Dunia Nyata 2

11 4 0
                                    

Embun pagi yang bersahaja, suasana yang indah tapi aku sama sekali tidak merasakan kebahagiaan.

Hanya kenanganku menghitbanya membuatku bahagia. Saat itu aku sangat bahagia sampai aku selalu bersyukur dan berdzikir kepada Allah.

Tidak pernah aku tinggalkan ibadah sunah apalagi wajib, aku selalu mengagungkan nama Allah Swt. Aku merasa Allah sangat menyayangiku karena semua keinginanku dikabulkan.

Aku merasa dunia ini hanya miliku karena rasa bahagia menggelebuh ini. Keinginanku menikah dengan wanita yang sudah lama aku impikan akhirnya bisa terkabul.

Tapi aku merasa bahwa kebahgiaan yang kurasa waktu itu tidak dapat kembali. Aku menyerah dan ingin rasanya aku bunuh diri. Aku tidak berdaya melihat istriku terbaring lemah disana.

Aku merasa cobaan yang kurasa tidak sepadan dengan kebahagiaan yang kurasa. Aku berfikir setelah menikah aku akan hidup bahagia bersama istriku, shalat berjamaah dengannya, bergurau serta bercandah.

Tapi aku tidak tau apa yang harus aku lakukan deminya. Wanita yang selama ini kuat dan tegas kini terbaring lemah ditempat tidur rumah sakit.

Aku merasa hal yang dialami istriku ini adalah karena kesalahanku. Mungkin aku terlalu banyak berbuat dosa.

Lelaki mudah mungkin umurnya skitar 30an selalu menatap dan meneteskan air mata ketika melihat salah satu kamar rumah sakit itu. Lalu aku menghampirinya dan bertanya padanya. "Assalamuaalaikum akhi, ada apa gerangan kenapa antum bersedih ? "(Ucapku sambil merangkulnya). "Waalaikumusalam, aku sedih karena istriku telah kembali padaNya" (jawab lelaki itu).

Aku terkejut dan spontan mengatakan
"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali). (Al-Baqarah 2:156).

Seketika aku merasakan tersengat lebah yang menyakitkan. Dengan mudahnya aku mengucapkan "yang sabar ya akhi" padahal aku tahun sakitnya kehilangan itu seperti apa.

Lalu lelaki itu menjawab "InsyaAllah akhi". Aku tak habis pikir mengapa dia bisa begitu kuat dan tenang setelah kehilangan istrinya. Dia begitu sabar dan tidak cengeng. Aku tahu tatapan sedih yang menyakitkan itu terpancar dari matanya.

Aku salut dengan lelaki itu. Ternyata cobaan yang aku rasakan tidak terlalu dasyat seperti yang dirasakan beliau. Namun dia tetap saja tidak pernah berburuk sangka pda Allah.

Bersambung ke Dunia Nyata 3

Karena Cinta Dari AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang