RAHIM UDARA

12 1 0
                                    

Harap-harapku kembali menepis luka dengan fenomenologi yang membabat perut bumi dan merobohkan seluruh pondasi rumah di sudut kota. Hujan gerimis mengguyur pepohonan di lingkar pekarangan rumah, hingga tumbang membentang jalan raya yang berkelana pada rahim udara.
Sinar pagi dihempas angin kencang mengepakkan dedaunan yang sudah berguguran__ ke langit jingga dengan merona pelangi yang menyeruak disela-sela dedaunan dan mengembalikan segala pelukan udara pada cakrawala tangisan hujan.

Sebatang pohon pinang yang tergores cengkraman bunglon dengan perlahan daun-nya akan habis berguguran ke tanah yang berlumut, dan buahnya tercecer kesana kemari seperti selembar kertas yang penuh tulisan tak bermakna. Navigasi bumi mulai tak segar diakibatkan merfologi udara membawa busuk bangkai dari samping rumah, melewati jendela kaca hingga meremang di sudut kamar bersama serangan bakteri yang pada umumnya akan membunuh secara perlahan.

Semboyan terasa lama ketika tersirat ke dalam penjara yang tak bersajak serta tidur di atas ranjang batu, sehingga terpukau oleh gigitan nyamuk yang menghisap darah muda seperti terumbu karang yang hidup tanpa air di dasar laut. Akan tetapi dengan bergantinya siang dan malam kini semuanya terasa kurungan sementara kepada aksara yang lupa pulang ke tempat asalnya dikala kau sedang bersanding dengan dunia terbalik.

Hidup di dunia dikategorikan dalam hidup yang susah-susah gampang, sebagaimana manusia hanya mengikuti petunjuk Tuhan, karena yang menulis skenario adalah Tuhan sekaligus jadi sutradara, dan manusia biasa sebagai aktornya. Maka dari itu manusia tidak bisa melakukan sesuatu yang terbaik tanpa petunjuk dari sutradara yang mengatur judul cerita sampai akhir kisah, hingga pada akhirnya dibinasakan oleh malaikat pencabut nyawa dengan titik-titik sakaratul maut nantinya, dan kembali menangisi kisah hidup mulai keluarnya dari rahim ibu sampai berada di bumi untuk singgah melihat isinya serta menikmati keindahan yang ada pada rahim udara.

"Kita tidak bisa melakukan sesuatu yang terbaik__kecuali petunjuk dari Tuhan, karena Tuhan adalah sutradara yang menulis skenario, kemudian manusia sebagai aktornya."

Serampang   Dan Karang-karang PiluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang