5.

389 85 1
                                    

chan memperhatikan teman-teman kampusnya yang melemparkan print out materi setelah ujian mereka berakhir, merasa lega karena begadangnya memiliki hasil. ia senang menjadi mahasiswa jurusan musik, tapi bukan berarti ia tidak lelah menganalisa musik yang diberikan dosennya. ia juga masih manusia, kau tahu?

chan melihat jam, sedikit terkejut karena waktu sudah menunjukkan pukul enam sore. ia segera mengabari woojin, yang anehnya tidak langsung dibaca. biasanya woojin akan langsung membaca pesannya; kecuali jika pemuda itu sedang sibuk; tapi seingatnya woojin mengatakan jika ia tidak memiliki kegiatan apapun dan masih berada di agensi. 

beep... beep... click.

"woojina?"

"chan... aku..."

"waeyo? gwenchanayo?"

"nanti aku ceritakan saat ketemu, aku tidak bisa menjelaskannya di telpon. sudah selesai?"

"sudah, kamu masih di agensi kan? aku ke sana sekarang, jangan bergerak," chan mendengar woojin mengatakan ia masih di lobby agensi sebelum menyuruhnya menunggu di sana dan menutup teleponnya.

"ya, aku balik duluan, ada janji."

chan membereskan barang-barang miliknya dari atas meja, melambaikan tangannya yang dibalas teman-temannya dengan boo. ia harus segera bertemu woojin.

ʕ'•ᴥ•'ʔ

woojin memandang ke depan dengan pandangan kosong, masih tidak percaya dengan pembicaraannya tadi dengan direktornya. tangannya menggenggam berkas kontrak, kakinya bergerak naik turun dengan gugup. 

"saya tahu ini terlalu mendadak, tapi saya menganggap kamu memiliki bakat dan kemampuan untuk debut sebagai soloist. mungkin trainee dua tahun kurang terlihat sebentar, tapi saya tahu durasi trainingmu sebelumnya juga sudah panjang. jangan khawatir, kamu masih bisa memikirkan nya terlebih dahulu, tapi saya berharap kamu mau mengambil kesempatan ini."

woojin mendongak, menampar wajahnya pelan, masih tidak percaya meski bukti fisik berupa kontrak sudah ada di tangannya. ia masih belum sadar sepenuhnya dari shock saat chan menelpon nya. tangannya mengambil ponselnya tanpa sadar saat benda itu bergetar dari kantung jaketnya, menggeser simbol hijau dan mengarahkannya ke telinga.

"..."

"chan... aku..."

"..."

"nanti aku ceritakan saat ketemu, aku tidak bisa menjelaskannya di telpon. sudah selesai?"

"..."

"hm, aku masih di lobby. iya, terima kasih, chan."

woojin menunggu chan mematikan teleponnya sebelum menjauhkan ponselnya dari telinga, tangan nya jatuh begitu saja di lengan sofa. ah, bagaimana menjelaskan ini kepada chan saat ia masih belum bisa percaya pada kesempatan yang diberikan kepadanya? bagaimana jika woojin ternyata belum siap untuk debut? bagaimana jika ini hanyalah sebuah lelucon? bagaimana jika...? 

woojin tidak bisa menghilangkan semua pertanyaan yang ada di kepalanya.

ʕ'•ᴥ•'ʔ

chan keluar dari bis, mengarahkan langkahnya menuju gedung agensi yang bisa dia lihat dari kejauhan, berharap ia tidak terlalu lama dan woojin sudah lelah menunggunya. ia mengusak rambutnya sebelum memasuki gedung agensi, mendapati woojin yang terduduk di sofa dengan pandangan kosong. ia bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan sahabatnya ini?

tangan chan menepuk woojin, menyadarkan pemuda di depannya yang sebelumnya memandang kosong ke depan, tidak menyadari keberadaan chan di depannya. woojin mendongak, menatap wajah chan. chan bisa melihat seribu pertanyaan di mata woojin, dan rasa takut? 

"jin? gwenchanayo?"

woojin mengangguk, tapi chan tidak percaya pada temannya itu. woojin berdiri, menggenggam lengan chan, matanya bergetar.

"ayo pergi, aku jelaskan di sana. sungguh, chan, aku tidak apa-apa, hanya... bingung?"

chan tidak punya pilihan lain selain mengikuti kata woojin, ia mengapit tangan woojin yang ada di lengan nya dan mengarahkan pemuda itu pergi untuk berjalan di sampingnya. ia menunduk ke arah satpam agensi yang sudah cukup mengenalnya sebagai pemuda yang menolak menjadi trainee sekaligus teman salah satu trainee di sana, sebelum berlalu bersama woojin.

'is he really okay tho?' pikir chan.

ʕ'•ᴥ•'ʔ

chan melihat woojin yang duduk di depannya sambil memegang drumstick, biasanya woojin akan langsung melahap ayam gorengnya sambil tersenyum, tapi tidak untuk kali ini. chan hanya bisa menunggu sampai woojin sadar dari pemikirannya sendiri dan menjelaskan kepada chan apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang membuatnya menjadi seperti zombie. sungguh, chan tidak bisa tidak khawatir melihat bear nya seperti ini.

"jadi..." chan segera memandang woojin yang mulai bersuara, mengisyaratkan pemuda itu untuk melanjutkan, "tadi setelah latihan, setelah felix menelponmu, direktor memanggilku."

"lalu? jangan bilang dia mengeluarkanmu?!"

woojin menggeleng, matanya bergetar lagi, "bukan, beliau... menawarkanku untuk debut."

"HAH? JJINJA?"

"iya, aku... aku masih tidak percaya. maksudku, aku bahkan belum genap dua tahun di sana, aku bukan orang dengan masa training yang lama. apa beliau bercanda? jangan-jangan ini cuma lelucon april mop?"

chan menggeleng, masih takjub, "tidak mungkin, direktor tidak mungkin melakukan itu. woojina, direktor menemuimu langsung. apa menurutmu beliau akan melakukan hal seperti itu?"

"nggak, aku tau itu tidak mungkin. tapi aku hanya merasa... takut? bagaimana jika aku masih belum siap? bagaimana jika aku mengacaukan semuanya? aku takut, chan." woojin meletakkan drumstick nya sebelum menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya.

chan berdiri dari duduknya, sebelum berjongkok di kursi sebelah woojin, tangannya menggoyangkan badan woojin yang masih terpekur. pemuda di depannya memiringkan kepalanya, melirik ke arah chan.

"listen to me, bear. aku sudah mengenalmu setahun lebih, aku tau bagaimana vokalmu, aku tau bagaimana kemampuanmu. kamu adalah orang paling pekerja keras yang aku tau. mungkin waktumu di jyp memang masih sedikit, tapi coba beritau aku berapa lama kamu berlatih di agensi sebelumnya?" woojin menggumamkan jawabannya, chan tersenyum, "aku yakin direktor membuat keputusan ini dengan mempertimbangkan hal itu, jadi... jangan merasa rendah seperti itu, okay? aku tau kamu bisa, bear, kamu percaya padaku, kan?"

chan tersenyum puas saat woojin mengangguk, "aku tidak mau memaksamu untuk mengambil kesempatan itu, tapi aku hanya mau kamu tau kalau kamu berhak mendapatkannya. jangan pernah berpikir kalau kamu tidak pantas atau aku akan marah. jangan takut, aku di sini, aku akan selalu mendukungmu."

chan terjungkal ke belakang saat woojin menabraknya, ia segera melingkarkan lengan nya untuk menangkap pemuda itu, membiarkan woojin menenggelamkan wajah di bahunya. chan merasakan kausnya basah, tersenyum dan menepuk-nepuk pemuda di pelukannya. ia tidak memperdulikan pandangan orang lain yang kebetulan duduk atau pun berjalan di sekitar mereka, fokusnya hanya pada pemuda di lengannya. 

"terima kasih, chan."

"don't worry about it, bear. sekarang ayo makan ayamnya sebelum semuanya dingin, aku memesan satu kotak besar. chris is hungry!"

woojin tertawa, chan berharap pemuda itu akan selalu tertawa seperti itu.






This Love [ B. Chan x K. Woojin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang