Awal

11.9K 377 26
                                    

Sebuah mini cooper berwarna kuning memasuki halaman rumah keluarga Yasodana. Tidak lama kemudian seorang gadis bertubuh mungil turun dari mobil tersebut. Sepertinya gadis itu menjadi orang terakhir yang datang ke acara reuni yang diadakan oleh keluarganya setiap setahun sekali.

"Tante Aeris!"

Aeris menghela napas panjang. Gadis itu terpaksa tersenyum mendengar panggilan dari keponakannya. "Sudah berapa kali Kak Aeris katakan. Jangan panggil Kak Aeris 'Tante'. Mengerti?"

Kelima anak itu kompak mengangguk. "Mengerti, Kak."

"Bagus." Aeris menepuk puncak kepala keponakannya dengan penuh sayang, lantas mengeluarkan beberapa buah lolipop dari tas.

"Aku mau, aku mau."

"Eh, baris yang rapi dulu. Nanti Kak Aeris bagi lolipop ini satu-satu," ucapnya seraya mengangkat lolipo itu tinggi-tinggi agar jauh dari jangkauan keponakan kecilnya.

Kelima keponakannya pun langsung membentuk barisan. Aeris terkikik geli melihatnya, lantas membagi lolipop untuk mereka.

"Terima kasih, Kak Aeris yang cantik." Anak-anak itu mengecup pipi Aeris bergantian setelah menerima lolipop.

"Sama-sama." Aeris pun menghampiri keponakannya yang lain. "Hai, Dio," sapanya terdengar ramah.

Anak laki-laki bernama Dio itu bersedekap, menatap Aeris dengan malas. Keponakan Aeris yang satu ini memang sedikit berbeda dengan keponakannya yang lain. Dia lebih banyak diam dan suka menyendiri.

"Ini, untuk kamu." Aeris memberi Dio sebuah lolipop.

"Kalau kebanyakan makan permen nanti bisa merusak gigi."

Aeris menarik napas panjang. Gadis itu tidak tahu Dio mewarisi sifat dingin dari siapa. Padahal kedua orang tua Dio sangat ramah.

"Kalau hanya makan satu nggak akan merusak gigi kok, ambillah." Aeris meraih tangan Dio, lantas menaruh lolipop di atas telapak tangan anak itu.

"Tapi kakak sering bilang gigi Dio nanti bisa ada lubangnya kalau kebanyakan makan permen," ucapnya polos.

Aeris tersenyum. Dibalik sifat dinginnya, Dio tetaplah anak-anak. Menggemaskan.

"Kakak kamu berbohong, sudah makan saja."

Dio menatap lolipop di tangannya dengan ragu. "Jangan bilang kakak kalau Dio hari ini makan permen ya, Tante," ucapnya malu-malu.

"Siap, Bos!"

"Aeris Lilyana!"

Aeris pun berbalik. "Ibu!" teriaknya sambil melemparkan diri ke dekapan wanita paruh baya yang sudah merawatnya sejak kecil.

"Dasar anak nakal!"

"Aduh!" Aeris meringis karena Hana menarik telinganya lumayan kuat. "Aduh, Ibu, sakit!"

"Ibu kan, sudah nyuruh kamu pulang dari kemarin. Kenapa kamu baru pulang sekarang?"

Aeris meringis sambil mengusap telinganya yang memerah. "Aeris sibuk."

Hana memutar bola mata. "Sibuk apa? Nulis novel atau ngurus butik?"

"Dua-duanya," jawab Aeris. Padahal dia sedang tidak menulis novel, butiknya pun sudah di-handle oleh temannya.

"Kemarin teman Ibu sudah datang jauh-jauh dari Jogja ingin ketemu kamu. Eh, kamunya malah nggak ada. Kamu itu bikin Ibu malu."

Aeris malah terekekeh. "Ya, maaf."

Menikah dengan Keponakan [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang