C🍭

3.8K 430 4
                                    

07:05 PM

Tandanya sift jisoo sudah selesai 5 menit yang lalu. Ia pun bersiap untuk pulang.

Jisoo langsung menancap gas dengan kecepatan sedang. Ia tidak langsung pulang kerumah nya, melainkan ia akan pergi untuk makan malam di resto favorit nya.

Tak butuh waktu lama, jisoo sudah sampai parkiran resto favorit nya. Ia segera memarkirkan motornya dan bergegas masuk.

Diedar kan matanya dan mencari bangku yang kosong. Resto favoritnya kini terlihat penuh. Memang saat saat seperti ini adalah waktu yang pas untuk makan malam. Mata nya berhenti ketika menemukan bangku kosong di dekat meja kasir.

Tak lama ia duduk ada seorang waiters datang dan menanyakan pesanan jisoo. Setelah selesai mencatat pesanan jisoo waiters itu pun pergi meninggalkannya.

Sekitar 15 menit menunggu akhirnya pesanan jisoo datang juga. Ia langsung memakan makanan nya selagi masih hangat. Bel pintu resto pun berbunyi, tetapi jisoo tak menggubrisnya, jugakan bukan irusannya siapa yang datang. Jisoo pikir wajar saja banyak orang keluar-masuk, toh juga ini resto umum. Jisoo dengan kidmat nya memakan pesanannya.

.

Jennie baru saja memasuki resto miliknya. Resto itu diberikan oleh ayahnya agar jennie memiliki kegiatan lain selain berkutat dengan bukunya. Juga nanti jika jennie telah lulus sekolah dia tak perlu repot repot mencari pekerjaan.

Dia menemui pelayan nya dan menanyakan kondisi restonya hari ini.

"bagai mana dengan hari ini, seulgi?"tanya jennie pada pelanyan yang bername tag Seulgi itu.

"hari ini sangat ramai nona. Semua pelayan terlihat sangat kualahan melayani mereka semua" ujar seulgi yang tak lupa menampilkan senyum manis nya.

"baguslah kalau begitu"balas jennie tak lupa membalas senyuman manis seulgi.

Dan saat ia ingin beranjak dari posisi nya kini untuk pergi memasuki ruang kerjanya, pandangan nya teralihkan pada seseorang yang sedang sibuk dengan makanan nya.

"bukankah itu kim jisoo?" gumam jennie.

Jennie tak begitu melihat wajah jisoo, karena jisoo duduk membelakangi jennie. Tetapi jennie yakin, yakin kalo itu jisoo.

Tiba tiba jisoo bangkit dari duduk nya. Ia menyelipkan beberapa lembar won ke bawah gelas minumannya. Jennie pun balik badan agar wajahnya tidak dikenali jisoo.

Jisoo tersenyum tipis sambil sedikit membungkuk pada seulgi yang berada di meja kasir dan melewatinya begitu saja. Jennie berbalik badan setelah menyadari jisoo sudah keluar restonya.

"seul, apa kau pernah melihatnya sebelum tadi?" tanya jennie penasaran pada seulgi karena merasa seulgi tidak asing menatap jisoo tadi.

"hum?" seulgi mengerutkan dahinya bingung dengan pertanyaan jennie.

"itu tadi, orang yang baru saja keluar dan tersenyum pada mu?" ucap jennie seakan menjawab rasa penasaran seulgi.

"oh orang tadi? Dia sering ke sini bahkan hampir setiap hari dia kesini" ujar seulgi menjawab pertanyaan jennie.

"benarkah?" tanya jennie sekali lagi.

Seulgi hanya mengangguk pelan.

.

Sudah pukul 08:45 PM.

Jisoo bergegas pergi meninggalkan resto tadi dan segera menuju tempat kerjanya yang ke dua. Jisoo bekerja di dua tempat yang berbeda dan di waktu yang berbeda pula. Jika jisoo bekerja di cafe saat siang hari, berbeda di tempat kerjanya yang kedua. Ia bekerja dimalam hari sampai menjelang pagi.

Jisoo bekerja di sebuah minimarket dekat dengan gedung perkantoran. Ia mulai bekerja jam 9malam sampai jam 2pagi. Tiada kata lelah bagi jisoo. Setiap hari kecuali weekend waktu jisoo untuk bekerja. Jika ada tugas sekolah jisoo harus izin kepada atasan nya terlebih dahulu.

Kali ini minimarket terlihat sepi. Hanya ada 2-3 orang saja yang datang sejak jisoo memulai 1 jam yang lalu. Jisoo mencuri curi kesempatan untuk belajar saat minimarket sedang sepi seperti ini. Jisoo tak lupa untuk belajar meski harus bekerja. Itu yang membuat nya dicap sebagi anak terpandai di sekolahnya. Dulu dia mendapat beasiswa untuk bersekolah di Australia tapi dia menolak karena alasan harus menjaga ibunya. Ia tak menyesal menolak beasiswa itu, karena masih ada ibunya, tetapi kini ibunya sudah pergi jauh meninggalkannya.

Sudah 5 jam jisoo bekerja di minimarket hari ini. Itu tandanya shift nya sudah selesai. Ia menyambar Backpack miliknya dan berjalan menuju parkiran. Sebelumnya sudah ada yang menggantikan shiftnya.

Jisoo mengendarai motornya dengan tenang membelah jalanan kota Seoul yang sepi. Sampai akhirnya ada sebuah mobil yang medesaknya untuk menepi. Jisoo sudah tau siapa yang ada di dalam mobil itu. Dan terpaksa akhirnya jisoo mengikuti arahannya untuk segera menepi.

Turunlah dua orang bertubuh tinggi dan menakutkan berbaju serba hitam seperti seorang bodyguard. Membuat jisoo bergidik ngeri, tapi tak meruntuhkan rasa keberaniannya sedikit pun.

Dua orang itu pun langsung menahan kedua tangan jisoo dari belakang. Tak lama setelah itu turunlah seorang pria paruh baya berumur sekitar empat puluh tahunan dari mobil kebanggaannya. Rambutnya sudah sedikit beruban dan wajahnya sedikit keriput.

"bagaimana kabarmu jisoo?" suara bariton pria itu menggema di telinga jisoo.

Jisoo enggan menjawabnya.

"apa keputusan mu jisoo?" tanya pria paruh baya itu sekali lagi.

"aku tidak akan pernah menandatangani surat itu, appa!" gertak jisoo karena sudah kesal dengan perlakuan ayahnya ini.

Ya pria paruh baya itu adalah appa kim jisoo. Ia adalah Kim Woo Bin, ketua mafia di seoul. Ia mengincar anaknya dan memaksa anak nya itu untuk menandatangani surat wasiat yang di berikan oleh kakek jisoo agar jatuh ketangannya. Tetapi jisoo tidak mau jika perusahaan yang sudah di besarkan oleh kakek nya harus jatuh ditangan orang yang salah. Meskipun jisoo yang berhak dengan perusahaan itu, tapi jisoo tidak bekerja disana. Bukannya tidak mau, tapi jisoo masih belum merasa pantas jika mengurus perusahaan sebesar itu di usianya yang bahkan belum menginjak umur dua puluh tahun. Jisoo pun tidak mendapat sepeser uang pun dari sana karena memang itu permintaan jisoo. Ia tidak mau jika harus menerima uang itu karena memang bukan bentuk dari jerih payah nya.

Pria tua itu menggertakkan giginya. Merasa kesal dengan perilaku anaknya.

"apa kau lupa konsekuensi yang aku berikan jika kau tidak segera menandatangani surat itu jisoo?"

"aku tahu. Dan aku sama sekali tidak takut dengan ancaman mu itu"

Wajah pria itu memerah padam dan sedikit menganggukkan kepala seolah memberikan perintah kepada para bodyguard nya.

Dua orang tadi pun melepaskan tangannya dari jisoo. Kini salah satu dari mereka mengepalkan tangannya kuat kuat seolah bersiap untuk menghajar habis jisoo. Dan blam... Satu pukulan tepat mengenai pipi mulus jisoo. Hingga akhirnya ujung bibir jisoo mengeluarkan cairan kental merah pekat. Jisoo meringis, ia mengambil ancang ancang untuk membalas pukulan tadi.

T

bc..

🍭🍭🍭

Change [jensoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang