“Om, Miracle belum pada sarapankan? Aku lapar kita makan yuk” Gero memegang tanganku dan aku menatap om Nathan, ekpresinya hanya datar dan hanya melihat tangan Gero yang masih memegang tanganku.
“Oke om juga belum makan” aduh kenapa malah diiyakan sih sama Om ini, gak tau apa aku hampir mati jantungan berada di dekat mereka berdua.
“Oke aku siap – siap dulu” Gero berjalan keluar ruangannya menuju tempat sekretarisnya.
“Wah kejutan yang menyenangkan… om gak nyangka Gero calon suami kamu” kata Om Natha pelan.
“Aku belum terima lamarannya” balasku
“Oh oke kesempatan Om masih ada dan akan om gunakan sebaik mungkin”
Terserah om saja, aku pusing dengan semua ini.
“Baiklah ayo om, Miracle” Gero semakin memegangku dengan erat. Risih sebenarnya apalagi di tatap Om Nathan setajam itu.
“Mau makan apa?” tanya Gero
“Apa saja” padahal selera makanku sama sekali tidak ada.
“Ya sudah kita ke restoran langgananku” aku mengikuti Gero dan juga Om Nathan.
Kami memasukis ebuah restoran yang berada satu gedung dengan kantorku, semua mata tertuju padaku. Siapa juga yang tidak heran pegawai biasa sepertiku bisa makan dengan CEO dan omnya.
“Gero… maaf aku sedikit risih diperhatikan orang seperti itu” kataku berbisik ke telinga Gero.
Gero memegang tanganku dan melihat sekeliling, hanya dengan tatapan saja semua pegawai kepo tiba – tiba menghilang satu persatu.
“Nah sudahkan ayo makan, ayo makan om”
“Iya… btw kalian sudah kenal berapa lama?” aduh Om Nathan pake kepo segala, gak bisa apa makan saja jangan banyak nanya.
“Ya lumayanlah om. Oh iya om juga kenal Miracle dimana?” tanya Gero
“Temannya Jemika dan orang tua dia juga teman lama om”
“Ooooo gimana Om cantikkan calon istri aku”
“Banget… sangat cantik, kalo ada satu seperti ini lagi boleh dong ya buat om”
“Hahhahaha sayangnya yang seperti ini hanya satu dan itu milik aku” aku melihat wajah Gero berubah dari tenang dan santai menjadi sedikit over posesif.
“Gak ada bahasan lain? Ini waktunya makan” aku jadi salah tingkah mendengar pembicaraan 2 pria ini.
“Ya milik kamu…. tapi kalo yang kamu anggap milik kamu memilih yang lain, kamu akan bagaimana?” aduhhhhhhh mati gue kenapa dibahas lagi.
“Aku akan pertahankan apa yang sejak semula memang milik aku” aku melihat ketulusan dan kesungguhan dimata Gero.
“Walau harus berantem dengan om sendiri?” aku kembali menatap Om Nathan.
“Aku gak tau juga apa hubungan kalian dimasa lalu dan sekarang, tapi satu hal yang perlu kalian ingat, milik Geronimo Cassanova jangan harap mau atau ingin memilikinya selain aku sendiri yang sudah tidak mau dengan hal yang jadi milikku itu”
Kepalaku pusing mendengar perdebatan mereka. Apa mereka tidak pernah memikirkan perasaanku, apa aku barang yang harus mereka ributkan. Aku hanya manusia, aku hanya ingin dicintai dan mencintai bukan membuat keluarga menjadi berantem.
“Sudah bicaranya? Sudah ributnya? Apa kalian pernah mendengar pendapat aku apa? Seandainya boleh tidak memilih, aku gak akan memilih salah satu dari kalian!!!” dengan melemparkan serbet aku berlalu meninggalkan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
10. Impian Miracle
RomanceSetiap wanita menginginkan menikah dengan belahan hati. Begitu juga denganku. Impianku menikah dengan pria yang aku cintai sampai detik ini tak jua kesampaian. Didesak untuk menikah secepatnya membuatku menarik pria yang bertemu disebuah lift untuk...