"chan, maafkan suami ku yang sangat dramatis ini. dia memang sangat menyayangi woojin, makanya dia mengatakan itu," ibu woojin tersenyum, "saya juga mau mengucapkan terima kasih karena sudah menjaga woojin selama kami tidak bisa ada di sisinya. terima kasih banyak, chan."
chan mengangkat kepalanya, "um, tidak perlu berterima kasih, nyonya."
wanita itu memandang ke arah chan sembari tersenyum lembut, "tolong jaga woojin kami ya? seperti yang dikatakan suami ku, mungkin ini terlalu awal tapi mama percaya padamu."
chan mengangguk keras, sedikit merasakan kepalanya pusing karena terlalu kerasnya. jaejin di ujung meja terbatuk, membawa perhatian chan ke arahnya yang memandang dengan senyum, namun chan bisa melihat keseriusan di kedua mata itu.
"chan, aku memang tidak punya tanggung jawab sebesar orang tua kami, tapi sedikit saja kamu melukai woojin atau jika dia meneleponku sambil menangis, kau harus menjawab padaku. dia selalu akan jadi adik kecilku, jadi tolong jaga dia."
woojin melotot ke arah kakaknya, ia tidak menampik perasaan tersentuh karena permintaan kakaknya kepada chan, namun di saat yang sama ia merasa tersinggung karena dipanggil 'adik kecil', "hyung! aku sudah besar, aku bisa menjaga diriku sendiri!"
jaejin tertawa melihat adiknya yang merengut dengan air mata dan ingus mengalir dari mata dan hidungnya, melihatnya membuat ia teringat woojin kecil yang memanggilnya sambil menangis saat terjatuh belasan tahun yang lalu. jaejin kembali melihat ke arah chan, tersenyum dengan pandangan tajam yang dibalas chan dengan anggukan sama kerasnya yang diberikan kepada ibu woojin.
"papa, mama, dan hyung menakuti chan. aku sudah besar, seharusnya kalian tidak meminta chan untuk menjagaku," ucap woojin sambil merengut, membuat semua orang yang berada di meja itu tertawa, tidak terkecuali chan.
woojin merengek cukup keras, memecah atmosfir yang ada di meja makan itu. chan mendudukkan dirinya kembali di kursi, melihat adegan yang mungkin sering terjadi di ruangan itu saat woojin masih kecil dengan senyum sayang.
"untung ayahmu memberikan ijinnya, kalau dia melarang kalian, mama bisa jamin ia akan tidur di sofa seumur hidupnya," kata ibu woojin yang menyebabkan tawa pecah di ruangan itu, ayah woojin memandang istrinya dengan cemberut.
chan merasakan tangannya digenggam, ia melirik ke bawah melihat tangan woojin yang menyelimuti tangannya dengan lembut. ia menaikkan pandangannya ke wajah woojin yang melihatnya dengan sayang, bibirnya tertarik ke atas saat woojin menggumamkan terima kasih.
"hey! jangan menyebar cinta di sini, aku masih jomblo!" teriak jaejin.
"kau sudah tua, kapan kamu membawa pacarmu ke sini? lihat jinnie saja sudah membawa pacar!"
"mama!"
ʕ'•ᴥ•'ʔ
woojin membaringkan badannya di samping chan. makan malam sudah lama usai, ia baru selesai membersihkan tubuhnya dan sekarang memandangi chan yang sedang memainkan ponselnya sambil tersenyum.
"channie," panggilnya.
chan meletakkan ponselnya, memiringkan tubuhnya untuk melihat ke arah pemuda di sampingnya, "iya?"
"maaf karena orang tua dan kakakku berlebihan, jangan dianggap beban ya?"
pemuda itu terkekeh, mengelus pipi gembil woojin dengan halus seolah-olah ia bisa terluka jika chan menggunakan tenaga berlebih, "aku tidak pernah menganggap itu beban, aku tahu tanggung jawabku saat aku mengatakan perasaanku padamu, bear."
"tapi," kata-kata woojin terpotong saat chan mencubit pipinya.
"mereka sangat menyayangimu, makanya mereka sampai mengatakan hal seperti itu. mereka tidak berlebihan sama sekali, justru aku akan kaget kalau mereka tidak seperti itu. mungkin kamu tidak bisa melihatnya, tapi aku bisa melihat kalau mereka benar-benar sayang padamu, dear."
woojin menghela napas, ia hanya bisa menerima jawaban dari chan karena jika ia melawan lagi, argumen ini tidak akan ada akhirnya, "aku jadi takut bertemu keluargamu lagi. bisa jadi aku akan dibantai oleh ayahmu, ibumu, dan juga kedua adikmu."
"sepertinya malah mereka yang akan memintaku untuk menjagamu," jawab chan sambil tertawa, "orang-orang menyayangimu, dear. aku tidak tau kenapa kamu tidak bisa melihatnya, tapi luaskan pandanganmu, mereka semua menyayangimu."
"hey, mungkin mereka akan bercanda dan bilang padamu untuk menjagamu. tapi aku tau persis mama bang dan papa bang, juga lucas dan hannah akan menarikku ke pojok saat kamu nggak ngelihat, dan mereka akan mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan papa, mama, dan jaejin hyung," sambung woojin sambil tersenyum, "they love you so much, babe."
"just like your family love you, dear."
woojin menggumamkan persetujuannya, memiringkan badannya untuk memandang chan dengan lebih baik. tangannya naik untuk mengelus rambut hitam itu, kemudian turun ke matanya, hidungnya, pipinya, bibirnya. woojin tersenyum lembut, "terima kasih sudah menjagaku selama ini, channie. i love you so much."
"tidak perlu berterima kasih, aku hanya menjaga orang yang aku sayangi, bear."
woojin terkekeh, memajukan wajahnya untuk mencium pipi chan sekilas, membuat pemuda di depannya tersenyum lebar.
"so, apakah ini berarti kamu milikku?"
"you haven't asked me, channie."
"woojin, woojinnie, bear, dear," woojin tersenyum mendengar panggilan manja chan, "maukah kamu jadi milikku? aku memang tidak punya apa-apa, aku hanya punya satu hati, tapi aku rela memberikan itu untukmu. aku tidak punya banyak hal, tapi aku mau memberikan segalanya untukmu. jadi, woojin, kim woojin, maukah kamu menjadi milik pemuda yang tidak punya apa-apa ini? maukah kamu membiarkanku menjagamu dan membuatmu bahagia?"
woojin bisa merasakan pipinya basah, chan mengangkat tangannya untuk mengusap air matanya perlahan, "bagaimana jawabanmu? would you be mine?"
"i do. aku tidak perlu apapun, chan, aku cuma perlu kamu. jadi, bang chan, christopher bang, maukah kamu membiarkanku memilikimu? maukah kamu menerimaku yang hanya seorang kim woojin ini, bukan artis kim woojin, bukan penyanyi kim woojin, hanya kim woojin si manusia biasa? maukah kamu, menerimaku yang akan berusaha untuk memberikan yang terbaik untukmu?"
chan tersenyum, memajukan wajahnya untuk mengecup bibir merah woojin, menyatukan dahi mereka berdua, "i do, i really do."
"jinnie! jangan macam-macam di kamar ya, jangan lupa pengaman!" suara jaejin terdengar di luar yang disusul dengan tawa keras.
"HYUNG!"
woojin memisahkan dahi mereka, mengambil botol air mineral yang ada di samping kasurnya dan bangkit mengejar kakaknya di luar kamarnya. chan tertawa keras melihat tingkah kakak beradik itu, tersenyum sayang saat matanya melihat woojin yang memukuli kakaknya dengan botol.
kali ini, ia merasa sempurna.

KAMU SEDANG MEMBACA
This Love [ B. Chan x K. Woojin ]
Fanfictioninspired by mikitoP's Sarishinohara, Yonjuunana, and Akaito; Little Mix's Secret Love Song [ "they say the more tears you shed, the stronger you become. but that's wrong, you only break apart."] --- ["I am right here for you"] Stray Kids AU bxb lowe...