sepuluh ; cemburu?

31 10 1
                                    

Alunan lagu milik Coldplay menggema memenuhi tiap celah atmosfir dalam mobil yang tengah melaju dijalanan ibukota yang kian ramai.

Sesekali Ranu mengangguk-anggukan kepalanya dengan santai mengikuti irama, sesekali juga ia ikut bernyanyi, memecah kecanggungan yang mungkin saja terjadi antara dirinya dengan gadis disampingnya yang tengah ia antar pulang.

"Dari perempatan di depan kemana?" Rindu yang asik memandang puluhan pohon yang menjulang tinggi di sisi kiri jalan mengalihkan atensinya pada Ranu.

"E-eh? Dari sini masih lurus, N-nanti perempatan selanjutnya belok kiri."

Ranu mengangguk paham, kemudian kembali bertanya, "Lo udah bilang orang tua kenapa pulang telat?"

Rindu menelan salivanya, itu yang sedari tadi ia pikirkan, Sekar pasti sangat khawatir karena Rindu tidak mengabari apa-apa pada ibunya itu. ia sempat mengutuk dirinya sendiri karena lupa membawa power bank untuk jaga-jaga yang biasanya ia bawa. "Belum, baterai handphone saya habis."

Ranu kembali mengangguk paham. Mobil yang mereka tumpangi terus merayap ditengah padatnya jalanan ibukota sore ini, hingga sampai tepat didepan sebuah rumah sederhana dengan pagar hitam yang membatasinya.

Rindu melepas seat belt ditubuhnya, menoleh sekilas pada Ranu untuk berterimakasih dan pamit. Namun saat Rindu keluar dari mobil, Ranu juga melakukan hal yang sama. Rindu mengernyit bingung, bukankah Ranu hanya mengantarnya pulang? Rindu juga sudah berterimakasih pada pria itu. lalu kenapa Ranu ikut keluar mobil dan kini persis berada dihadapannya?

"Seenggaknya gue harus tanggung jawab buat jelasin ke orang tua lo. Nggak keberatan, kan?"

Rindu menggigit bibir bawahnya bingung. Jika Sekar melihatnya pulang bersama Ranu, entah apa yang akan ibunya itu katakan. Bukan apa-apa, tapi pulang bersama seorang cowok rasanya benar-benar membuat Rindu tak nyaman.

Belum lagi jika mengingat saat itu dirinya diantar Bara dan reaksi ibunya sungguh membuat Rindu merona. 'Ibu seneng deh, anaknya ramah, ganteng lagi. Cocok sama kamu.' Rindu menggeleng cepat mengingat ucapan Sekar waktu itu. tidak-tidak-tidak.

Ranu yang melihat Rindu menggelengkan kepalanya, mengernyit bingung. Bukankan niatnya baik agar dia dapat membantu gadis ini menjelaskan kepada orang tuanya? Mengapa Rindu malah bersikap sebaliknya alih-alih berterimakasih?

"Rindu, lo nggak mau gue-"

"Rindu?" Ini bukan Ranu, seorang wanita cantik berusia hampir paruh baya muncul membukakan pagar hitam didepan rumah Rindu.

Sekar menghela nafas lega sebelum merangsek maju menghampiri si sematawayang yang sedari tadi ia cemaskan. "Kamu dari mana aja jam segini baru pulang? Kamu nggak kenapa-kenapa, kan? Nggak sakit?"

Rindu menggenggam tangan Sekar yang berada di pipinya kemudian tersenyum, "Rindu nggak kenapa-kenapa, Bu."

"Harusnya kalau mau pulang telat kabarin ibu dulu biar ibu nggak khawatir. Ibu telpon, handphone kamu nggak aktif, kamu lupa bawa power bank?" Rindu mengangguk kecil, merasa bersalah membuat ibunya kalang kabut begini.

"Maaf ya, bu?"

Sekar mengangguk, "Yang penting kamu nggak kenapa-kenapa."

Rindu melirik kearah Ranu yang sedari tadi hanya berdiam diri mengamati Sekar dan dirinya, ia membasahi bibirnya tak nyaman. "Bu, ini...ini Ranu."

Sekar menoleh kearah pria yang berada disamping putrinya dan menernyit, ia tidak mengenalnya. "Teman Rindu?"

Ranu tersenyum sopan sembari mengangguk, ia mengulurkan tangannya kearah Sekar yang dijabat langsung oleh wanita itu. "Iya tante, saya Ranu temannya Rindu. Sekaligus saya mau menjelaskan alasan kenapa Rindu sampai telat pulang hingga sesore ini."

Rindu untuk BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang