Gelang dan Gilang

280 11 0
                                    


"Ayo dimakan! Jangan malu-malu. Anggep aja rumah sendiri. " ucap Resti.

"Baik bu. " jawab Nashwa.

"Nashwa, aku kan dah bilang, kalo di luar kantor atau urusan kantor, ngobrol sama aku ataupun Gilang pake bahasa biasa aja. Nggak usah formal banget. " peringat Fadly.

"Ah, iya pak...eh...maksudku iya D-dly! " Fadly pun tersenyum senang.

"Ehm...Nashwa! Kau sudah merasa lebih enakan bukan? " tanya Gilang basa-basi.

"Ah iya. Aku sudah merasa lebih baikan! " jawab Nashwa dengan senyum manis. Dan Gilang teringat dengan senyum sang adik.

"Dan masalah si Joko itu, papah sudah mengeluarkannya sebagai klien kita. Di tak patut menjadi klien di perusahaan kita! " tukas Riski.

"Jadi, pria tua itu...bernama Joko? " tanya Nashwa dan diangguki oleh Riski, Gilang dan Fadly.

"Tapi kau tenang saja. Si Joko bejat itu sudah kita buang dari daftar klien kita. Jadi kau akan aman-aman aja tanpa ada gangguan. " ucap Fadly.

"Ehm..iya. "

Mereka pun makan dengan khitmad. Hanya ada dentingan sendok dan garpu yang menyentuh piring.

Acara makan-makan selesai. Sekarang semuany tengah berkumpul di ruang keluarga.

"Nashwa, kamu anak ke berapa? " tanya Resti.

"Ehmm...aku anak ke dua tan. " jawab Nashwa.

"Terus kakak kamu dimana? Saya dengar kamu tinggal sendiri! " timpal Riski.

Gilang sangat menanti jawaban dari Nashwa. Tapi yang dinanti malah terlihat enggan untuk menjawab.

Tak lama, Nashwa merasakan matanya mulai memanas dan  setetes cairan bening keluar dari sudut matanya yang elok.

Gilang langsung mendekap Nashwa ke dalam pelukannya. Melihat Nashwa sama saja melihat adik kecil bagi Gilang.

Begitu pun Nashwa. Ketika Gilang memeluknya dan menenangkannya, rasa rindu pada sang kakak sedikit terobati.

"Udah mah! Pah! Jangan nanya melulu. Nashwa kasian. " ucap Fadly.

"Maaf ya nak! Tante sama om nggak ada niatan buat kamu kayak gini. " sesal Resti.

"Nggak papa kok...om, tante. Kalau gitu Nashwa pamit pulang aja ya! " ucap nya seraya melepaskan pelukannya dan beranjak pergi.

Grep...

Pergelangan tangan Nashwa dicekal oleh Fadly. "Biar aku antar ya? "

Nashwa mengangguk dan bersalaman dengan Riski dan Resti. "Benar-benar anak yang baik. " gumam Resti begitu Fadly dan Nashwa pergi.

*****

"Ini rumah mu? " tanya Fadly begitu sampai di depan rumah Nashwa.

"Bukan rumah ku. Tapi kontrakanku. " ralat Nashwa.

"Ohh...kau tinggal sendirian? " tanya Fadly.

"Hehh..ya begitu lah. Aku tinggal sendirian. Tapi aku yakin, sebentar lagi aku akan tinggal bersama kakak-ku, karen hati nurani-ku mengatakan, bahwa kakak ku sudah dekat. " tekad Nashwa.

"Sungguh kau gadis yang kuat! " puji Nashwa.

"Ya sudah aku masuk dulu ya! " pamit Nashwa.

"Kau tidak menawari-ku masuk duku atau minum? " tanya Fadly di sertai cengiran khasnya.

"Ehm...bagaimana ya? Sebenarnya aku ingin menawarimu masuk. Tapi, aku tak enak dengan tetangga. Lagi pula aku ini gadis berhijab, jadi aku harus menjaga jarak dengan lelaki yang belum muhrim. " jelas Nashwa tak enak pada Fadly.

KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang