“Terima kasih” aku membuka pintu mobil dan langsung masuk tanpa memperdulikan 2 pria yang mengantarku pulang.
“Ciyeee yang diantar fansboy nya” ledek Jenan.
“Sialll lo, diem gak ntar Mami dengar berabe”
“Aku heran sama Mbak, kenapa sih gak langsung milih saja, aku lihat dua – duanya sepertinya cinta banget sama mbak”
“Tapi mbak tidak” bukan tidak tapi belum.
“Jangan sok jual mahal mbak, nanti hilang dua – duanya baru tau rasa”
“Jenan…”
“Mmmm”
“Kalo kita bisa menangis dihadapan pria, itu bagaimana ya?”
“Itu tandanya mbak nyaman dan ingin berbagi kesedihan dengan dia, dan aku yakin pria itu yang akan menjadi suami mbak”
“Sok tau!!!” aku pergi meninggalkan adik sok tau seperti dia.
AKu masuk kekamar dan ketika akan menutup gorden jendela aku melihat diluar rumah masih ada mobil Gero.
“Apa dia belum pulang” aku membuka pintu balkon dan melihat Gero sedang berdiri sambil menatapku.
“Good Night Miracle” teriaknya
Ya ampunnnnnn apa kata tetangga melihat pria malam – malam teriak gak jelas seperti ini.
“Pulang sana, malah bikin ribut disini” aku berusaha mengusirnya.
“Miracle”
“Apa!!!”
“Love you”
Gila apa… segampang itu mengucapkan kata cinta. Aku yakin 100 % dia tidak cinta sama aku, hanya pantang kalah dengan omnya.
“Gila…sana pulang udah malam” aku tidak menjawab pernyataannya.
“AKu gak akan pulang sampai kamu jawab atau paling tidak turun dan temani aku melihat matahari terbit” teriaknya
“Gero jangan aneh – aneh deh, nanti aku bisa di bantai Mami kalo ketahuan pergi malam – malam”
“Aku yang tanggung jawab, makanya turun saja”
“Bodo mau nunggu mau gak emang gue pikirin”
Aku kembali masuk dan menutup pintu balkon kamar. Aku mematikan lampu dan mulai berusaha menutup mata.
“Apa Gero masih diluar ya” bukannya tidur aku malah memikirkan Gero.
“Ah gak paling dia udah pulang”
“Bagaimana kalo dia nunggu”
Argggggg bikin stress dan kesal saja. Dengan cepat aku kembali membuka pintu balkon dan melihat Gero masih berdiri di luar dengan mata terkantuk – kantuk.
“Aduh ini orang keras kepala banget sih” dengan cepat aku mengganti baju tidurku dengan baju yang lebih baik dan berniat mengusir Gero.
Dengan jalan berjinjit aku keluar pelan – pelan takut ketahuan oleh orang rumah.
“Kemana Mbak” aku melihat istri Jenan yang tengah hamil tua sedang berdiri di pintu dapur sambil memegang susu coklat.
“Sttttsss diam saja nanti mbak ceritakan”
“Oh okey hati – hati”
Setelah memastikan istri Jenan masuk kekamar mereka aku kembali berjalan dan kali ini lebih pelan dari yang tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
10. Impian Miracle
RomanceSetiap wanita menginginkan menikah dengan belahan hati. Begitu juga denganku. Impianku menikah dengan pria yang aku cintai sampai detik ini tak jua kesampaian. Didesak untuk menikah secepatnya membuatku menarik pria yang bertemu disebuah lift untuk...