Bagian 12

14.7K 746 11
                                    

*Party*

Sejak kejutan ulang tahun yang dilakukan oleh kak Fahmi bersama teman-teman kuliah serta kak Ardi semalam, hubunganku dengan kak Fahmi mulai membaik. Aku tidak lagi menyalahkan kak Fahmi atas apa yang telah menimpahku, begitu juga kak Fahmi tidak marah padaku.

Hari ini aku masuk kampus namun tidak seperti biasanya, aku ke kampus bukan untuk masuk kuliah melainkan untuk mengintrogasi Lala serta teman-teman dari lembaga perihal Andin. Aku penasaran kenpa kak Ardi dan kak Fahmi mengucapkan kalimat yang sama pada Andin.

Aku sudah menanyakan hal ini pada Andisn melalui pesan WatshApp, namun Andin tidak mau menjelaskan apapun perihal yang dilakukannya semalam.

"Assalamu'alaikum gadis manja yang kerjanya makan mulu tapi badan kurus krempeng." Aku duduk di sebelah Lala yang sedang serius mandangin layar ponselnya.

"La, kamu liatin apaan sih serius amat sampe tidak menghiraukanku. Biasanya juga udah seperti nenek lampir kalau aku ngucapin kalimat itu." Ucapku ikut menoleh pada layar Hp Lala.

"Nay, kamu yang sabar ya. Ini pasti gak seperti yang di gambar." Ucap Lala menenagkanku.

Seketika timbul anak sungai di pelupuk mataku, entah apa yang aku rasakan saat ini. Padahal aku tidak mencintai kak Fahmi tapi melihatnya menyuapi Andin yang tak lain adalah sahabatku sendiri rasanya sangat perih.

"Aku tidak mengapa kok, lagian itu kan hak kak Fahmi mau ngapain. Aku ke sekret dulu ya." Pamitku langsung berlari menuju sekretariat.

Aku masih mendengar teriakan Lala memanggil namaku, tapi aku tidak peduli dan terus saja lari. Saat memasuki sekret, taman-teman yang ada disitu kaget karena aku masuk tanpa bersalam lebih dulu.

"Tumben bu gak ngucap salam." Celetuk Rio, namun aku enggan untuk menanggapi.

Aku langsung menuju kursi kebanggaanku dan menenggelamkan wajah di balik tangan. Seketika bahuku terguncang, aku tidak dapat menahan rasa sesak di dada hingga tidak peduli banyak yang lihat aku menangis.

"Eh Nay, aku salah ngomong ya? Maaf deh" Ucap Rio merasa bersalah. Aku hanya menggelengkan kepala.

"Lah, teruh kenapa nangis? Apa ada masalah dengan suamimu?" Ucap Rio lagi.

Mendengar penuturan Rio, aku malah tambah nangis. Arkan, Yahya dan Edo ikut mendekati tempat dudukku.

"Nay, kamu kenapa sih, lagi PMS ya?" Ucap Edo.

"Jahat, kalian semua jahat" Teriakku diselah tangisan.

"Kami jahat gimana sih Nay, tau kenapa kamu nangis aja kami gak tau bagaimana caranya kami jahatin kamu?" Kali ini Arkan yang angkat bicara.

Bahuku makin terguncang akibat tangis yang makin menjadi, tidak ada pikiran malu telah mengis di depan mereka yang pasti akan mengejekku jika tau penyebabnya.

"Nay, coba deh kamu tenang terus certain sama kami siapa yang membuatmu menangis seperti ini. Selama kami mengenalmu, baru kali ini loh kami lihat kamu nangis sampe begini." Ucap Rio.

"Iya Nay, kali aja kami bisa bantu nyelesaiin masalah kamu" Timpal Arkan.

Disaat tiga cowok berusaha menenangkanku, Lala dan Nani masuk dan langsung berhambur ke pelukanku.

"Nay, kamu sabar dulu ya. Kita cari tau dulu siapa yang ngirim foto itu ke aku" Ucap Lala.

"Iya Nay, kali aja itu foto hanya rekayasa buat ngancurin persahabatanmu sama Andin." Ucap Nani.

"Iya Nay, sekarang kamu coba telpon kak Fahmi tanyain dia lagi dimana dan sama siapa aja." Ucap Lala lagi.

Baru aja Lala bicara, handponku bordering tanda ada telpon masuk. Aku enggann untuk melihat siapa yang menelpon, hingga Nani lah yang melihat siapa yang menelpon.

Pernikahan PaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang