Fourteen

4K 265 41
                                    

Leon tersenyum lega setelah mengatakan kalimat itu dari bibirnya. Jantungnya berdetak semakin cepat. Ini sungguh gila dan mendebarkan. Dia baru menyadari jika Aerislah cinta pertamanya. Bukan Alea. Bahkan saat kecil dia pernah meminta Aeris untuk menjadi istrinya. Ah, betapa bodohnya dia karena baru menyadari semuanya.

Aeris hanya bisa diam, berdiri mematung dengan jantung yang berdetak hebat. Benarkah Leon baru saja mengatakan cinta pada dirinya?

"Ka-kamu ...?"

"Iya, Aeris. Aku mencintaimu." Leon mengecup kening Aeris sekilas.

Butiran bening itu meluncur begitu saja membasahi pipi Aeris. Gadis itu merasa sangat bahagia karena Leon akhirnya membalas cintanya.

"Ke-kenapa kamu menangis?" Leon panik karena melihat sang istri menangis. "Apa aku salah bicara?"

Aeris menggeleng cepat. "A-aku bahagia," jawabnya di sela isak tangis.

"Kalau bahagia kenapa menangis?" Leon mengusap air mata yang membasahi pipi Aeris.

"Aku menangis bahagia karena kamu akhirnya membalas perasaanku."

Leon terkejut mendengar jawaban Aeris barusan. "Kamu juga mencintaiku?"

Aeris mengangguk.

"Sejak kapan?"

"Mungkin sejak dua bulan yang lalu."

"Serius?"

Aeris mengangguk. Dia tidak pernah menyangka bisa jatuh cinta secepat ini. Padahal Leon sangat menyebalkan dan sering membuat kesal. Cinta memang rumit.

Leon tersenyum lalu kembali menarik Aeris dalam dekapan. "Terima kasih sudah membalas cintaku dan mau menikah denganku, Aeris."

Aeris melepaskan diri dari dekapan Leon. Dia menatap sang suami dengan dahi berkerut. "Membalas cinta? Bukankah aku yang jatuh cinta lebih dulu?"

Leon mencubit hidung Aeris dengan gemas. "Kamu salah besar, Sayang. Aku sudah jatuh hati padamu saat pertama kali kita bertemu."

"Kapan?"

"Tujuh belas tahun yang lalu, saat kamu pertama kali datang ke rumah."

Aeris tercengang setelah mendengar ucapan Leon. "Selama itu?" tanyanya tidak percaya.

Leon mengangguk. "Iya."

Sulit dipercaya jika Aeris ternyata cinta pertama Leon. Namun, itulah kenyataannya. Leon ternyata lebih dulu jatuh hati pada Aeris sebelum gadis itu jatuh hati pada dirinya.

"Pantas saja waktu kecil kamu sering mengikutiku ke mana-mana, ternyata kamu dulu suka sama aku." Aeris terkekeh karena Leon sering mengikutinya saat masih kecil. Dia bahkan sampai bersembunyi karena bosan diikuti Leon.

Leon mengerucutkan bibir kesal karena Aeris menertawakannya. "Jangan tertawa!"

Aeris pun berhenti tertawa karena tidak ingin membuat Leon marah. "Kamu tidak menyesal menikah denganku?"

Leon merapikan poni Aeris yang sedikit berantakan karena angin berembus sedikit kencang. "Mana mungkin aku menyesali impian yang sudah menjadi kenyataan, Aeris."

"Maksud kamu?"

"Apa kamu lupa aku dulu pernah mengajakmu menikah?"

Aeris mengerutkan dahi. "Kapan?"

Menikah dengan Keponakan [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang