Kau Dilamar, Saya Meramal

20 1 0
                                    

Selain melamun dan berpikir, menggauli handphone merupakan kebiasaan buruk saya, sekadar melirik sosial media, ingin tau bagaimana orang sekitar, dan mencari tau apa ada kisah seperti saya. Mungkin ada jawaban atau sekedar teka-teki.

Tertegun, melotot, sejenak berhenti bernafas, jantung serasa meledak, air mata ingin jatuh. Pertanda sedih dan kecewa melebihi ambang batas. Sedikit pun tidak menyangka, kau dilamar. Kuketahui dari sosial media milikmu. Cincin perak nan cantik sudah melingkar;kuharap imitasi, hingga jari lentikmu iritasi dan kau membuang tak ingin memakai kembali.

Saya menerka kemudian meramal, tentang sesiapa pengganti itu? siapa pemberani itu ? siapa dia ? bagaimana bisa ? Sudah sampai mana dan kapan ?

Terus menerka, lalu pusing tiada jawaban. Kepala penuh, hati sesak dan hancur, harapan terlempar jauh, impian berubah gelap, oleh berita duka itu.

Terus meramal, kapan, dimana dan akan kemana, juga tak lupa kudoakan gagal. Rencana hebat itu kudoakan semoga gagal.

"Mendoakan yang buruk bagiku halal sekarang, terdengar egois dan murka memang, tapi wanita itu adalah ia, masa depan juga mimpiku."

Kisah Yang Selesai Serta Kenang Menolak UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang