Tiga hari yang lalu Aeris keluar dari rumah sakit. Leon berulang kali menyuruh gadis itu untuk berhenti mengerjakan pekerjaan rumah, tapi Aeris selalu mengabaikan perintahnya. Ada saja yang gadis itu kerjakan. Menyapu, mencuci piring, menyiram tanaman, bahkan mengelap meja yang tidak berdebu. Apa Aeris tidak tahu jika Leon mengkhawatirkannya?
"Berhentilah mengerjakan pekerjaan rumah, Aeris. Aku tidak ingin kamu lelah."
"Aku sudah baik-baik saja, Leon. Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku."
"Lebih baik kamu istirahat, ya? Aku tidak ingin kamu sakit lagi. Nanti aku juga kan, yang repot." Leon mengambil alih sapu dari tangan Aeris.
Aeris melirik jam yang menempel di dinding kamar. Masih jam satu siang. Sejak keluar dari rumah sakit mereka sekarang tidur dalam satu kamar. Leon sendiri yang meminta agar Aeris tidur bersamanya. Aeris pun tidak mampu menolak karena Leon terus saja memaksa. Tolong garis bawahi, MEMAKSA.
"Sekarang masih jam satu siang, aku bosan kalau hanya menonton TV, Leon."
"Siapa yang menyuruhmu nonton TV, bagaimana kalau kita tidur?"
Aeris terkejut. "A-apa?"
Leon tersenyum geli melihat ketakutan yang menghiasi wajah cantik Aeris. "Kamu tenang saja, aku tidak akan berbuat macam-macam," katanya sambil mengusap puncak kepala gadis itu dengan gemas.
Leon pun menyuruh Aeris agar berbaring di sebelahnya dan menjadikan lengan kirinya sebagai bantal. Sementara tangannya yang lain memeluk pinggang Aeris dengan erat. Aroma mint berpadu dengan kayu manis yang menguar dari tubuh Leon selalu membuat Aeris merasa nyaman.
Leon berubah sangat drastis. Lelaki itu sekarang sangat perhatian pada dirinya. Aeris merasa sangat bahagia, tapi juga merasa ... takut. Perhatian yang Leon berikan berhasil membuatnya semakin jatuh cinta. Namun, bagaimana dengan Leon? Apa lelaki itu memiliki perasaan yang sama dengannya?
Entahlah, Aeris ingin sekali tahu perasaan Leon yang sebenarnya. Namun, dia tidak mempunyai cukup keberanian untuk menanyakan hal itu. Dia takut Leon tidak memiliki perasan yang sama karena lelaki itu belum bisa melupakan cinta pertamanya.
"Apa yang kamu pikirkan, Aeris?"
Aeris tergagap karena mendengar suara Leon. Gadis itu pun mendongak, lantas menggelengkan kepala pelan. "Tidak ada."
"Kenapa kamu tidak juga tidur?" Leon mengusap kepala Aeris dengan lembut. Berharap cara itu bisa membuat sang istri merasa nyaman.
"Aku tidak bisa tidur."
Leon menunduk agar bisa melihat Aeris yang berada dalam dekapan. Menerka-nerka hal apa yang membuat gadis itu tidak bisa tidur. "Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"
"Tidak."
'Sebenarnya ada, Leon. Aku sangat ingin menyelami hatimu, mencari tahu bagaimana sesungguhnya perasaanmu. Apa kamu juga memiliki rasa yang sama denganku?' batin Aeris.
"Mau mendengarkan sebuah lagu?"
"Lagu? Kamu mau bernyanyi untukku?"
Leon tersenyum. "Tentu saja, apa pun akan aku lakukan jika itu bisa membuatmu merasa nyaman dan cepat tidur."
Aeris begitu tersentuh mendengarnya. Pelan, dia memberanikan diri memeluk Leon. "Bernyanyilah."
Leon berdeham, semoga saja suaranya tidak mengecewakan Aeris.
Wise man say only fool rush in
But I can't help falling in love with youAeris menikmati suara Leon yang terdengar begitu merdu. Gadis itu seperti berada di sebuah padang bunga yang begitu luas. Wangi bunga yang mekar tercium di mana-mana. Mengundang kumbang dan kupu-kupu untuk mendekat, hinggap dari satu bunga ke bunga yang lainnya. Pemandangan yang sangat indah. Aeris merasa sangat tenang saat mendengar suara Leon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Keponakan [SUDAH TERBIT]
FanfictionDewasa 21+ [Jangan lupa follow authornya] Karena sebuah kesalahan Aeris dan Leon terpaksa harus menikah. Tidak ada cinta di antara keduanya. Perbedaan usia dan sifat yang mencolok selalu menjadi masalah utama dalam rumah tangga mereka. Apakah Leon y...