Khawatir

15 2 0
                                    

   Kecemasan dan rasa khawatir terus datang dan menghantuiku, aku takut saat melihat dia terjatuh pingsan. Saat aku menghampiri dan membangunkannya dia masih tidak sadarkan diri. Aku semakin takut, bagaimana kalau dia meninggal.

   Entah cobaan apalagi yang sedang menimpa kami, belum juga misteri ini terpecahkan namun cobaan langsung datang bertubi-tubi. Apapun itu tapi saat ini yang membuatku khawatir adalah dia. Walaupun aku belum mengenal dia tapi aku yakin dia orang yang jujur.

   Aku bisa melihat kejujuran dari matanya, sorot mata penuh cinta membuatku sedikit yakin dengan apa yang dia ucapkan. Dia laki-laki yang penyayang walaupun aku belum mengenalnya lebih dalam.

   Aku semakin bimbang, Apakah benar dia suamiku ? Bisiku didalam hati sambil mengelus kepalanya dengan jemariku. Aku tidak tau tapi dalam hati ini terbesit rasa sayang dan tidak ingin kehilangannya.

   Perlahan-lahan rasa cinta ini mulai tumbuh ketika dia mengorbankan dirinya demi menyelamatkanku. Aku ingin melihatnya kembali sadar dan bisa bersama-sama lagi untuk memecahkan misteri ini.

   Waktu demi waktu sudah kami lewati namun dia belum juga sadar. "Ya Allah bagaimana ini mengapa dia tak juga sadar, Ya Allah sadarkan dia seperti sedia kala, limpahkanlah rasa sakitnya padaku karena memang seharusnya musibah ini menimpahku bukan dia". Ucapku sambil menangis.

   Air mata ini terus mengalir, persaan cemas yang semakin menjadi-jadi. Aku takut kehilangannya, aku ingin dia segera sadar, walaupun aku belum yakin dia adalah suamiku tapi aku ingin dia sadar dan bisa bersama-sama lagi mencari jalan keluar.

   Aku menyesal karena selama ini selalu mencapakannya, dan tidak percaya dengan apa yang dia ucapkan. Aku sadar akan kesalahanku, "Ya Allah jika waktu ini bisa aku ulang, aku tidak akan bertindak bodoh dan selalu kasar padanya.

Bersambung ke penyesalan

Karena Cinta Dari AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang