Leon memperhatikan gadis yang tertidur lelap dalam dekapan. Wajah gadis itu terlihat begitu polos dan apa adanya. Seperti bayi. Leon sangat yakin di luar sana pasti banyak orang yang mengira jika Aeris masih berusia belasan. Namun, siapa yang akan menyangka jika umur gadis itu sudah hampir kepala tiga.
Cup,
Kening Aeris berkerut karena Leon mengecup bibirnya singkat. Leon terkekeh pelan melihatnya, dia pikir Aeris bangun, tapi tidak lama gadis itu kembali tidur.
Cup, cup ....
"Mmhh ...." Aeris menggeliat pelan karena Leon kembali mengecup bibirnya.
Bibir Leon berkedut karena menahan tawa. Entah kenapa dia merasa senang menganggu Aeris yang sedang tidur. "Tante, bangun!" Dia mengguncang bahu gadis itu pelan.
"Mmhh ...." Aeris malah menenggelamkan wajah di dada Leon, mencari posisi tidur yang paling nyaman.
"Tante!"
Aeris mengerutkan dahi karena terganggu suara Leon.
"Tante tidak bangun?"
"Sekarang jam berapa, sih?" gumam Aeris dengan mata terpejam.
Leon pun melirik jam yang menempel di dinding kamar. Sudah jam tujuh pagi, tapi dia mengatakan jam lima pada Aeris.
"Lima menit lagi aku bangun."
Leon terkekeh pelan, sepertinya Aeris belum sadar jika sedang dibohongi. Dia akhirnya membiarkan gadis itu tidur lagi selama lima menit.
"Waktu lima menit sudah habis, Tante."
"Kok, cepet banget, sih?" Aeris semakin menenggelamkan wajahnya di dada Leon.
"Tante suka ya, tidur sama aku?"
Aeris tanpa sadar mengangguk, tapi sedetik kemudian kedua mata gadis itu terbuka lebar. "YA!" teriaknya keras saat menyadari tidur satu ranjang dengan Leon. Bahkan kedua tangan keponakannya itu sedang memeluk pinggangnya erat.
Leon meringis karena teriakan Aeris sangat nyaring. Gadis itu pun berusaha melepaskan diri dari dekapan Leon, tapi Leon malah mendekapnya semakin erat.
"Leon, lepas!"
"Kenapa dilepas? Bukannya Tante suka pelukanku?"
Kedua mata Aeris sontak membulat. Demi Aliando yang sudah pensiun menjadi vampir. Kenapa Leon yang irit bicara sekarang menjadi banyak tanya? Apa otak Leon bergeser dari tempatnya semula?
Aeris sontak berhenti bergerak, kedua matanya menatap Leon lekat. "Bagaimana keadaanmu? Apa masih sakit?"
Leon menggeleng. "Perutku sudah tidak sakit lagi karena Tante merawatku dengan sangat baik."
"Bukan perutmu yang kumaksud?"
"Lalu?" tanya Leon tidak mengerti.
"Apa otakmu juga ikut sakit?"
Leon terhenyak mendengar pertanyaan konyol Aeris barusan. "Tante pikir aku gila?!"
"Tidak."
Leon mendengkus kesal. "Kenapa Tante bertanya seperti itu?"
"Habis kamu aneh, biasanya irit bicara sekarang malah banyak tanya. Jadi kupikir sakitmu kemarin berpengaruh ke otakmu," jawab Aeris polos.
Leon memutar bola mata. "Apa Tante lebih suka Leon diem, dingin, kayak es batu?"
Aeris menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Gadis itu tidak menyangka pertanyaan konyolnya menimbulkan masalah baru di antara mereka. "Mmhh ...." Dia menggigit bibir bagian bawah, bingung harus menjawab apa. Dia lebih suka Leon yang sekarang dari pada dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Keponakan [SUDAH TERBIT]
FanfictionDewasa 21+ [Jangan lupa follow authornya] Karena sebuah kesalahan Aeris dan Leon terpaksa harus menikah. Tidak ada cinta di antara keduanya. Perbedaan usia dan sifat yang mencolok selalu menjadi masalah utama dalam rumah tangga mereka. Apakah Leon y...