[MYSTIQUE BOND] : 6. Terjebak Dalam Mimpi Kelabu

367 30 18
                                    

❝SEBERAPA BANYAK HARAPAN YANG TELAH KAU BUAT❞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEBERAPA BANYAK HARAPAN YANG TELAH KAU BUAT


╞═════𖠁★𖠁═════╡




Ranaya tidak terbangun. Istilah terbangun hanya dipakai untuk orang yang sebelumnya terlelap. Tetapi Ranaya tidak—bahkan ia tidak merasa telah tertidur. Ia hanya berkelana dalam mimpi gelisah, umpama pelaut yang mengarungi samudera tanpa bekal dan kompas, berlayar mencari pelabuhan dari hulu ke hilir, dari ujung sampai buntu. Sangat tak tentu arah, berkecamuk bersama ombak emosi yang tidak berkesudahan. Ranaya bermimpi, ia tengah berjalan menyusuri hutan yang teramat kelam pun keheningan seakan membekapnya di dalam kegelapan. Ketika ia melangkah, rumput basah dan tanah lembablah yang mampu dirasakan kaki telanjangnya. Sekilas Ranaya memutar kepala, ke kanan dan ke kiri-dan menemukan banyaknya tanaman willow; merah, jingga, ungu, putih, seolah mereka ingin memberi sedikit warna yang bersinar menggantikan cahaya matahari yang tidak terdapat sama sekali di dalam hutan ini.

"Ranaya.."

Maka, hanya suara lembut itulah yang menghentikan langkah Ranaya seketika. Tubuhnya sedikit tersentak kala maniknya menangkap sesosok wanita—yang kini tersenyum padanya, juga melambai gemulai seperti meminta Ranaya untuk mendekat. Ini sudah lama sekali. Sangat lama hingga Ranaya hanya mampu mendengar detak jantungnya yang bertalu pun matanya memanas, seakan ingin menumpahkan badai yang deras dari pelupuk mata.

Wanita itu—adalah sang Ibu.

Rasanya, ia ingin berlari, berlari, dan berlari—berlari secepat yang ia bisa, lalu menghambur ke dalam dekapan hangat yang teramat ia rindukan selama belasan tahun. Ranaya ingin memeluk Ibunya. Sangat. Namun seolah ia memang makhluk tersial di muka bumi, niatnya terpatahkan manakala Ranaya melirikkan mata pada satu sosok yang tiba-tiba muncul—berdiri di samping sang ibu. Pria itu...

"Putriku? Apa kau tidak merindukan Ayah?"

Ranaya ingin berteriak, "Tidak!" selantang yang dibisa. Tetapi itu tidak ia lakukan melainkan ia hanya bungkam dalam perasaan marah serta benci, sangat benci, dan begitu benci, dan juga dendam, sampai ia hanya mampu meringik tajam ketika melihat pria itu mengembangkan senyum begitu lebar; terlihat indah dan menawan, namun Ranaya artikan sebagai seringai penuh ejek—seperti pria itu mengatakan; selamat menikmati kehidupanmu yang terikat dengan kesengsaraan.

Pria itu merentangkan kedua tangan, kemudian berkata, "kemari, sayang. Ayah merindukanmu."

Selayaknya luka yang diberi garam lalu dibakar dengan kejam. Ranaya tetap bergeming di tempat sembari menatap pria itu dengan sorot tak ramah, seperti menohok dalam kemarahan penuh dendam yang terlukis jelas di obsidiannya. Ranaya membuang muka disaat pria yang dahulu ia panggil ayah itu makin memamerkan tingkah seolah-olah memang menyambut dirinya, mengajaknya untuk bergabung ke dalam pelukan hangat sebagaimana rengkuhan seorang ayah. Namun Ranaya menolak mentah-mentah, lebih memilih menoleh lagi ke arah sang Ibu, dimana wanita itu masih tersenyum lembut ke arahnya tapi Ranaya juga dapat melihat kepahitan di sudut bibir; dan juga kepalsuan? Sedetik kening Ranaya mengernyit, dadanya sesak seolah berton-ton balok es tengah menimpa punggungnya. Benar, Ibunya sedang melemparkan gurat wajah yang tampak begitu palsu saat ini, meski tersenyum, Ranaya jelas tahu itu adalah senyum palsu dan bohong. Tetapi mengapa? Mengapa Ibunya selalu memberikan ekspresi begitu ketika ia bertandang ke mimpinya? Apa mungkin ini karena Ranaya tak pernah ke Gereja untuk mendo'akan sang Ibu? Ataukah... memang ibunya berpikir bahwa Ranaya pantas mendapatkan hal demikian? Iyakah? Bahkan di dalam mimpi seperti ini pun?

MYSTIQUE BONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang