Fifteen

4.6K 283 61
                                    

Leon mengerjabkan mata perlahan saat cahaya matahari menerobos masuk melalui celah tirai di dalam kamar. Lelaki pemilik lesung pipi di sebelah kiri itu menggeliat pelan sebelum bangun lalu mendudukkan diri di atas tempat tidur. Samping tempat tidurnya terlihat kosong, Aeris pasti sudah bangun.

Leon pun beranjak, bersandar di daun pintu dapur melihat Aeris yang sedang membuat roti bakar untuk sarapan mereka. Wanita itu memakai kemeja putihnya yang hanya mampu menutupi separuh paha mulusnya. Entah kenapa Aeris malah terlihat seksi di matanya sekarang.

"Ah!" Aeris berjengit karena sepasang tangan kekar tiba-tiba menelusup, memeluk tubuhnya dari belakang. Dia nyaris saja memukul kepala Leon dengan spatula yang ada di tangannya.

"Kamu bisa nggak sih, nggak ngagetin aku?"

Leon malah terkekeh. "Maaf, Sayang. Habis kamu terlihat ... sangat seksi," ucapnya nakal karena Aeris sengaja membuka dua kancing kemejanya paling atas.

"Seksi, seksi. Seksi konsumsi?" sungut Aeris kesal.

Leon kembali terkekeh. Tiga hari yang lalu mereka kembali ke apertemen setelah pergi berbulan madu ke pulau pribadi milik keluarga besar Yasodana. Padahal Leon masih ingin berbulan madu lebih lama, tapi Brian kemarin memberitahu jika proyek mereka ada sedikit masalah.

"Kamu mau minum kopi atau susu?"

"Aku mau minum susu, tapi susu yang lain," jawab Leon sambil menatap Aeris penuh minat.

"Leon!" Wajah Aeris sontak memerah. Leon sekarang berubah mesum semenjak mereka pulang dari bulan madu. Pergi ke mana sifat dingin lelaki itu?

Leon melirik jam yang menempel di dinding dapur. Ternyata dia masih memiliki waktu setengah jam sebelum berangkat ke kantor. "Bagaimana kalau kita buat dedek bayi lagi?"

Kedua mata Aeris sontak membulat mendengar ucapan Leon barusan. Apa Leon ingin bercinta? Sekarang? Apa yang semalam belum cukup? Astaga!

Leon menarik pinggang Aeris agar mendekat. "Mau, ya?"

"Em .... " Aeris tanpa sadar menggigit bibir bagian bawah. Sebenarnya dia ingin mengatakan tidak, tapi tak berani menolak keinginan Leon.

"Aku cuma bercanda," ucap Leon sambil mengusap puncak kepala Aeris dengan gemas.

Aeris sontak mengembuskan napas lega. Dia pikir Leon serius mengajak bercinta.

Leon pun duduk di meja makan, lalu melahab roti bakar yang sudah Aeris siapkan untuknya.

"Kamu nggak mandi dulu?" Aeris duduk di kursi yang ada di hadapan Leon dan melahab roti bakarnya sendiri.

Leon menggeleng. "Nanti saja kita mandi bersama," jawabnya sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda Aeris.

"Astaga!" Wajah Aeris lagi-lagi memanas, jantung pun berdebar hebat karena Leon lagi-lagi menggodanya. Aeris suka.

***

Mr. Dinata memperhatikan apa yang Leon jelaskan untuk mengembangkan bisnis mereka. Lelaki paruh baya itu kagum dengan cara Leon saat menyampaikan ide. Begitu lugas dan jelas. Tidak heran jika perusahaan yang baru Leon dirikan bisa bersanding dengan beberapa perusahaan besar. Salah satunya perusahaan miliknya, Yifan Grup.

Menikah dengan Keponakan [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang