Aeris meremas ujung kemeja yang dipakainya karena gugup. Sementara Leon yang duduk di sebelahnya tampak tenang-tenang saja.
"Ibu sudah mengambil keputusan, kalian akan menikah Minggu depan."
"Apa?! Menikah?!" Aeris sontak berdiri dan menggebrak meja lumayan keras.
"Nenek tidak boleh mengambil keputusan sepihak seperti itu." Leon yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara. Hana menyuruhnya dan Aeris menikah karena menangkap basah dirinya sedang mencium gadis itu di parkiran.
"Ini demi kebaikan kalian. Coba kalau Nenek tadi tidak datang tepat waktu, Nenek tidak bisa membayangkan apa yang akan kalian berdua lakukan selanjutnya." Hana tersenyum penuh arti, entah apa yang wanita paruh baya itu pikirkan.
Leon mendesah panjang. Masa depannya bisa hancur jika harus menghabiskan sisa hidup dengan gadis abnormal seperti Aeris.
Aeris melayangkan tatapan membunuh. Hana tidak mungkin menyuruh mereka menikah jika Leon tidak menciumnya. "Semua ini salahmu. Kalau kamu tidak menciumku, Ibu tidak mungkin menyuruh kita untuk menikah."
"Kenapa Tante menyalahkanku? Bukankah Tante yang menciumku lebih dulu?"
Aeris menarik napas panjang, berusaha menahan diri agar tidak mencakar wajah Leon yang kelewat tampan. Dia tidak suka dipanggil tante. Sangat tidak suka. "Aku tidak sengaja menciummu karena tadi terjatuh, Leon. Lalu kenapa kamu malah balas menciumku?"
Skak mat! Leon terdiam. Dia juga tidak tahu kenapa bisa mencium Aeris. Apa dia tergoda dengan bibir mungil itu?
"Kenapa Tante tadi tidak berusaha menahanku?"Aeris tersentak mendengar pertanyaan Leon barusan. Kenapa dia tidak bisa menghentikan keponakannya? Apa dia menyukai ciuman itu? Aeris mengusap wajah kasar. Dia bingung harus menjawab apa.
Hana tersenyum kecil mendengar perdebatan antara Aeris dan Leon. Dia yakin sekali Leon lelaki yang tepat untuk mendampingi Aeris, begitu pula sebaliknya.
"Tapi, Bu ... itu hanya ciuman. Lagi pula Leon keponakan Aeris sendiri." Aeris kembali memohon agar Hana tidak menyuruhnya menikah dengan Leon.
Leon mengangguk, membenarkan ucapan Aeris.
"Aeris, duduk!" perintah Hana tegas.
Aeris membuang napas kasar lalu mendudukan diri dengan kesal."Aeris dengarkan, Ibu. Usiamu sudah sangat matang untuk menikah. Mau sampai kapan kamu melajang?"
"Aeris memang punya rencana untuk menikah, tapi tidak dalam waktu dekat ini, Ibu."
"Menikah? Sama siapa?"
"Tentu saja pacar, Aeris," jawabnya cepat.
Hana malah tertawa keras mendengar jawaban putri bungsunya itu. "Jangan berbohong, Ibu tahu kamu belum pernah pacaran."
Aeris mengembuskan napas panjang. Ternyata susah sekali meyakinkan Hana. "Kenapa kamu diam saja? Katakan sesuatu, Le!" Dia berdecak kesal karena Leon sedari tadi hanya diam tanpa berniat membantu memberi alasan agar Hana tidak jadi menyuruh mereka untuk menikah.
"Leon sudah punya pacar, Nek. Leon tidak mungkin menikah dengan Tante."
Ucapan Leon sontak membuat wajah Aeris berbinar. "Nah, betul itu, Ibu. Kasihan nanti pacar Leon kalau ditinggal menikah sama Aeris."

KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Keponakan [SUDAH TERBIT]
FanficDewasa 21+ [Jangan lupa follow authornya] Karena sebuah kesalahan Aeris dan Leon terpaksa harus menikah. Tidak ada cinta di antara keduanya. Perbedaan usia dan sifat yang mencolok selalu menjadi masalah utama dalam rumah tangga mereka. Apakah Leon y...