Jungkook POV
Hari ini rencanya aku akan mengajak "pujaan hatiku" pulang ke rumah, aku berniat untuk mengenalkannya pada kedua orang tuaku dan juga adikku. Saat ini aku tengah menunggunya di cafe tempat biasa kami bertemu. 15 menit menunggu kedatangannya akhirnya ia datang juga, sebenarnya aku sangat merindukannya karena sudah 1 bulan ini aku tidak bertemu dengannya lantaran kesibukannya yang mengharuskannya keluar negeri di tambah kegiatan tambahannya. Oh ya aku sampai lupa, ia adalah seorang dosen di kampus Soyeon.
"Apa aku membuatmu menunggu lama?"
"Annia, jangankan 15 menit. 15 tahun menunggumu pun aku sudah lakukan."
Iya, aku dan gadis itu sudah saling mengenal satu sama lain hingga selama itu. Namun aku belum berani menyatakan perasaanku padanya sejak dulu, dan akhirnya keberanianku muncul saat 1 bulan yang lalu. Dimana aku menyatakan perasaanku padanya, namun sayangnya ia belum memberikan jawaban atas penyataanku padanya.
"Kau membuatku semakin merasa bersalah Oppa, aku pikir kau telah melupakannya setelah 1 bulan lamanya kita tidak bertemu."
"Melupakan kata-kata yang aku ucapkan itu memang gampang, tapi melupakan perasaan ini tidakah gampang Soojin."
Kami hening sejenak, hingga pesanan coffee yang aku pesan tadi datang.
"Aku masih menunggu jawabanmu Soojin."
"Apa kau yakin perasaanmu padaku adalah cinta oppa? Bukan obsession?"
"Huh... Kalau aku terlalu obsession padamu mungkin aku telah menculikmu dan mengurungmu di sebuah bangunan kosong."
"Berhantilah bercanda oppa."
"Dan kini aku sedang tidak bercanda Soojin."
Gila bukan, aku sudah bilang kepada kedua orang tuaku dan adikku bahwa aku akan menikah. Tapi fakta lucunya si wanita itu bahkan belum memberikan jawaban atas pengakuanku.
"Apa ini karena pria itu?"
"Pria mana yang oppa maksud?"
"Pria yang selama ini kau ceritakan padaku, ya walaupun aku tidak tau siapa pria beruntung yang mendapatkan hatimu itu."
"Oppa, kalau kita memang berjodoh. Maka akan semakin mudah jalan pendekatan kita, bukan menjadi semakin rumit seperti ini."
"Berarti adanya aku membuatmu semakin rumit Soojin'aa?"
"Bukan begitu oppa, kau orang baik, tampan, mapan, mandiri, perhatian, penuh cinta. Wanita mana yang tidak akan ingin mendapatkanmu, tapi wanita itu bukanlah aku oppa. Mungkin wanita lain, aku hanya tidak ingin membuatmu terluka oppa."
"Bahkan kau sudah membuatku terluka, bahkan luka itu begitu dalam."
Aku meraih cangkir coffeeku dan meminumnya hingga setengah, walaupun coffee itu masih panas itu tidak mampu mengalahkan rasa panas di hatiku.
"Baiklah aku menyerah saat ini, lalu sekarang apa maumu?"
"Oppa bukan begitu maksudku. Aku tidak bisa menerima cintamu karena aku rasa kau terlalu baik untukku."
"Hanya kata itu saja yang sudah aku dengar sejak aku menyatakan perasaan ini padamu."
Ia menundukan wajahnya sambil meremas jarinya, sakit itu dominan dan kecewa itu resiko. Sebenarnya aku sudah tau jawaban dari tapi karena keras kepalaku yang membuatku berhalusinasi ia akan menerimaku.
"Aku pergi.."
"K..kau mau pergi kemana oppa? Tinggalah dalam waktu beberapa menit dulu disini."
Aku tidak menghiraukan teriakannya dan aku juga tidak menghiraukan pengunjung cafe yang menyaksikan adegan kami tadi.
Ini salahku, ini perbuatanku, dan inilah hasilnya. Aku harus membangun sendiri, merasakan sendiri, dan menikmatinya sendiri.***
Setelah pertemuanku dengan Soojin tadi siang, aku tidak langsung kembali ke kantor melainkan pergi ke sungai Han sanmbil menaiki sepeda di tengah teriknya matahari. Setelah puas memproduksi keringat aku segera pulang ke rumah yang tak terasa sudah menunjukkan pukul 6.30 PM. Saat ku memasuki area parkir Mobil, aku menemukan adikku dan 2 sahabatnya sedang mengobrol di taman."Oh.. Oppa pulang cepat hari ini?"
"Hm.. Oppa langsung masuk ya."
Setelah memberikan sedikit sapaan kepada adikku dan temannya, aku segera menuju lemari pendingin untuk mengambil sebotol mineral dan membawanya ke ruangan gymku. Aku rasa sedikit melakukan gym akan membuat moodku sedikit membaik.
"Tumben kau pulang cepat Jungkook?"
"Appa? Sejak kapan appa di situ?"
"Sejak appa melihatmu membuka kemejamu dan bertelanjang dada seperti sekarang."
"Aaa.... Mian aku tidak melihat appa tadi."
"Apa ada masalah sampai kau begitu kacau sekali sepulang kerja."
"Kacau sepulang kerja wajar appa, namanya juga lelah karena bekerja. Appa seperti tidak pernah begitu saja."
"Appa tau wajah lelah sehabis bekerja dengan wajah lelah karena beban, ayo cerita saja pada appa ada apa sebenarnya?"
"Tidak ada apa-apa appa, a i'm OK."
"Baiklah appa tidak akan memaksamu jagoan."
"Aish.. Berhenti memanggiku seperti itu appa, aku sekarang sudah besar."
"Ah iya kau sudah besar, bahkan sebentar lagi juga akan menikah."
Mendengar kata itu keluar dari bibir ayahku saja membharku merasa sedih dan kecewa. Bahkan mereka semua begitu antusias akan permintaanku itu.
"Aku akan pergi mandi dan beristirahat appa."
"Kau bahkan belum memulainya jagoan."
***
Author POVSoyeon sebarnya berniat bolos pada jam mata kuliah dosen devilnya itu, namun baru saja ia akan berbalik meninggalkan kelasnya di belakangnya sudah berdiri seseorang yang sangat ingin ia hindari.
"Kenapa balik? Ayo masuk, sebntar lagi kelas akan dimulai. Atau jangan-jangan kau berniat ingin membolos Mata kuliahku?"
"Huh.. Saya ingin menganbil buku saya yang tertinggal di kantin, saem puas?"
"Baiklah saya beri waktu 15 menit untuk mengambilnya jika lebih dri 15 menit, saya anggap kau membolos mata kuliahku."
Bahkan "DIA" Bisa bersikap biasa saja setelah apa yang ia lakukan 3 hari yang lalu padaku? Dasar pria tidak berperasaan.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Danger Love (SEMI HIATUS)
RomanceLee Hyuk Jae Aku bukan seorang guy seperti yang di katakan orang-orang kepadaku, hanya saja aku memiliki rasa trauma yang membuatku menganggap cinta itu berbahaya bahkan patut di jauhi. Jeon Soyeon Cinta adalah anugerah terindah dari tuhan yang di b...