"Aeris nggak mau!" Aeris menutup hidung erat-erat mencium aroma jus yang dibuat Hana.
"Jus ini bagus untuk kamu, Sayang." Hana terus membujuk Aeris agar mau meminum jus yang dia buat.
Aeris bergidik membayangkan bagaimana rasa segelas jus berwarna hijau pekat di depannya. Jus itu terbuat dari asparagus, berokoli, dan daun katuk.
"Aeris tidak mau, Ibu ...." desah Aeris menahan kesal.
"Jus ini baik untuk rahim kamu, Sayang. Ibu kan, sudah nggak sabar pengin punya cucu dari kamu."
"Duh, Gusti." Aeris mengusap wajah kasar. Bagaimana mungkin dia dan Leon memberi cucu kalau mereka saja belum melakukan hubungan suami istri.
"Ayo, cepat minum!"
"Tapi, Bu ...."
"Jangan dirasakan, ayo cepat minum."
Aeris menutup hidung dan mata erat-erat saat minuman itu masuk ke tenggorokan agar tidak muntah.
"Anak pintar." Hana menepuk puncak kepala Aeris dengan penuh sayang.
"Ini yang terakhir ya, Bu?" Aeris memohon agar Hana tidak menyuruh meminum jus aneh-aneh lagi.
"Iya, Sayang. Ibu pulang dulu, ya."
"Yes!" Aeris bersorak senang karena nanti malam tidak perlu tidur sekamar dengan Leon dan mengeluarkan desahan palsu untuk membohongi Hana.
"Kamu kenapa? Kayaknya senang sekali kalau Ibu pulang?"
"Aeris sedih, kok." Aeris cepat-cepat mengubah raut wajahnya agar Hana percaya.
"Jangan lupa buatkan Ibu cucu nanti malam."
"Iya, Bu," jawab Aeris malas.
"Kalau Leon minta jatah jangan ditolak."
"Astaga, Ibu. Iya ...!"
***
Aeris menggeliat pelan karena cahaya matahari jatuh mengenai wajah cantiknya. Akhirnya semalam dia bisa tidur nyenyak karena Hana sudah pulang ke rumah. Gadis itu mengikat rambut asal sebelum turun, ternyata Leon sedang menyiapkan sarapan untuk mereka di dapur.
"Mau dibantu, nggak?" tawar Aeris karena tidak tega melihat Leon menyiapkan sarapan sendirian.
"Tidak perlu."
Aeris mengembuskan napas panjang. Dia merasa tidak berguna menjadi istri karena Leon lebih banyak mengurus rumah dari pada dirinya.
Pagi ini Leon membuat nasi goreng dan telur dadar. Dia juga membuat segelas susu pisang dan secangkir greentea untuk Aeris. Perhatian sekali, kan?
"Aku mandi dulu," ucapnya setelah selesai menyiapkan sarapan.
Aeris diam-diam menyelinap ke kamar Leon karena ingin menyiapkan setelan kerja berwarna biru navy untuk suaminya itu. Senyum puas tercetak jelas di bibirnya setelah meletakkan pakaian tersebut di atas tempat tidur. Sebelum keluar dia menyelipkan sebuah catatan kecil di saku kemeja lelaki itu. Semoga saja Leon suka dengan baju pilihannya.
Tidak lama kemudian Leon keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit di pinggang. Lelaki itu mengerutkan dahi ketika melihat baju yang Aeris siapkan untuknya. Tanpa sadar Leon tersenyum saat menemukan sebuah cacatan kecil di saku kemeja. Dia hapal betul siapa pemilik tulisan tangan indah itu.
'Terima kasih untuk makanannya selama satu bulan ini. Masakan kamu enak :)'
-Aeris^^-
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Keponakan [SUDAH TERBIT]
FanfictionDewasa 21+ [Jangan lupa follow authornya] Karena sebuah kesalahan Aeris dan Leon terpaksa harus menikah. Tidak ada cinta di antara keduanya. Perbedaan usia dan sifat yang mencolok selalu menjadi masalah utama dalam rumah tangga mereka. Apakah Leon y...