*Pengakuan kak Fahmi*
Bulan memancarkan sinarnya menerangi bumi, suasana malam ini mengingatkanku saat masa kecil dulu. Dulu disaat terng bulan, kami selalu duduk di teras rumah hanya sekedar menikmati teh hangat.
"Nayla..." Panggil kak Fahmi. Namun aku enggan untuk menjawab. Aku masih saja memandangi indahnya suasana malam pada saat terang bulan.
"Nayla aku minta maaf." Ucap kak Fahmi.
"Minta maaf untuk apa kak? Kak Fahmi tidak salah kok." Ucapku tanpa menoleh padanya.
"Maaf untuk kata-kataku semalam."
Aku tidak menanggapi lagi penuturan kak Fahmi.
"Nayla, apakah kamu mau mendengarkan penjelasanku." Tanya kak Fahmi dengan suara memelas.
Entah kenapa hatiku tergerak untuk menoleh dan menuju ranjang tempat kak Fahmi menyandarkan punggungnya.
"Nayla, maafin aku yang tidak bisa mengontrol emosi. Aku terlalu egois hingga tidak memikirkan perasaanmu. Maaf aku telah menyalahkanmu atas apa yang telah menimpa keluargaku. Seharusnya aku tidak mengucapkan kalimat itu padamu." Jelas kak Fahmi dengan suara lemah.
"Tidak kak. Aku memang sudah menghancurkan masa depan kak Fahmi, gara-gara menikah denganku kak Fahmi harus merelakan pernikahan impian kak Fahmi. Gara-gara aku juga ayah menabrak orang tua kak Fahmi. Seharusnya aku tidak kembali dan tidak pernah mengetahui fakta tentang orang tuaku. Hiks..hiks." Jelasku dengan nada tinggi juga deraian air mata.
"Nay, jika kamu tidak ditemukan maka bunda tidak akan tenang di alam sana. Bunda akan minggal dengan penyesalan yang belum terobati." Jelas kak Fahmi lagi.
"Lalu apa yang membuat kak Fahmi mau menikahiku? Apa yang membuat kak Fahmi menyusulku hingga membahayakan nyawa kak Fahmi sendiri? Apa yang membuat kak Fahmi peduli denganku. Aku bukan siapa-siapa kak aku hanya pembawa sial." Ucapku dengan emosi.
Seketika kak Fahmi memlukku dari samping, aku berusaha melepaskan pelukan kak Fahmi namun tangan kokohnya terlalu kuat melingkar dipinggangnku.
"Jawab kak, kenapa. Hiks..hiks"
"Tolong tenangkan dirimu Nay. Aku akan jelasin semuanya tapi aku mohon kamu tenang dulu, jangan emosi."
"Nayla, sejak aku melihat dunia ini bundalah yang pertama kali aku lihat. Bunda merawatku dengan baik, hingga bunda kehilanganmu kembali dan itu semua gara-gara aku yang tidak sengaja melempar bantal tepat diatas tubuh kecilmu."
"Aku memang menikahimu tanpa cinta, pesan terakhir bundalah yang memotivasiku untuk mengajukan diri sebagai pengganti Wahyu. Pernikahanmu dengan Wahyu sebenarnya adalah pesan terakhir bunda pada ayah. Bunda berpesan agar ayah menikahkanmu dengan anak sahabatnya yang tak lain adalah Wahyu. Itulah yang membuat ayah sangat memaksamu untuk menikah dengan Wahyu karena ayah sangat mencintai dan menghargai bunda. Sejujurnya ayah sangat penyayang, tapi dia tidak bisa mengingkari janjinya pada bunda." Jelas kak Fahmi.
"Apa pesan bunda kak?, kenapa bunda tidak menyampaikan itu padaku saja? Dan kenapa bunda malah meminta ayah untuk menikahkan aku dengan laki-laki yang sudah menyakitiku?" Tanyaku parau.
"Bunda telah menitipkanmu padaku, bunda berpesan agar aku selalu menjagamu. Bunda tidak tau jika Wahyu pernah menyakitimu karena bunda mengenal Wahyu sebagai anak baik dan sopan pada orang tua. Setiap kali ada pertemuan antara keluarga, Wahyu sangat sopan pada bunda dan ayah itulah yang membuat bunda sayang pada Wahyu dan ingin menjadikannya sebagai pendamping hidupmu."
"Bunda..!, kenapa engkau begitu cepat meninggalkan aku. Bunda..! maafkan aku yang tidak ada disaat engkau membutuhkanmu..hiks..hikss" Aku berucap seolah bunda ada di depanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Paksa
Science FictionPernakah kamu membayangkan keharmonisan keluargamu selama 21 tahun lamanya akan dirusak oleh keluarga baru yang pada kenyataannya adalah keluarga kandungmu?. Selama 21 tahun kamu hidup dengan kasih sayang penuh dari keluarga yang ternyata hanyalah k...