Jelmaan katamu seperti ulat-ulat merasuki sela-sela mataku diakhir petang sore itu, diam-diam mengelabui sosok jelmaanmu yang membuatku kelilipan hingga buta pada arah akhir petang.
Sore kini berganti dengan malam yang pilu, sebab jiwaku barangkali kau jadikan abu yang seketika hilang kala itu.
Sungguh mistik kau lakukan pada jiwa yang terlantar pada batin kerapuhan dengan janggalan dirimu yang diramu cahaya bobrok seusai kau mainkan skil jahanam-mu yang berupa deretan kata.
Dan genre ceritamu pada sajak-sajak puisi ini telah kau palingkan menjadi berita koran sedunia, dan aksimu semakin menjadi-jadi, sebab kau jadikan ceritaku sebagai kata seumpama. Sehingga diringkus lebur dengan serangan anarkimu yang kejam, dan secangkir kopi kau semprotkan pada wajahku serta tuntutan hukum sepihak kau lantarkan terhadap jiwa yang gulana.
Jeda hujan malam ini membuatku termenung di sudut kamar beserta gelap yang ku rumus tentang replay rujukan kesepian di ruang hampa
Yang berkecambah akan adanya sosok putih dari luar jendela bergelantungan seketika mengumandankan suara religi menyuruh jiwaku melawan setelah itu aku akan hilang.
"Jangan seperti sampah diinjak begitu saja, ketika masih ada kesempatan melawan, maka lawanlah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Serampang Dan Karang-karang Pilu
Teen Fiction"Membebaskan diri dari keterpurukan. Serta memberontak masa silam"