Awal Masalah

237 7 3
                                    

"NASHWA!!!! SINI KE BAWAH BANTUIN MAMA..." seperti biasanya, Resti selalu berteriak memanggil Nashwa.

"IYA MA...AKU DATANG!! " Nashwa pun menyahut dengan teriakan juga.

"Aduh....nih perempuan dua kenapa sih teriak-teriak mulu kalo pagi!! " protes Fadly.

Nashwa nyengir kuda sedangkan Resti menatap tak suka kepada anaknya. "Biarin dong. Perempuan kan kayak gitu..." ucap Resti.

"Iya-iya..."

"Kak, perempuan emang kayak gitu...kakak mending liat Nashwa pas udah dewasa. Dia rada dieman. Lah aku?? Dari kecil. Nashwa tuh cerewet banget..." timbrung Gilang begitu turun dari tangga.

"Iiiiihhh....Kak Gilang! " teriak Nahswa kesal sambil melempar centong kayu ke Gilang.

Gilang menghindar namun terlambat. "Aduuuh....ampun Nash...kakak cuma bercanda..."

Gilang mengusap-usap lengan yang terasa nyeri. "Makannya becanda tuh yang lucu bukan bikin kesel..." cibir Nashwa lalu kembali membantu sang mamah.

"Aduh...masih pagi juga udah rame aja nih..." sindir Risky yang baru saja pulang jogging.

Ketika Risky duduk di antara Fadly dan Gilang, tiba-tiba suasana menjadi hening. Hanya ada suara peralatan dapur yang saling bersenggolan.

Resky bingung. Ia pun menengok ke kanan dan kiri. Fadly sibuk menonton televisi sedangkan Gilang sibuk chatting-an. Resky juga menengok ke arah dapur. Nashwa sibuk dengan masakannya. Sedangkan sang istri sibuk memotong see food.

Kenapa mereka semua diam? Tanya Resky dalam hati. Ia akhirnya tak tahan dengan suasan hening seperti di kuburan ini. "Ini kenapa sih pada diem semua? Kalian marah sama papah? "

"...." tak ada sautan dari siapa pun. Malah kucing peliharaan.yang lewat yang mengeong. "Meooow..."

Semua yang ada di situ menahan tawa semua. Termasuk pembantu yang sedang membersihkan rumah.

"Lah?! Kok malah si kucing yang nyaut sih? "

"..." masih sama. Tak ada yang menyahut.

"Heh!! Kalian kenapa sih?! Tolong jawab pertanyaan papa dong..." rajuk Risky.

Gilang dan Nashwa yang sudah kasihan melihat papah-nya seperti orang kelimpungan pun menjawab bersamaan. "Lah..tadi kayanya rame, ya udah kita diem..."

Risky menghela nafas lega. "Papah kira kalian marah sama papah. Alahmdulillah...lega papah..."

"Lagian suasana lagi anget-angetnya papah sindir. " ucap Resti sambil melirik tajam.

Fadly tak biasanya melihat mamahnya seperti ini. Kalau papah nyindir biasa, sang mamah tak akan seperti sekarang ini. Mencurigakan. Batin Fadly.

"Mamah sama papah lagi ada masalah ya?! " tebak Gilang yang di syukuri oleh Fadly. Ia kira adiknya yang satu ini tak peka. Tapi ternyata dia peka juga.

"Iya mah, pah. Mamah kan kalo ada masalah suka kayak gini. " ucap Fadly.

Nashwa yang tak tahu apa-apa hanya menyimak sambil masak. Kedua orang tua itu malah diam dan sibuk sendiri. "Mah...pah..ditanyain Kak Gilang sama Kak Fadly kok diem aja.." ucap Nashwa.

"Tau ah!! Mamah mau ke kamar. Mamah mau arisan..." ucap Resti sambil pergi. Sebelum pergi dia menghampiri salah satu ART-nya. "Bi...tolong bantuin Nashwa masak ya! Saya mau pergi..."

"Ya udah papah juga sama. " ucap Risky.

Nashwa ingin mencairkan suasana. Jadi ia menjawab. "Papah juga mau arisan? " tanya Nashwa dengan tampang polos.

KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang