat hatinya semakin perih. Tetapi air matanya sekuat tenaga ia tahan.

"Boleh masuk kak? Aku mau ngomong?" Pinta nana lembut. Kedua orang di depannya hanya menurut dengan wajah pias.
"Silahkan"

Mereka duduk berhadapan. Sesekali nisa memandang sinis nana yang tidak merubah tatapan nana yang lembut. Dia tetap menjadi nana berhati lembut. Nana memandang sekilas mereka berdua. Tanpa ada yang membuka suara.

"Udah berapa lama bang?" Tanya nana.
"Jalan enam" seperti tau maksud nana ewin menjawab santai.
"Kenapa di lanjutkan nikahnya?"  Nisa tidak bersuara. Dia hanya memeluk tubuh ewin erat. Begitu juga sebaliknya.
"Aku gak tau" jawab ewin. Ya dia masih bingung sampai sekarang

Nana memperhatikan nisa dari atas sampai bawah.

Jika mereka bercumbu seliar tadi berarti mereka telah melakukan lebih

"Udah hamil?"tanya nana membuat dua sejoli di hadapannya kaku.
"U_Udah"sahut nisa memandang heran nana.
"Nikahi dia bang. Lepaskan aku! Aku ikhlas. Untuk penjelasan dengan bapak nanti aku aja. Abang urus aja urusan keluarga abang. Nasya pamit. Mau pulang. Jage dedek nya ya kak?" Nana keluar setelah tersenyum lembut pada mereka. Ewin hanya membalas senyuman nana sekilas. Hatinya perih. Tetapi ini lah takdir. Nana bukan jodohnya. Ewin memeluk nisa erat.

---

Nana berlari masuk ke kamar saat tiba di halaman rumah. Bapak dan emak yang melihat saling pandang. Mengikuti nana yang berlari ke kamar.

Tok.Tok.Tok.

"Nasya!" Panggil emak.
"Dia perlu waktu. biarkan?" Pinta bapak menarik emak ke ruang tengah. Emak hanya memandang sendu pintu kamar putrinya. Jika putrinya sedang ada masalah pasti akan seperti itu.

---

Hampir tiga jam nana menangis tetapi tidak juga mendapat ketenangan. Dia melihat keluar jendela. Dia membutuhkan obat tenangnya. Orang yang bisa menenangkan nya.

Bang rian

Dia langsung berlari keluar dan mengetuk pintu kamar rian.

"Bang!! Bang rian!!" Teriak nana.

Emak dan bapak yang mengikuti dari belakang melihat heran putrinya. Bapak menyentuh bahu nana membuat nana kaget

"Bapak?" Tanya nana.
"Rian dah balik" tiga kata satu kalimat dari bibir bapak membuat nana membeku. Kenapa semua orang yang di sayangnya meninggalkan dia di hari yang sama. Menambah lukanya yang semakin dalam.

"Kita ngomong di rumah?" Bapak menarik bahu nana ke rumah. Emak melirik pintu kamar rian dengan penuh keharuan.

Rian ,cinta mu terbalas nak

---

"Kenapa?"tanya bapak dengan nada tegas.
"Pernikahan batal pak. gak bisa dilanjutkan" bapak memandang heran nana. Begitu juga emak.
"Apa karna rian??"
"Bukan. aja karna kami berdua. Aku gak bisa membahagiakan bang ewin. Sehingga bang ewin main di belakang dan sekarang wanita itu hamil. Aku dah ngomong emak bang ewin dan memberikan dia pengertian. Mereka meminta maaf atas perilaku bang ewin" jelas nana. Emak merasa geram tetapi pelukan bapak meringankannya.

"Kapan bang rian balik pak?" Tanya nana setelah bapak dan emak hanya diam.
"Pagi tadi. Dia ada kasi hadiah. Ada di kamar Nasya" sahut emak.
"Kamu mencintainya?"Suara bapak seperti jarum tajam menusuk kulit.
"Aku gak tau pak. Yang jelas. Nasya memerlukan bang rian" Nasya tertunduk.
"Kalian saling memerlukan. Itu tahap kalian. Bapak rasa rian bahkan telah sampai di tahap dia mencintai mu" pernyataan bapak membuat nana menatap iris mata bapak. Bapak menganggukan kepala.

Benarkah??

"Apa itu alasannya pergi??" gumam nana yang masih terdengar bapak.
"Dia gak sanggup melihat wanita yang di cintai menjadi milik orang lain. Tetapi sepertinya takdir berkata lain. Berdo'a dan ikhlas kan" saran bapak yang di balas nana dengan senyuman. Memikirkan bang rian saja dia lupa masalahnya dengan bang ewin.

NANA (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang