Kembali Lagi

9 2 0
                                    

Setiap aku terlelap dalam tidur pasti aku sudah berada didunia itu. Sedang bersama istriku, aku bahagia karena aku bisa bersama dia tapi aku takut bagaimana jika dia tidak bisa kembali.

Ingin rasanya aku menggantikan posisinya, coba kalau aku saja yang  terbaring koma jangan istriku. Aku memang sangat mencintainya tapi aku tidak boleh menyalahkan musibah ini karena ini ujian dari Allah kepadaku.

Aku tertidur dan akhirnya aku kembali ke tempat itu lagi. Kali ini dia sedikit berubah dan mulai baik kepadaku. Untuk menepati janjiku aku dan dia mencari pintu keluar dari ruangan ini.

Aku melihat dia sangatlah lelah jadi aku memutuskan untuk menggendongnya. Saat aku ingin menggendongnya dia memarahiku. Dia marah padaku dan tidak mau lagi bicara denganku

Aku bingung bagaimana cara membujuknya kembali. Perlahan-perlahan aku mendekatinya lagi dan meminta maaf. Namun beliau sangatlah keras kepalah rasanya aku ingin sekali mengembalikan ingatannya.

Aku berfikir keras untuk mencari cara agar aku bisa berbaikan dengannya. Sampai-sampai pada saat dia berbicara padaku aku diam dan tidak merespon tapi hal ini tidaklah sengaja. Karena kejadian ini dia bukannya tambah marah dan benci tapi malah tambah baik kepadaku.

Aku baru kali ini melihat perempuan yang begitu aneh. Entah mengapa aku tambah tertarik dengan beliau. Sifat sentimentilnya yang membuat aku jatuh cinta. Aumannya bagaikan singa betina yang sedang marah tapi itulah yang membuat aku jatuh cinta padanya. Ingin rasanya aku tertawa tapi nanti dia semakin membeciku.

Dia itu tipe wanita yang sulit mencintai orang, sulit kagum akan kehebatan yang dimiliki oleh ikhwan. Aku tahu siapa yang beliau sukai selain nabi dan rasul yaitu Muhammad Al-Fath. Jika aku menceritakan  tentang pemuda maka dia menjawab dengan penuh kebahagiaan pemudah itu seharusnya seperti Muhammad Al-Fath.

Jika aku mengingat dia rasanya aku mati rasa hanya perasaan bahagia yang menghiasi hari-hariku. Dia adalah wanita pertama yang tidak mengenalku dan tidak mengetahui keahlianku.

Dia hanya marah padaku saat aku bertemu dengannya karena telah mengotori halaman panti asuhan. Dia memarahiku dan mengatakan aku tidak tahu dirilah, padahal aku hanya ingin mengetes kesabaran anak yatim. Terkadang aku suka senyum-senyum sendiri karena dia terlalu naif.

Bersambung ke Pencaharian

Karena Cinta Dari AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang