Kenangan Terindah

132 1 0
                                    

"HUAAA!!! "

"ASTAGHFIRULLAH HAL'ADZIM...."

"Eh...ini ada apa sih? Kalian berdua, pasti selalu bertengkar setiap pagi. "

"Ini mah...Kak Fadly duluan..." adu Nashwa.

"Hahaha...siapa suruh jadi orang penakut..." ejek Fadly.

"Wajarlah kalau aku takut. Aku kan juga manusia. Kalau aku nggak takut berarti nggak normal dong..." ujar Nashwa kesal.

Pagi-pagi baru turun dari tangga, tiba-tiba dikejutkan dengan datangnya Fadly dari samping tangga. Belum lagi si Fadly memakai topeng mirip dengan tokoh Michael  di film Halloween. Entah dari mana Fadly mendapatkannya.

Nashwa kan masih dalam mode takut setelah menonton film itu. Yah...walaupun Nahswa tak tau bagaimana akhir dari si psikopat, ia tetap saja takut membayangkan bagaimana si psikopat itu membunuh orang-orang.

"Huh...sekalian aja Kak Fadly tancepin pisau dileher aku sampe nembus kebelakang, terus akunya digantungin di tembok!! " kesal Nashwa dengan mencontohkan si psikopat membunuhh anak laki-laki.

"Hush! Nggak boleh ngomong kayak gitu Nash..." ujar Resti sambil mendelik.

"Dengerin tuh..." ucap Fadly sambil merangkul Nashwa ke meja makan.

Tak lama berselang, muncullah Gilang dan Risky. "Lho? Papah nggak ikut ke kantor? " heran Nashwa.

"Enggak. Kalo papah sering-sering kesana, nanti kakakmu yang ini nggak bisa-bisa buat mimpin kantor...." tunjuk Risky ke Fadly.

Gilang dan Nashwa terkekeh.

Makan pagi pun hanya diselimuti oleh keheningan. Hanya suara dentingan piring, garpu, dan sendok saja yang terdengar.

Handphone Nashwa berbunyi. Ketika ia hendak memeriksanya, handphone-nya langsung direbut oleh Gilang. Nashwa tersenyum minta maaf.

Setelah makan, Gilang dan Fadly langsung menuju ke bagasi dimana mobilnya terpakir. Nashwa yang sedang minum di dapur langsung berlari dengan cepat. Tak peduli jika hijab bagian bawahnya beterbangan.

"KAKAK!! "

Gilang dan Fadly menoleh ke belakang. "Ada apa? " tanya Gilang.

Nashwa menyodorkan tangan kanannya seperti meminta uang. "Kamu minta uang? " tanya Fadly.

Nashwa menghela nafas ringan. "Kak Fadly dan Kak Gilang yang baik, yang ganteng, yang penyayang..."

"Udah ngomong aja. Ada apa? " potong Fadly.

"Handphone..." ujar Nashwa.

Gilang menepuk jidatnya dan terkekeh geli atas ke-pikunannya itu. "Hehehe...kakak lupa. "

Setelah mendapat apa yang ia mau, Nashwa menatap ke arah mobil berada. Disana hanya terpakir satu mobil.

Nashwa mengerutkan keningnya. "Kok mobilnya cuma satu sih? "

"Biasa Nash...Kak Fadly nebeng..."

"Lah? Emang mobil Kak Fadly masuk bengkel? " Fadly menggeleng. "Terus? Kenapa kakak nebeng Kak Gilang? "

"Kayak nggak tau kakakmu ini Nash. Kak Fadly itu males. " jawab Gilang sambil masuk ke mobil.

"Kakak-kakak..." Nashwa geleng-geleng kepala. "Kak, kakak kan mau jadi pemimpin perusahaan, masa cuma bawa mobil yang gampang aja males. Ntar kalau ngurusin perusahaan yang banyak banget urusannya males juga? Mau jadi apa perusahaan kita kak? Kakak itu ya...sebagai CEO har--"

KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang