Bagian 13

14.1K 720 5
                                    

*Rahasia ayah*

Acara berakhir tepat jam 12 malam, waktu dimana biasanya aku sudah menjelajah dialam mimpi.

"Nay, aku numpang nginap disini ya." Ucap Andin saat aku masuk ke dalam rumah.

"Beneran Ndin.... Aku seneng banget loh kamu mau nginap disini, udah lama kita gak tidur bareng." Ucapku antusias.

"Heh.. sadar bu, kamu udah punya suami. Aku nginap bukan untuk bareng kamu, maksudku mau minjam kamar tamiu buat tidur soalnya pasti di tempatku udah di kunci." Ucap Andin.

"Ya gak apa-apa lah Ndin, lagian aku gak pernah kok tidur bareng kak Fahmi.. ups." Aku merutuki mulut yang tidak bisa diajak kompromi.

"Apa...!, maksud kamu apa Nay?" Tanya Andin penuh selidik.

"Hus, jangan teriak-teriak. Ntar dikira kamu diapa-apain lagi. Udah nanti aku certain, sekarang kamu ganti baju" Ucapku memutar badan Andin menuju kamar tamu.

"Aku gak bawa baju ganti Nay."

"Ya udah kamu masuk aja dulu, nanti aku pinjamin daster almarhumah bundaku." Ucapku dengan senyum tertahan.

"Enak aja, sejak kapan aku mau pake daster?" Tolak Andin.

"Ya udah sih masuk aja dulu."

Andin nurut aja dan langsung masuk ke dalam kamar tamu yang terletak tepat di sebelah ruang keluarga.

"Ah lelahh" Ucapku dalam hati.

Aku menaiki anak tangga dengan kaki telanjang karena sepatu yang aku gunakan telah aku lepas. Ya, aku menggunakan sepatu saat pesta, sebenarnya ayah sudah memerintahkan untuk diganti dengan hils saja tapi aku menolak. Bagiku, sepatu yang kurang bahan di dasarnya itu sangat menyiksa.

"Assalamu'alaikum.." Ucapku saat membuka pintu kamar padahal itu adaah kamarku sendiri dan hanya aku penghuni satu-satunya.

"Aaaaaaaa"

Aku kaget saat mendapati kak Fahmi hanya menggunakan handuk. Seketika kak Fahmi menarikku masuk dan mengunci pintu.

"Kakak ngapain di kamarku..! lepasin kak" Aku mengehmpas kuat tangan kak Fahmi.

Belum sempat kak Fahmi bicara, terdengar teriakan ayah, kak Dirga hingga Andin di luar.

"Nayla, kamu tidak apa-apa kan?" Panggil ayah.

"Nayla.." Panggil Andin bersamaan dengan kak Dirga.

"Kamu jawab gak apa-apa sama mereka sebelum pintu di dobrak" Ucap kak Fahmi berbisik.

"Enggak kok yah, ini ada kecoak tapi udah aku buang." Ucapku membuka pintu setelah kak Fahmi kembali ke kamar mandi.

"Kamu ini, sama kecoak aja takut." Ledek kak Dirga.

"Bukan takut kak, tapi geli." Ucapku membela diri.

"Nayla, Nayla.. Kamu masih aja takut sama kecoak. Jangan sampai kejadian saat SMA terulang ya, bisa hancur nih rumah ha...ha..ha" Timpal Andin.

"Emang kenapa Nayla saat SMA?" Tanya kak Fahmi saat keluar dari kamar mandi.

"Ha...ha..ha..ha.." Andin hanya tertawa membayangkan kelakuan konyolku saat SMA.

Seketika aku memeluk dan membekap mulut Nayla agar todak membongkar masa lalu yang memalukan itu. Kak Dirga, ayah dan kak Fahmi hanya senyum melihat aku memperlakukan Andin.

"Udah deh, Nay ampun. Aku gak bakal ngebocorin kalau kamu dulu pernah ngangkat kursi dan melemparnya di depan saat guru matematika menjelaskan, dan itu semua gara-gara kamu lihat ada kecok disamping papan tulis..hahah."

Pernikahan PaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang