20.

501 70 9
                                    

hari valentine adalah hari yang sangat terkenal, khususnya di kalangan remaja yang sedang pada masa dimabuk asmara. seperti halnya woojin, meskipun ia jauh dari kata 'remaja yang dimabuk asmara'. tetapi berbeda dengan para remaja yang merasa bahagia karena bisa bertemu dengan pasangan tercintanya, woojin merasa sangat takut, mendekati panik. bulan januari, sebulan sebelumnya, ia sangatlah sibuk saat mempromosikan single terbarunya dalam rangka anniversarry debutnya bersama para fansnya, Bear Cub. ia bahkan tidak sempat untuk mengirimkan banyak balasan kepada kekasihnya, ia sangat yakin pemuda dengan nama chan itu mungkin sudah sangat mengkhawatirkan keadaannya.

ditambah lagi dengan adanya hari valentine ini dan bahkan chan belum menghubunginya sama sekali. ia akan pasrah saja jikalau chan memutuskan untuk menghentikan semuanya, ia tahu ia salah karena tidak bisa memberikan perhatian lebih kepada pemuda yang seharusnya menjadi prioritas nomor satunya. meskipun ia yakin chan akan mengerti, mengingat pemuda itu sangat memprioritaskan orang lain, tapi woojin tetap saja merasa tidak enak.

"woojina?"

"hm, iya, hyung?" woojin memandang ke samping saat manajernya memanggil, bergegas menghampiri pria itu melambaikan tangannya untuk segera mendekatinya.

"jadwalmu untuk minggu ini sudah ku kirim lewat email, ya? sekalian saya briefing saja, untuk hari ini kita ada jadwal di music bank, lalu kita ke gedung C untuk meeting dengan produser...", woojin hanya mengangguk tidak fokus, masih memikirkan chan yang entah kenapa belum bisa dihubungi, "woojin?"

"huh? iya?" woojin mengerjapkan matanya sebelum melihat ke arah manajernya yang sedang menghela napas, "soal itu?"

pemuda yang lebih muda mengangguk sebelum ikut menghela napas, ia sangat khawatir karena bisa saja kekasihnya itu pingsan di tengah pekerjaannya dan dengan segala jiwa tidak ingin merepotkannya, memutuskan untuk tidak mengatakan apapun kepada woojin. sungguh woojin sangat menyayangi chan, tapi sikap 'mementingkan kepentingan orang lain' yang dimiliki pemuda itu kadang membuatnya kalang kabut.

"belum dijawab, hyung."

minkyu mengerutkan alisnya, kemudian tersenyum kecil, "nanti malam cobalah telpon dia lagi, mungkin dia akan menjawab."

woojin memiringkan kepalanya dan mengangguk, ia hanya bisa berdoa jika chan akan menjawab telponnya nanti malam. karena kalau tidak, ia juga tidak bisa seenaknya menyelinap ke apartemen pemuda itu, terlalu beresiko bagi semua pihak. terlalu larut dalam pikirannya, ia tidak melihat senyum jahil di wajah manajernya sebelum pria itu berlalu dari hadapannya.

ʕ'•ᴥ•'ʔ

chan memasuki apartemen woojin dengan cukup banyak usaha, mengingat ia membawa beberapa kantung plastik belanja berisi bahan makanan. ia terengah-engah cukup keras setelah menaruh kantung belanja itu di atas meja makan, melihat sekitar sambil berdecak kagum melihat apartemen woojin yang masih rapi meskipun pemiliknya hampir selalu bangun kesiangan. pemuda itu cukup kagum karena woojin selalu menjaga kebersihan apartemennya, tidak sepertinya yang kadang menaruh baju seenaknya.

"nah, sekarang mari mulai memasak!" 

pemuda berambut blonde itu menggulung lengan bajunya, mukanya penuh dengan kepercayaan diri. ia mengambil sayuran dan mencucinya di wastafel apartemen woojin, di dalam hatinya ia bersyukur minkyu hyung mau bekerja sama dengan nya untuk memberi surprise kepada kesayangannya. chan masih ingat betapa besar rasa bersalahnya saat ia harus menolak mengangkat panggilan woojin atau membalas pesan dari pemuda yang lebih tua itu. setidaknya ia tahu bagaimana kabar artis muda itu, tidak seperti sisi satunya yang mungkin sudah panik setengah mati karena tidak tahu bagaimana cara menghubunginya.

ping!

"ah, masih berusaha menghubungiku, ya?" chan tersenyum kecil, rasa bersalahnya semakin besar, tapi ia yakin woojin akan menyukai surprise yang dia buat.

___

babybear.

10.25 channie?
10.25 kamu nggak papa?
10.26 tolong balas pesanku
10.26 aku khawatir...

___

chan meletakkan ponselnya di meja makan, ia harus fokus dengan makanan yang akan ia buat. selain itu ia juga masih harus membeli bunga mawar dan memasang fairy lamp di sekitar ruang makan woojin. kejutan ini harus sempurna, 

meskipun menurut chan sendiri, woojin adalah yang paling sempurna.

ʕ'•ᴥ•'ʔ

woojin masih memandangi ponselnya di ruang ganti, sekali lagi menghela napas, kali ini lebih berat. minkyu yang duduk di sofa sebenarnya merasa sedikit bersalah karena sudah membuat artis asuhan nya panik seperti itu, tapi anggap saja itu balas dendam karena hampir membuatnya serangan jantung dulu. ia memutuskan untuk bangkit dan menepuk pundak woojin, membuat pemuda itu terkesiap dan memandang ke arahnya dengan mata besar yang berair. 

"tenanglah, aku yakin dia akan segera mengabarimu," bisik minkyu pelan, tangannya mengelus surai coklat pemuda di depannya itu.

bukan sebuah rahasia jika pria itu sudah menganggap woojin sebagai adiknya sendiri, mengingat minkyu sendiri adalah anak tunggal di keluarganya. mendapatkan woojin sebagai artis asuhannya membuatnya seperti memiliki seorang adik yang harus dijaga, karena itu dia cukup protektif pada pemuda itu.

"iya, hyung," minkyu tersenyum kecil melihat woojin mengangguk pelan, tangannya kembali menepuk kepala pemuda itu, "believe me, he's alright."

woojin hanya bisa mempercayai perkataan manajernya itu, tidak sedikit muncul pemikiran di otaknya jika kedua orang yang dikenalnya itu akan bersekongkol di belakangnya.

poor, woojin.

ʕ'•ᴥ•'ʔ

chan baru saja membersihkan counter dapur yang berisi sisa-sisa bahan makanan yang tidak ia pakai, mencuci tangannya dan siap untuk melanjutkan agendanya. delivery buket yang dipesannya sudah sampai dan ia sudah memasang sebagian besar fairy lamp yang ia beli sebelumnya. pemuda blonde itu melirik jam dinding biru langit yang terpasang di dapur, rupanya sudah jam tujuh malam. seingat chan, minkyu hyung bilang kalau woojin selesai dari semua jadwalnya pada jam delapan malam.

"berarti tinggal menunggu steak nya matang, aku bisa menyelesaikan susunan fairy lamp nya kemudian mengganti baju dan siap menunggu woojin di depan pintu," gumamnya sambil tersenyum simpul.

jika boleh jujur, ia sangat merindukan kehadiran pemuda berambut coklat itu. mereka memang sangat jarang bertemu paska comeback single woojin di akhir januari dan ia sudah tidak berbicara dengan pemuda itu selama seminggu ini. hal yang paling ingin dia lakukan saat bertemu kekasihnya adalah merengkuh tubuh itu dan mencium dahinya, hidung bangirnya, kedua matanya yang menggemaskan, bibirnya yang merah. chan menepuk pipinya keras, bukan saatnya untuk mengkhayal, ia harus segera menyelesaikan tugasnya.

fairy lamp sepanjang tiga puluh meter itu dipasang di dinding sekitar ruang makan woojin, chan menyisakan sepuluh meter untuk diletakkan di lantai dari depan pintu apartemen menuju ruang makan. ia bermaksud membuatnya seperti candle light dinner tapi lebih menarik karena adanya lampu yang berkelap-kelip seperti bintang. chan sangat mengingat saat woojin bercerita jika ia menyukai bintang di langit tapi tidak memiliki kesempatan untuk mengunjungi planetarium, chan mungkin tidak bisa membawa woojin ke planetarium karena terlalu beresiko, tapi ia bisa membuat bintang datang ke apartemen woojin.

ya, sebesar itulah keinginan chan untuk membahagiakan pemuda berambut coklat itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

This Love [ B. Chan x K. Woojin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang