Bagian 5

18.6K 789 8
                                    

*Mantan*

Sejak kejadian di rumah sakit, aku menjadi sosok pendiam dan lebih menyibukkan diri dengan kegiatan kampus. Tapi tidak saat aku bersama teman-teman pengurus lembaga, saat bersama mereka aku tetap ceria. Tak jarang aku juga ketiduran di sekretariat DPM saking lelahnya. Setiap hari rasanya kaki terasa berat untuk pulang ke rumah, rumah mewah yang menurutku bagai neraka dunia.

"Nayla, sebentar malam calon suamimu beserta keluarga akan datang ke rumah. Kamu jangan telat pulang." Pesan ayah melalui WA, namun aku enggan untuk membalas.

Saat aku hendak menyimpan ponsel dan beralih pada laptop, tiba-tiba ponselku berdering pertanda telpon masuk. Dengan malas aku meraih kembali ponsel itu, nama kak Fahmi tertera disana.

"Assalamu'alaikum.." Sapaku malas.

"Wa'alaikumsalam, kamu dimana? Pak Anton minta aku untuk jemput." Ucap kak Fahmi dingin.

"Ya elah, baru juga jam empat. Tidak usah jemput, bilang sama bosmu itu kalau aku akan pulang tepat waktu." Ucapku dengan nada tinggi, sehingga mengalihkan perhatian teman yang ada dalam sekret.

"Tinggal bilang aja kamu dimana, tidak usah ngebentak gitu."

Kali ini aku heran dengan kak Fahmi, bukannya yang marah itu harusnya aku malah dia yang dingin bangat.

"Aku di sekret DPM dan akan pulang jam lima, jadi kak Fahmi tidak usah jemput." Jawabku mematikan telpon.

"Kamu kenapa sih Nay, belakangan ini marah-marah mulu. Kamu lagi PMS ya.? Tanya Rio ketua lembagaku.

"Nggak, aku hanya kesal saja." Jawabku kembali menatap laptop.

"Kesal ya pasti ada sebabnya lah Nay."

"Ya nggak usah dibahas, nggak penting. Aku mau lanjut kerja Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) kegiatan kemarin."

Saat aku kembali menatap laptop, masuklah 6 orang pria yang merupakan pengurus DPM Juga.

"Rio, Nayla. Sebentar malam ada acara di rumah ketua DPM Fakultas Teknik, dan kita semua diundang hadir disana." Ucap Yahya seraya mengangkat undangan berwarna biru.

"Malam lagi?," tanyaku.

"Iya Nayla.. Malam, emang kenapa?, jangan bilang kamu tidak bisa. Ini undangan khusus loh." Ucap Yahya duduk di kusri kebanggaanya.

"Bukan itu, soalnya aku sekarang tidak pakai motor jadi tidak bisa kesana." Kilahku.

"Kamu sama aku aja Nay" Timpal Arkan.

"Ha..ha..ha, kamu niat mau bunuh aku? atau kamu udah bosan pacaran sama Ririn?" Jawabku terpingkal.

"Kamu tau kan, Ririn itu cemburunya kuat. Jangankan kamu boncengin aku, setiap kali aku nitip minuman saja sama kamu mukanya sudah kaya orang kepedasan." Ucapku membuat teman yang lain tertawa.

Saat kami asyik tertawa, tiba-tiba kak Fahmi datang.

"Assalamu'alaikum." Salamnya yang dijawab serentak oleh kami semua.

"Cari siapa mas?," tanya Yahya.

"Nayla dek." Jawabnya sopan,.

Sebenarnya aku melihatnya dan tau dia mencariku tapi biarkan saja Yahya yang temui. Namun sebelum Yahya balik padaku, aku lebih dulu menghampri mereka.

"Kamu ngapain sih, sudah dibilang tidak usah jemput." Ucapku kesal pada kak Fahmi.

'Aku hanya menjalankan tugasku." Jawabnya.

"Ya sudah, aku masih ada kerjaan. Kalau kamu masih ngotot mau jemput, silahkan menunggu." Aku berbalik hendak melanjutkan kerjaan.

"Nggak boleh gitu Nay, kamu sudah di jemput. Kan bisa lanjut di rumah itu laporannya." Yahya menimpali.

Pernikahan PaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang