Bagian 11

14.3K 772 1
                                    

*Canggung*

Lala menyodorkan kue ulang tahun berwarna pink bertuliskan happy birth day Nayla ke 21. Aku tidak bisa menahan air mata tak kala Nani memelukku

"Kalian semua jahat, kalau aku jantungan gimana?" Aku memukul lengan Nani.

"Ini idenya kak Ardi Nay, tadinya kami langsung kesini tanpa ngerjain dulu." Jelas Nani.

"Kakak...." Aku merajuk di lengan kak Ardi.

"Ini siapa dari tadi topengnya nggak dilepas?" Aku menarik topeng salah satu dari tiga orang yang telah berhasil membuatku ketakutan.

"Andin.. Uuuuuuh" Aku memeluk sahabat kesayanganku sejak SMA itu.

Andin malah nyengir tanpa dosa.

"Kamu penakut banget sih, masa preman kampus takut sama perampok bohongan" Canda Andin tanpa dosa.

"Kalau aku tau bohongan, mana mungkin aku lari oon. Tapi kok malah kamu yang menyamar jadi perampok sih?" Tanyaku penasaran.

"Nih idenya kak Fahmi, takutnya kamu lagi gak berhijab." Jelas Andin

Aku balik menghadap kak Fahmi yang menunduk seolah tak mendegar penuturan Andin.

Malam itu kami habiskan dengan bahagia, tidak ada kata canggung kecuali aku yang malu-malu ketika menyuapkan potongan kue pada kak Fahmi. Lain halnya dengan kak Fahmi yang tetap datar walaupun kata cie selalu di lontarkan oleh kakak dan teman-temanku.

"Nay, kami balik ya" Lala pamit hendak pulang.

"Kalian nginap disini aja La, ini udah jam sebelas malam loh."

"Gak bisa Nay, tugas dari pak Agus aku belum selesaiin" Tolak Lala.

"Oh iya ya, ada tugas dari pak Agus untung kamu ngomong La" Aku menepuk jidat. Aku lupa dengan tugas dari pak Agus.

"Ya elah Nay, baru juga nikah udah lupa aja sama tugas kuliah." Ucap lala diikuti tawa dari yang lain.

"Ya udah deh, tapi kamu balik nya naik apa?" Tanyaku memeluknya.

"Nih sama Rio" Dia menunjuk Rio.

"Ya udah deh Nay, kami balik ya." Rio dan yang lainnya telah siap dengan jaket dan kunci motor di tangan.

"Kamu Ndin pulang sama siapa?" Aku bertanya pada Andin yang hanya diam kerena dia memang tidak akrab dengan teman-teman kuliahku.

"Aku naik ojol aja Nay" Jawabnya mengeluarkan ponsel dari tas.

"Eh, jangan ini udah larut malam loh. Kamu aku anta raja ya" Aku mencegahnya memesan ojol.

" Maksudmu kita saling ngantar gitu?, kamu antar aku pulang terus gantian aku anterin kamu, terus gentian lagi sampe pagi" Jawab Andin bercanda.

"Ya nggak lah."

"Kak, boleh minta tolong?" Aku balik menghadap kak Fahmi.

"YA udah, tapi kamu ikut ya" Jawab kak Fahmi, padahal aku belum mengutarakan kemauanku.

"Yes! Aku izin sama kak Ardi dulu ya Ndin" Ucapku berbalik hendak ke dapur, namun Andin minta untuk ikut.

"Aku ikut Nay"

"Kak, aku anterin Andin pulang dulu ya." Aku meraih tangan kak Ardi.

"Lah, kok kamu sih. Nanti kakak aja deh, kamu kan cewe sama aja dengan Andin, nanti kalau amu kenapa-napa di jalan gimana?" Kak Ardi khawatir.

"Yang ada kalau kaka Ardi yang antar, kami yang bakal susah nyari orang hilang karena kesasar. Lagian ada kak Fahmi kok, jadi kakak gak perlu khawatir." Ucapku meyakinkan kak Ardi.

"Ya udah kamu hati-hati ya." Kak Ardi mengelus kepalaku yang dibalut oleh jilbab.

"Kak, aku pulang dulu ya. Terima kasih untuk hari ini." Ucap Andin pada kak Ardi.

"Terima kasih untuk hari ini?, maksudnya apa nih?" Ucapku penasaran dengan mereka berdua.

"Bukan urusan anak kecil" Ucap kak Ardi.

"Eh kak, gini-gini aku udah punya suami ya. Ups" Aku merutuki mulut yang tak terkontrol.

"Iya..iya, yang udah punya suami. Udah terima nih kalau udah nikah?" Kak Ardi malah menggodaku.

"Serah kakak, kami jalan dulu. Assalamu'alaikum"

Aku dan Andin keluar menuju ruang tamu untuk menemui kak Fahmi, namun yang dicari tidak ada.

"Mungkin dia udah di mobil kali, yuk" Ajakku pada Andin.

Benar aja, kami mendapati kak Fahmi tengah tidur di balik kemudi mobil. Pelan aku membangunkannya.

"Kak.." Panggilku pelan, namun dia tidak bergerak.

"Nay, aku naik ojol aja deh kasian kak Fahmi pasti lelah, soalnya tadi dari luar kota langsung bantu kami nyusun rencana buat ngasih kejutan untukmu. Lihat tuh, tidurnya nyeyak amat" Ucap Andin tak enak pada kak Fahmi.

"Jangan Ndin, aku coba sekali lagi ya"

"Kak, ayo kita jalan sekarang" Aku menyentuh pipi kak Fahmi dengan lembut, namun detak jantung tidak selembut sentuhan tanganku pada kak Fahmi.

Kak Fahmi terlonjat kaget saat tanganku menyentuh pipinya.

"Eh, maaf aku ketiduran ya." Ucap kak Fahmi memperbaiki posisi duduknya.

"Maaf kak, aku merepotkan ya?" Uacap Andin tak enak.

"Tidak kok, ayo kita berangkat sekarang."

Dengan ragu, Andin masuk dalam mobil dan duduk tepat dibelakang kak Fahmi sementara aku duduk di sampingnya. Sepanjang jalan, kami kembali mengulas kenangan masa SMA seolah kami hanya berdua.

Saat kami membahas masalah SMA dengan topik malas belajar, tiba-tiba mobil berhenti.

"Kok, berehenti kak?" Ucapku menoleh pada kak Fahmi.

"Ini dah nyampe Nay" Bisik Andin.

"Eh iya, heheh" Aku menggaruk kepala yang tak gatal.

"Aku keluar dulu ya, terima kasih udah ngantar aku sampe rumah." Andin memelukku sebelum keluar.

"Terima kasih ya kak, maaf merepotkan" Tak lupa Andin mengucapkan terima kasih pada kak Fahmi.

"Tidak merepotkan kok, teima kasih ya untuk hari ini" Ucap kak Fahmi persis seperti yang diucapkan kak Ardi.

"Kok, semua pada bilang terima kasih untuk hari ini sama kamu sin Ndin?, tadi kak Ardi, sekarang kak Fahmi emang kamu ngapain aja hari ini? Tanyaku pada Andin sebelum dia benar-benar pergi.

"Kepo..." Andin tak menjawab pertanyaanku, dia malah melangkah masuk dalam kosnya.

Setelah kepergian Andin, kak Fahmi malam mematikan mesin mobil.

"Kok, malah dimatiin kak?" Tanyaku.

"Kamu mau tetap disitu?" Ucap kak Fahmi malah balik nanya.

"Maksud kak Fahmi?" Tanyaku tidak mengerti dengan pertanyaan kak Fahmi.

"Apa kamu masih menganggapku seorang sopir hingga kamu tetap duduk disitu?" Tanya kak Fahmi lagi. Aku mengerti dan langsung pindah tempat duduk, aku duduk di sampingnya.

Pernikahan PaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang