Four

4.9K 260 24
                                    

Leon mengerjabkan mata perlahan karena cahaya matahari masuk melalui celah tirai di dalam kamar. Helaan napas panjang sontak keluar dari bibirnya ketika melihat seonggok manusia yang tertidur lelap di sampingnya dan menggunakan lengan kirinya sebagai bantal. Semalam dia memang memindahkan Aeris ke tempat tidur karena tidak tega melihat gadis itu tiba-tiba berteriak ketakutan.

Leon tidak tahu kejadian apa yang dialami Aeris di masa lalu. Dia hanya tahu jika Aeris anak angkat neneknya. Karena alasan itulah seluruh keluarga menyetujui pernikahan mereka.

Banyak pesan masuk di ponsel Leon setelah aktif. Dua belas pesan dari Brian, tiga dari Aerin, dan satu dari Dio. Leon mengerutkan dahi, mereasa heran karena adik laki-lakinya itu jarang sekali mengirim pesan. Ada perlu apa Dio meneleponnya? Apa ada hal penting yang ingin anak itu sampaikan? Tidak lama kemudian Dio menelepon.

"Ya, Dio?"

"Nenek Hana menuju ke kamar Kakak. Lima menit lagi dia sampai."

"Nenek!" Leon sontak terbangun dan tanpa sengaja menendang Aeris hingga jatuh dari atas tempat tidur.

"Aduh!" ringis Aeris sambil mengusap pantatnya yang sakit. "Leon?!" teriaknya kesal.

Leon tidak memedulikan teriakan Aeris. Satu hal yang ada di pikirannya sekarang bagaimana membuat Hana percaya jika semalam dia dan Aeris sudah melakukan hubungan suami istri.

"Kamu kenapa, sih? Sudah buat aku jatuh tapi nggak mau minta maaf!" sungut Aeris kesal. Kepala gadis itu mendadak pusing melihat Leon mondar-mandir di depannya.

"Nenek mau ke sini," desah Leon panik.

"Lalu?"

Leon mendesah panjang melihat wajah bodoh Aeris. Kenapa otak gadis itu lemot sekali? "Nenek Hana mau datang ke sini, Tante!"

Kedua alis Aeris menyatu. "Nenek ...?" gumamnya sambil berpikir. Sedetik kemudian wajah gadis itu berubah panik. "Maksudmu ibu?"

"Iya."

"Aduh, gawat, gawat, gawat!" Aeris sontak berdiri dan ikut modar-mandir di samping Leon.

Kepala Leon semakin pusing karena Aeris ikut mondar-mandir tidak jelas seperti dirinya. "Lakukan sesuatu, Tante?"

"Melakukan apa?" Aeris malah balik bertanya.

"Apa, kek!" Leon mendesah panjang. Hana sebentar lagi pasti datang untuk memastikan apa mareka sudah melakukan hubungan suami istri.

Wanita tua itu ... gila!

"Ini aku lagi mikir."

"Aeris, Leon, yuhuuu ...!" Tubuh Aeris dan Leon menegang karena pintu kamar mereka diketuk dari luar. Wajah keduanya sontak berubah pucat.

"Nenek?!"

"Ibu?!"

Aeris tiba-tiba menarik Leon, lalu menjatuhkan keponakannya itu di atas tempat tidur.

"Ta-Tante mau apa?" tanya Leon takut-takut.

"Argh ...!" Leon mengerang karena Aeris menggigit bahu kanannya.

"Tante, apa yang ... hmfth ...."

Aeris langsung membekap mulut Leon agar tidak berteriak. "Bisa diem, nggak?" desisnya tepat di depan wajah lelaki itu.

Jantung Leon seketika bedebar kencang karena wajah Aeris sangat dekat dengannya. Entah kenapa bibir mungil itu terlihat sangat menggoda.

'Shit!' Leon mengumpat dalam hati karena jantungnya berdebar.

Tubuh Leon meremang karena Aeris melepas kancing piyamanya. Tanpa sadar dia menahan napas dan hanya bisa diam ketika jemari lentik itu bergerak melepas kancing piyamanya satu persatu.

Menikah dengan Keponakan [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang