13 hug

580 56 0
                                    


Tangan kekar itu, melingkar indah di pinggang Mona. Sentuhan lembut jemarinya mengenai perut Mona yang membuat pemiliknya benar-benar gugup. Bagaimana jika Jackson merasakan sesuatu menggelinjang menyundul tangannya, karena berdasarkan USG, bayi itu laki-laki.

Bukankah anak laki-laki suka menyundul? Entah, Mona pernah mendengarnya sepintas, benar tidaknya belum terbuktikan. Lagipula ini kehamilan pertamanya.

Terlintas di pikiran Jackson tentang bagaimana postur tubuh wanita dihadapannya ini sedikit berbeda, postur yang terbilang langsing itu terasa sedikit berbeda di bagian perutnya. Apa dia pergi ke gym? Perutnya terasa lebih berisi, mungkin ini berotot.

'Ayah menyentuhmu, sayang' batin Mona berbisik pada calon buah hatinya.

"Pak, mm bolehkan berpindah pose? Bisakah Pak Jackson memeluk saya di bagian bahu saja? Saya tidak begitu percaya diri dengan perut saya"

Satu alis laki-laki itu terangkat, entah, dia juga memang merasa ada sesuatu yang tidak biasa. Tapi Jackson memilih untuk mengiyakan mengingat privasi yang ia hargai.

Tangan Jackson melingkar di bahu perempuan itu, kini.

Bersama lighting yang menyoroti mereka, perasaan Mona terasa menghangat juga, gelisah menyelimutinya. Oh tak bisakah beban itu pergi untuk sejenak. Kalimat Pak Jackson mengenai ia belum siap berumahtangga menambah beban di pikirannya.

Break time, Jackson tersenyum mengamati hasil karya jepretan kamera sang fotografer yang terpampang di layar monitor.

"Wajahmu terlihat canggung, Nona" ucap seorang kru, namun saat ia hendak berbalik menepuk pundak Mona, perempuan itu terlebih dahulu berlari memasuki toilet kecil di ujung ruangan.

Kerutan di beberapa kening para kru muncul, "apa dia sakit?"

Jackson tak mengeluarkan suara apapun, ia segera bergegas menuju toilet tersebut namun tak berani masuk, "Mona? Apa yang terjadi?"

Mona meringis, merasakan mual di perutnya, dia baru saja mengeluarkan isi perutnya. Usai mengusap mulut, berkumur dan mencuci tangan, Mona melangkah gontai keluar dari toilet.

"Kau pucat sekali" seingat Jennie, Mona memang memiliki kulit putih yang teramat cerah tapi tidak sepucat ini, ditambah sorot matanya yang melemah.

"Kau ingin pulang?" suara rendah dan serak itu memasuki indera pendengaran Mona, yang kemudian hanya bisa ia jawab dengan anggukan pelan.

Rupanya wangi parfum yang baru saja disemprotkan di udara oleh salah seorang stylist telah mengganggu penciuman Mona, ia benar-benar mual dan tak tahan untuk segera berlari usai menghirupnya.

"Sebelum itu, saya ingin sesuatu Pak" ucap Mona pelan, keinginan kuat didalam dirinya begitu saja lolos melewati bibirnya.

"Apa itu?" tanya Jackson lembut.

"Saya ingin Pak Jackson memeluk saya sejenak dan usap perut saya" cicitnya.

Permintaan macam apa itu, beberapa dari kru melirik heran. Jackson yang tak ingin bertele-tele hanya mengiyakan apa yang diminta perempuan itu. Meski dalam hati kecil sebuah pertanyaan muncul.

Apakah ia sedang mengidam?

Pikiran itu Jackson tepis, ia tak mau menyimpulkan sendiri kecuali gadis itu yang memberitahunya.

Mona tenggelam dalam pelukan Jackson, hangat, nyaman, memabukkan. Mengapa bisa seperti itu? Janinnya diam, seolah ikut menikmati apa yang sedang terjadi.

Jennie tersenyum, senangnya bukan main.

Jackson memejamkan mata, ini gila, dia merasakan kehangatan. Entah darimana datangnya, tapi melihat Mona setenang ini, mengalirkan sebuah energi baru dalam dirinya.

Beginikah rasanya memeluk istriku kelak?

Beginikah hangatnya memeluk perempuan yang sedang menginginkan pelukan? Hingga terasa damai dan menenangkan?

Keinginan menikah yang jarang sekali muncul dibenaknya kini tiba-tiba saja hadir. Senyum mengembang di bibir merah Jackson, ya, ia ingin mencoba bergerak ke fase itu.

Rupanya terlebih dahulu kesadaran Mona menyusul, perempuan itu melepas pelukan lalu memundurkan badannya sebanyak dua langkah. "Terimakasih, kalau begitu saya pulang" dengan terburu-buru ia berlalu, namun lengannya digenggam seseorang, kelihatannya orang itu mencegahnya pergi.

"Pulangnya dengan sopirku, sebentar, biar kutelfon"

Mona bahkan tak bisa menolaknya. Sebuah anggukan ia berikan sebagai respon.

**

Pelukan itu..

Mona memutar kembali ingatannya beberapa menit ke belakang saat tubuhnya dipeluk lelaki itu,apa yang terjadi sehingga ia bisa senekat itu?

Mona pulang bersama sopir Pak Jackson sampai flatnya. Dan sampai mandi juga ganti bajupun, pikirannya masih disana.


tbc

unknown 🍫 got7 jacksonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang