Penutup

24 0 0
                                    

1. Menurutku kamu adalah terlambat yang disengaja oleh sang pencipta.
Kemarin tentang patahku yang sudah berkali kali hingga enggan membuka hati, kau datang. Sama seperti doa doaku sebelumnya, yang kusemogakan juga tak lebih juga tak kurang, kuceritakan kau pada tuhanku di akhir sujudku, tentang seorang wanita yang hadir hari ini.

Aku senang, entahlah, semua terjadi begitu saja.
Mungkin sunyiku sudah kembali bersuara. Ia tak lagi terdekap di ruang kosong, berkat hadirmu barang kali.

Teruntuk yang hadir baru saja, jangan jadi patah. Jadilah kisah yang tak akan berakhir resah.

Kepadamu, kuucapkan selamat datang. Mari kita rayakan malam sebelum tidur sebagai penutup tirai untuk dimulainya mimpi bahagia.


2. Berurai jatuh kedalam,
Ini tak bisa lagi ditahan,
Semua terasa sesak,
Dan aku butuh bantuan.
Semua gambaran tentang masa depan yang aku rencanakan, serasa hilang.
Duka ini terlalu sempurna,
Kau pilih labuhan terdekat,
Pelabuhan yang akan bersandar kapalmu tak bisa kurusak.
Aku diam,
Tangis jatuh kedalam,
Malam begitu dingin,
Sepi dan kosong amat terasa didada.
Aku tak lagi bercita cita denganmu,
Aku sendiri,
Dan kau dengan tempat menetapmu yang baru.
Kuayunkan kaki,
Datang ke pelaminanmu,
Sambil kubisik "bahagialah sayang ditangan orang"


3. Dan aku dipaksa untuk tetap disini, pada zona ternyaman.
Terima kasih dan aku bersyukur bahwa hati ini masih berfungsi dengan baik.
Ia terasa sesak saat perlahan dilepaskan dari genggamanmu yang hangat.

Malam ini;saat kita pertama bertemu, bertatap, tertawa sambil melempar lelucon dan sesaat kemudian belajar untuk melepaskan lalu mengenang.


4. Menyisipkanmu disela sela mimpi adalah cara terbaik untuk jatuh cinta.
Kau menjelma cerita indah yang kubawa dipagi hari.
Nyatanya sedikit tidak bersahabat dengan realita, aku yang terlanjur masuk dikepalamu tapi tidak turun dan terbenam didadamu.

Sekarang, semua kutulis berupa puisi,
didalam selembar kertas menyerupai pesawat.
Tak kuterbangkan,
nanti,
tunggu saja,
akan ada masanya.
Sekarang sedang hujan diluar, nanti puisiku basah dan rusak lalu tak sampai pada tujuannya.

Lagi pula, kau tak ingin tau baitnya.
Yang kau tau cuma merusak suasana.


5. Kemudian ragu menghancurkan suasana,
sudah kususun rapih, rencana demi rencana.
Angin malam menjilati,meranggas habis.
Sesaat lagi berubah menjadi serpihan, berserak tak berwujud.

Dada seakan sesak,
kepala serasa penuh,
Semua berkumpul, menjadikan senja yang awalnya menyenangkan lalu gelap tak enak dipandang.

Puisiku tak lagi dapat merasuk di pikiranmu,
menyisir lekuk diwajahmu, menjadi sebab kembang senyummu.

Kasih,
aku menjumpaimu kemarin di sela sela jingga senja yang merambat masuk lewat jendelaku.
Aku terdiam dan menikmati,
kau menjumpaiku diruang kosong yang kuberi judul sepi.

Kisah Yang Selesai Serta Kenang Menolak UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang