Ziarah

173 4 3
                                    

"Ibu...ibu...ayo bacain Nashwa dongeng..." rengek seorang anak kecil yang tak lain adalah Nashwa.

"Iya sayang sabar ya...ibu lagi nyiapin tempat tidur buat kakak kamu..." ucap Yeni~ibu Nashwa lembut.

Nashwa menghela nafas dan berjalan menuju ranjangnya.

Ceklek...

Gilang kecil masuk dengan kondisi sudah cuci muka dan gosok gigi.

"Udah cuci muka sama gosok gigi? " tanya Yeni.

"Udah bu..."

"Nih...sekarang kamu tidur ya! Besok kan kamu mau sekolah. Ibu mau ngelonin adik kamu dulu..."

"Iya bu...selamat malam..." ucap Gilang kecil.

"Yeay...didongengin sama ibu..." riang Nashwa kecil.

"Ututututu...anak ibu seneng banget..." ucap Yeni.

"Mau milih mana ceritanya? " tanya Yeni.

"Ehm...yang ini aja bu.." tunjuk Nashwa menunjuk sebuah cerita yang berisi tentang putri tidur.

"Pada suatu hari...............(dan seterusnya)...."

Tak terasa Nashwa sudah tidur dengan pulas. Yeni menengok ke sebelah kanan dimana sang putra berada.

Kondisinya pun tak jauh beda dengan Nashwa. Sama-sama tertidur pulas. Yeni mengecup kening Nashwa lalu berjalan ke arah ranjang Gilang dan mengecup keningnya pula.

*****

"Hah...hah...hah..."

Nafas Nashwa tersengal-sengal dan keringat membasahi pelipis Nashwa.

Nashwa lagi-lagi mimpi tentang almarhumah ayah dan ibunya. Tapi kali ini ada yang berbeda. Dimana wajah masa kecil sang kakak sudah sangat jelas.

Berbeda sebelum Nashwa bertemu dengan Gilang, setiap mimpi pasti wajah sang kakak tak pernah jelas.

"Hah...mimpi itu lagi..." gumam Nashwa seraya bangun dari tidurnya.

Ia berjalan ke arah kamar mandi untuk mengambil air wudhu guna melaksanakan shalat malam.

Setelah shalat malam ia kembali melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda itu.

Namun matanya tak bisa diajak berkompromi. Ia sangat sulit untuk memejamkannya lagi. Ia melirik ke arah jam dinding. Di sana tertera pukul 03.15 pagi.

Nashwa menghembuskan nafasnya gusar. Ia jadi rindu kepada kedua orang tua kandungnya. Dulu, saat Nashwa masih menempuh ilmu, ia selalu iri pada teman-temannya yang sedang menceritakan kedua orang tua mereka.

Akhirnya ia mengubah posisinya menjadi duduk.

Andai saja, aku mempunyai foto kedua orang tuaku. Pasti sudah aku peluk dengan erat. Batin Nashwa.

Ia beranjak dari kamarnya menuju dapur yang ada dilantai bawah. Ia mengambil satu botol air minum dari kulkas dan menuangkannya ke gelas.

Saat tegukan pertama dan kedua biasa saja, tapi pada saat tegukan ketiga,

"DORRR!! " seseorang mengagetinya dari belakang.

KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang