8. Curahan Litta

3.1K 138 0
                                        

Litta memperjelas penglihatannya, gadis itu mulai mengucek matanya berulang- ulang. Tak salah lagi itu memang Vanno. Lelaki itu berjalan dengan gagahnya di koridor sekolah. Litta melihat sekeliling sudah benar-benar tidak ada orang. Gadis itu pulang paling akhir karena ia butuh waktu sendiri untuk menenangkan fikirannya. Sedangkan Chelsea, Linda dan Rahma sudah pulang terlebih dahulu. Lelaki berjambul itu mengikis jarak yang memisahkan mereka sampai akhirnya berada di samping Litta.

Puk

Lelaki itu menyadarkan kepalanya di pundak kiri Litta. Litta menatap Vanno bingung dan merasakan pundak sebelah kirinya terasa berat.

"Ngapain Burik lepas berat nih pundak gue" Tanya Litta menahan kesal.

"Rindu Cebol" Ucap Vanno dalam jeda dari kata pertamanya.

" Gue rindu lo Cebol"

Jika gadis lain mendapatkan moment seperti itu jantung mereka berdegup kencang dan kaku. Berbeda dengan gadis yang bernama Litta ia tidak merasakan apapun hanya pundak sebelah kirinya berat. Gadis itu memutar bola matanya malas, kelakuan lelaki itu yang seperti korban sinetron tak sadar beban kepalanya itu berat. Lelaki itu pun menegakkan badannya, berdiri tegak dan memandang istrinya malas.

" Ayo pulang, di rumah banyak kerjaan " ucap Vanno menarik kasar tangan Litta.

"Kerjaan? Yang ada kerjaan lo ngebo mulu  buriq" ucap Litta meringis karena tarikan Vanno.

" Mana ada, yang ada lo ngebo mah, gue kudu kerja kan? Buat nafkahin lo" Tanya Vanno menatap gadis di sampingnya yang ia seret seperti kuda.

" Tanya rumput yang bergoyang" Jawab Litta asal.

" Kita kapan bergoyang" Tanya Vanno dengan menaikkan sebelah alisnya.

" Mana gue tahu" Jawab Litta mengelus tangannya yang memerah akibat tarikan lelaki itu.

" Lo tahu gak"

" Gak" Jawab Vanno tanpa menoleh, ia memilih fokus mengendarai motornya itu.

" Gue belum selesai ngomong burik, tangan gue merah gara - gara  lo nih! lo kira gue kuda hah bisa di tarik-tarik?!"

"Tangan lo gak putus, gak usah berlebihan Cebol sayang" Ujarnya wajah tanpa dosa, matanya masih tertuju pada jalan di depannya.

" Dasar cowok gak bertanggung jawab, segitu bangsadnya cowok, ninggalin pas lagi sayang- sayangnya. Gue heran kenapa kakek milih lo buat jadi suami gue" Ucap Litta mendadak cerewet.

" Dasar kamu, seorang cebol bisa cerewet juga ya? Cowok juga ada alasan kenapa dia pergi, mungkin perjuangannya di sia-siakan dan lelah tak pernah di anggap ada" Jawab Vanno serius.

" Hah, lo pernah ngerasain juga yak, aduh kasihan sangat kasihan" Ucap Litta sambil menyangikan lagu kartun itu.

☘☘☘

Sesampai di rumah, Litta melangkahkan kakinya mengarah dapur. Di ikuti Vanno di belakang. Berteriak memanggil bundanya sudah menjadi rutinitas Litta ketika pulang sekolah dan ia tidak menyadari bahwa dirinya tidak tinggal bersama bunda tercintanya lagi.

" Bundaaa"

" Bundaaaaaa"

" Bundaaaa, Litta lapar! Bundaa dimana? " Teriaknya mengema di ruangan yang di sebut dapur.

" Berisikkk Cebol, kalau lapar itu makan, sebelum gue yang lapar makan lo di ranjang hahaa" Goda Vanno mesum.

" Mulut, mulut gue. Jadi, suka- suka gue dong, dasar omes" ucapnya mendudukkan bokongnya di meja makan.

Crazy Wedding Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang