part 16

391 33 0
                                    

Nana terlihat tenang keluar dengan tas. Dia mencuci tangannya di wastafel. Tiga karyawati sedang sibuk membetulkan riasan wajah nya. Mereka masih terlihat santai bergosip. Tidak mengenal nana dengan pakaian resmi dan rambut tergerai.

"Gue rasa bos cari ladang baru karena istrinya mandul"
"Iya lah. Bibitnya aja dari kampung hutan kalimatan, kalah sama bos yang bibit unggul" tegas wanita dengan setelan biru.

"Mbak tolong ambilkan tisu dong?"Pinta wanita setelan hijau kepada nana yang mengambil tisu langsung untuknya.
"Thanks!" Ucapnya saat nana menyerahkan tisu.
"Your welcome"

"Karyawan baru mbak?"Tanya wanita setelan biru memandang nana. Sepertinya mereka melupakan wajah istri bos yang telah lama tidak tampil.

Aku aja kerja sebulan. Mana bisa nak ngingat

"Ya mbak. Permisi ya mbak?"Pamit nana ramah. Dia tidak emosi dengan semua gosipan jelek tentangnya. Dia langsung menuju ke ruangan rian.

Tanpa mengetuk pintu nana masuk setelah di sambut sekretaris pertama rian yang merupakan sekretaris lama papa. Nana melihat seorang wanita dengan pakaian kurang bahan dan dada terbuka. Belum lagi riasan bonekanya. Membuat nana malas. Wajah tidak suka terpantri di wajah boneka kunti itu melihat nana berjalan santai ke kursi rian dan duduk di sana.

Rian pasti ke kamar mandi

"Heh!! Loe karyawan baru sok banget sih!! Itu mas sekre kok di biarin sih orang begini masuk!!"omel wanita kunti itu dengan suara centil memandang nana kesal.
"Ayo keluar!!" Nana di tarik paksa oleh nya untuk keluar ruangan. Jelas nana langsung menghempaskan tangan melepaskan kaitan kunti di depannya.

"Mbak boleh keluar sekarang. Saya yang akan mengurus pak rian" ucap nana datar. Wanita kunti semakin kesal dia menarik lengan nana hingga nana meringis. Tubuh nya yang mungil membuatnya mudah di tarik wanita yang tinggi seperti model itu.

"Loe kurang ajar!! Loe kira loe siapa Hah!!"teriak wanita kunti itu di depan wajah nana yang datar.

Nana dengan santai melepaskan pegangan di lengannya dan berbalik untuk duduk kembali. Wanita kunti itu marah, dia merasa di rendahan atas kecuekan nana. Dia menarik bahu nana, dengan marah dia hampir akan menampar nana sebelum suara pria dengan nada dingin yang berteriak.

"JESIKA!!!"

Dua wanita itu memandang wajah pucat bos nya dengan senyuman masing masing. Nana berjalan ke meja kantor rian untuk mengambil bag pakaian. Sedangkan jesika.

"Bos?? Perempuan itu datang gak pakai sopan santun. Main menyelonong aja. Terus dia duduk di kursi bos" jesika mengadu dengan wajah memelas dan suara mendesah. Rian tanpa peduli dengan ucapan jesika berjalan gotai menuju istrinya yang menyiapkan pakaiannya. Dia memeluk tubuh istrinya menghirup aroma tubuh nana yang menenangkan. Setelah hampir tiga jam dia mendekam di kamar mandi mengeluarkan isi perutnya.

Jesika yang melihat adegan itu mendadak diam.

Siapa cewek itu??

"Sayang?" Panggil rian membuat jesika tegang.
"Nih.ganti dulu bang? terus kita ke rumah sakit" balas nana lembut. Jesika memandang nana bingung apa yang di omongin?

Rian melepas Pelukan nya dan masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Nana memandang malas jesika yang masih berdiri tegak di sana. Nana duduk di kursi kebesaran rian dengan santai. Mata nya memandang menilai dari atas sampai bawah tubuh jesika.

"Besok kamu pakai rok di bawah lutut ataupun celana. Dan pakai bluse. Saya gak mau lihat kamu pakai kemeja lagi" suara tegas nana menusuk kulit jesika. Tetapi jesika kembali sadar dan memandang remeh nana.

"Loe istri mandul bos ya? Cih! Gak perlu sok berkuasa loe. Mandul aja kok bangga" ejek jesika.

Nana mengangkat ganggang telepon menghubungi sekretaris pertama bang rian.
"Ya bos?"
"Mas. Pecat jesika sekarang atas penghinaan saya. Buktinya saya kirim lewat email" pinta nana lembut,matanya memandang jesika yang diam mematung.

Jesika hampir mengamuk sebelum rian keluar dengan tampilan lebih segar. Rian tanpa bicara berjalan ke arah nana mengambil kunci mobilnya.
"Yuk! Langsung pulang aja? Kita makan di rumah?"Pinta rian melihat tempat bekal yang di bawa nana.

Mereka berjalan tanpa memperdulikan jesika yang masih berdiri tegak di ruangan rian. Nana mengambil tempat bekal dan berjalan di samping rian.

"Jesika. Kemas meja loe hari ini" perintah rian dengan suara datar dan tajam membuat jesika runtuh ke lantai.

---

Dokter pria paruh baya duduk kembali ke kursinya setelah memeriksa tubuh rian. Nana terlihat khawatir melihat wajah lesu rian yang duduk di sampingnya.

"Gak ada penyakit apapun mbak. Dan gak masalah. Cuma mual,muntah dan kurang bertenaga. Jadi saya berikan vitamin dan obat pereda nya. Silahkan di tebus di apotik depan"

"Thanks dok"

---

"Na? Kita ngapain cek up kandungan? Aku gak bisa hamil na?" Rengek rian di pundak nana membuat wajah nana memerah akibat ucapan rian. Semua orang yang melihat nana jadi tersenyum geli.

"Bang. Nana yang cek up kok. Mama yang minta?" Bujuk nana.

---

Nana menyerahkan alat test pack ke perawat dan melakukan pengujian lainnya. Rian yang terlihat lesu berbaring di bankar pemeriksaan. Perawat memandang heran kepada sepasang suami istri ini.

Hampir setengah jam saat dokter membacakan hasil tesnya.

"Selamat pak buk. Anda positif! Usianya dua minggu" Seru dokter di hadapan nana yang tersenyum bahagia.

Akhirnya. Alhamdulillah.

"Jadi istri saya yang hamil dok. Tapi kok saya yang jadi morning sickness begini??" Keluh rian lesu. Dokter dan perawat hanya tersenyum lembut.
"Itu artinya bayi anda dan anda sangat terikat. Ibunya dan baby nya pasti sangat menyayangi anda. Dan itu lebih baik anda. Karena akan lebih bahaya jika ibu nya yang mengalami. Itu bisa membuat ibu dan bayi kekurang gizi" rian menganggukan kepala mengerti. Dia memeluk nana dan mencium puncak kepala nana.

---

"Alhamdulillah!! Selamat sayang!!" Mama Elin langsung memeluk nana. Begitu juga papa yang masih tertawa saat rian terlihat pucat menggantikan nana morning sickness.
"Alhamdulillah. Aku udah kasi kabar ke emak. Dia juga udah ucapan selamat" suara lesu rian membuat mama elin tidak tega dengan lembut dia duduk di samping rian dan mendorong kepala rian berbaring di paha nya. Dia mengelus lembut kepala anak semata wayangnya.

"Jagalah istri dan anakmu sayang!"

NANA (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang