First Night?Pertanyaan itu terus menghantui fikiran Litta. Apa Ia akan melakukannya, di umur yang belum genap 17 tahun? Masih SMA, bahkan dirinya belum memiliki KTP. Malam ini Litta akan tidur dengan Vanno yang notabenenya suami sah Litta beberapa jam yang lalu. Sekalipun mereka telah berstatus suami istri, Litta tetap merasa canggung karena baru pertama kali ia tidur dengan lelaki selain Ayah, Kakak , dan seseorang di masa lalu.
Jujur Litta tidak siap jika harus melakukannya, di umur 16 tahun. Litta tidak ingin jadi ibu muda, ngurusin anak dan suami? Tidak siap, mengurus diri sendiripun dia masih tidak becus. Bagaimana jadi ibu muda? Apalagi impiannya belum tercapai, belum lagi membahagiakan kedua orang tuanya.
Litta membaringkan tubuhnya di atas kasur berukuran king size itu. Besok ia jadi harus berbaur lagi dengan dunia baru, status baru, dan lembaran baru. Matanya mulai terpejam menuju alam mimpi. Namun, ia merasakan seseorang yang ikut berbaring di sampingnya.
"Lo ngapain di sini?" Tanya Litta bingung kenapa Vanno tidur di sampingnya.
"Tidur, lo lupa mulai malam ini hingga selamanya lo bakal tidur bareng gue?" jawabnya enteng.
"Gue gak sudi tidur bareng lo, seharusnya lo tidur di sofa!" teriak Litta kesal.
"Lo fikir di kamar lo? Ini kamar gue ya Violitta Xaviera Luzardi Mahardika. Lo fikir tidur di sofa enak? Yang ada badan gue pegel-pegel" Vanno membuang nafas kasar mendengar teriakan Litta yang bisa merusak gendang telingga.
"Ok gue yang ngalah! Jangan seenaknya ganti nama orang ya, udah susah-susah orang tua gue nyari nama dan lo seenak jidat ganti nama gue" amarah Litta memuncak. Laki-laki itu membuatnya kesal.
"Lo mau kemana?"
"Menurut lo?" ucap Litta beranjak menuju sofa membawa satu bantal dan selimut tebal.
Grep
Namun lengan Litta di tertarik terhuyung kembali ke ranjang.
"Tidur, gue gak bakal grepe-grepe lo kok gak minat badan kek tripleks datar aja lo bangga dada lo tepod juga" ucapnya memeluk Litta erat.
"Lepasin gue,cowok sialan!"
Brugh
Litta menendang lelaki itu hingga mencium lantai.
"Istri sialan, awas ya lo!"
"Wlee"
"Harusnya lo bersyukur ya, bisa gue nikahin. Di luaran sana banyak cewek yang lebih cantik dari lo, yang ngejar-ngejar gue buat jadi pacarnya"
"Najis, siapa lo? Pede banget jadi laki!
"Kenalin gue Devanno Mario Mahardika ketua gang Five D, anak dari pemilik Mahardika High School. Kembarannya Manu Rios."
"Hueks, gue pengen muntah dengernya juga iw jyjyk!
"Lo hamil? Padahal belum gue apa-apain lo Ta, masa lo ngandung anak orang lain, ya gue yang ganteng dapat janda HIKS! " ucap Vanno dramatis.
"Dasar omes! Kok bisa ya kakek gue milihin suami kek lo. Amit dah itu mulut lo kudu di jahit!" Litta menghela napas menghadapi Vanno.
"Mana gue tahu Ta, mau dong di jahit tapi pake mulu lo Ta" Vanno mengedipkan sebelah matanya genit.
"Doamat lah doamat! Serah lu, minggir gue mau tidur!"
"Ciee ngambek" teriak Vanno melihat punggung Litta yang sudah tertidur di sofa.
Litta berusaha memejamkan matanya. Mau tidak mau Litta harus mengalah tidur di sofa, dari pada ribut dengan laki-laki otak mesum itu. Litta membenarkan hijabnya, terlebih dahulu membaca do'a sebelum tidur di iringi lagu pengantar tidur milik BTSnya.
Di sisi lain Vanno tak tega, melihat sang istri tertidur di sofa. Ia pun mendekati Litta dengan wajah tenangnya. Bulu mata yang lentik, hidung mancung, dan bibir pink yang menggoda iman bagi laki-laki yang menatapnya termasuk Vanno. Ngilu melihatnya bisa-bisa ia tidak kuat mengontrol diri untuk tidak mencium bibir pink itu.
Tanpa babibu, Vanno mengangkat tubuh Litta yang tertidur ala bride style memindahkannya menuju ranjang yang seluas lapangan daripada di sofa yang sempit itu. Jadi Vanno sebagai lelaki ia harus mengalah pada perempuan.
☘☘☘
Adzan subuh berkumandang, memasuki gendang telinga sang gadis berdarah Sunda-Arab itu. Matanya perlahan terbuka dan mengeryitkan dahi aneh, bukankah semalam ia tidur di sofa? Kenapa sekarang bisa di kasur. Litta melirik mata menuju sofa terlihat seorang laki-laki terlelap dengan denguran halus. Litta memegang dada menghirup nafas lega semalam tidak terjadi apa-apa.
Mata gadis berhijab maroon itu melihat angka jam menunjukan pukul 04:30 pagi. Litta bergegas mengambil handuk di kopernya menuju kamar mandi. Setelah melaksanakan tugasnya sebagai orang muslim, Litta sudah rapi dengan seragam abu-abunya, tak lupa hijab putih dan ciput pink yang menutupi rambut indahnya.
Tanpa di sadari air matanya jatuh dari pelupuk mata indahnya, apa ia sanggup menjalani lembaran baru ini. Dengan sekolah baru, teman baru bahkan statusnya sebagai Nyonya Mahardika. Apalagi ia gadis introvert susah bersoliasasi dengan hal baru, tapi ia harus mencoba mengikhlaskan apa yang sudah menjadi suratan takdir sang maha pencipta.
Litta menghapus air matanya perlahan, mendekati lelaki yang masih bergelut dengan selimutnya yang enggan untuj bangun di pagi hari.
"Bangun lo, kebo" Litta menguncangkan-nguncangkan tangan lelaki itu.
"Apaan sih lo, ganggu cogan tidur aja"
"Apa ndasmu, bangun lo sekolah. Gue gak mau ya telat di hari pertama gue sekolah sebagai murid baru gara-gara lo" Litta harus berekstra sabar meghadapi laki-laki ini.
"Iya bawel, gue bangun nih" ucapnya memasuki kamar mandi.
Litta terduduk di pinggir tempat tidur menunggu seseorang keluar dari kamar mandi. Beberapa menit kemudia pintu berdecit , lalu keluarlah seorang laki-laki yang berpenampilan shirtless. Hanya menggunakan handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya.
Litta yang melihatnya sontak menjerit. Vanno yang sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil terkaget mendengar jeritan gadis berhijab itu.
Mata Litta nyaris keluar, menangkap sebuah gambar tato dengan ukiran seperti mawar atau apa yang tak jelas tepat di atas lengan kanan Vanno . Litta berfikir kenapa bisa ia menikah dengan laki-laki seliar Vanno.
"Lo beruntung bisa liat badan gue, karena lo perempuan pertama yang ngeliat tato dan badan gue. " ucapnya terkekeh.
"Beruntung? B aja kali bahkan roti sobek lo tak sebagus roti sobek Jungkook!"
Vanno mendekat satu arah ke arah Litta dan membuat Litta nyaris kehabisan nafas.
"Lo mau liatin gue pake baju, gak ada niatan keluar?" tanyanya mengambil seragam yang sudah terlipat rapi di samping Litta.
Litta pun beranjak membuka pintu kamar dan mengandeng tas hitamnya menuju lantai satu untuk sarapan. Tak sarapan bisa membuat ia mati kesakitan tepat di bagian perut tak berlemak miliknya.
***
T Y P O B E R T E B A R A N !!
JANGAN LUPA VOTE + COMENT GUYS
BUTUH KRISAN KALIAN, GOMAWO JANGAN BOSAN DENGAN CERITAKU INI YANG AMATIRAN😊

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Wedding
Teen Fiction⚠ Ini cerita pertamaku maaf kalau masih berantakan, miskin kosa kata, EYD ataupun yang lainnya. ⚠ Typo bertebaran ☘☘☘ Sebuah pertemuan tidak ada yang salah, begitupun pertemuan mereka. Mereka di persatukan dalam ikatan sakra...