"bahkan anjing pun tau cara berterima kasih kepada tuan nya" sarkas jisoo berhasil membuat jennie berhenti di ambang pintu.
Semua hanya menatap tak percaya kepada jisoo. Pasalnya itu adalah kalimat terpanjang yang diucapkan jisoo didepan semua orang selama jisoo bersekolah disini. Terlebih lagi kalimat itu seperti sedang menyindir seseorang.
Jennie yang mendengar kalimat itu pun berdecih. Membalikkan badannya ke arah jisoo. Memandang penuh kebencian kepada orang yang berada jauh di depannya itu.
"bukankah seorang perusak hubungan orang lain lebih buruk dari itu kim jisoo yang terhormat" seketika smirk terpatri diwajah cantik jennie. Dan sepersekian detik kemudian jennie berbalik dengan senyum penuh kemenangan setelah melihat wajah kalah telak jisoo.
Jisoo hanya diam setelah kepergian jennie dari perpustakaan. Ia memandang kasong kearah pintu. "aku tidak pernah merusak hubungan orang lain" gumamnya.
.
Seorang anak yang tengah menangis melihat sang ibu lunglai di atas lantai tak berdaya dan ia hanya bisa melihat dari kejauhan tak berani mendekat. Didepan sang ibu sudah ada ayah nya yang sedang memainkan pelatuk pistol dengan santainya. Sang anak tidak berani mendekat karena interupsian dari sang ayah.
Hati nya benar benar sakit ketika melihat wanita yang paling ia cintai lunglai di lantai dengan kondisi yang mengenaskan. Lengannya penuh dengan luka cambukan lehernya pun tak luput dari luka gores.
Sebenarnya hampir setiap hari ia menyaksikan adegan menyedihkan ini. Bayangkan saja seorang anak berusia dua belas tahun harus menyaksikan adegan tak senonoh yang dilakukan oleh sang ayah kepada ibu nya yang seharusnya ia duduk manis didepan tv menonton kartun.
Cetes~ cetes~
Suara cambukan kembali terdengar nyaring memekakan telinga diruang keluarga ketika sang anak berusaha menghampiri ibunya dan malah mendapat luka. Ruang keluarga yang seharusnya untuk berkumpul dan menghabiskan waktu bersama dengan bahagia kini harus berbanding terbalik hanya suara tangis yang terdengar hampir setiap hari.
"an... Andwe! Jang..an saki..ti anak ku. Sakitilah aku. Dia masih kecil tidak tahu apa apa. Kumo.. Hon" pinta sang ibu menangis pilu dengan suara yang tersendat sendat.
"hiks.. Eomma. Appa jangan lakukan ini pada eomma. Hiks" tangis anak itu semakin menjadi.
"kalian tidak tahu di untung. Hanya merepotkan ku saja. Kalian pantas mendapatkan ini semua!" bentak sang ayah.
"lebih baik jika satu diantara kalian ada yang pergi untuk selamanya dari dunia ini. Tangan ku sudah gatal tak sabar menarik pelatuk dan mengarahkan nya pada kepala kalian" lanjutnya tersenyum miring.
Sang ayah pun menarik tangan anak nya untuk ia dekap. Menghimpit leher anak nya dengan lengan kekarnya. Kemudian menodongkan pistol itu kekepala anak nya. Sang anak hanya meringis takut tidak berani untuk membuka mata. Ibunya yang melihat itu langsung kelabakan.
"ani. Jangan kau bunuh anak tak berdosa itu. Bunuhlah aku" sungguh ibu yang malang yang harus melihat dengan mata mepala nya sendiri suaminya sedang menodongkan pistol kearah anak semata wayangnya.
Sang ayah yang mendengar itu pun hanya tersenyum miring. Kemudian melepaskan anak nya dari himpitan lengan kekar nya. Lalu berjalan pelan memutar mutar kan pistolnya dijari seperti seorang spikopat.
"tapi sebelum kau membunuhku, biarkan aku berbicara dengan anak ku" pintanya memohon.
"baiklah kuberi kau waktu sebelum ajal menjemput mu"
Anak kecil itu segera berlari memeluk sang ibu ketika melihat sang ibu sedang merentangkan tangan nya. Memeluk erat seakan tak ingin terpisahkan. Menangis tersedu sedu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Change [jensoo]
Romance"Sejak bertemu dengannya perlahan lahan hidup ku berubah. Aku merasa nyaman di dekatnya. Jika sebelumnya hati ku sedingin es, sekarang menjadi menghangat. Ku harap akan selamanya seperti itu" - kjs Pertama tama sih ngebosenin ya, tapi lama lama jug...