Keluarganya bilang Mingyu itu rajin. Teman-temannya bilang Mingyu itu mesum. Teman-temanku bilang Mingyu itu tampan. Tapi satu hal yang kuketahui tentang Mingyu bahwa ia adalah penggombal. Emm, biar kukoreksi. Penggombal yang hebat.
Mungkin wanita tidak begitu menyukai laki-laki yang pandai berkata manis, laki-laki yang mudah membuat wanitanya tersipu malu dengan kata-kata gombalnya. Tapi entah kenapa itu selalu menggelitikku setiap ia melakukannya. Maksudku, aku tidak bilang kalau aku menyukainya. Bahkan terkadang rasanya aku ingin memukul wajahnya karena gombalannya terdengar...receh? Tapi seringnya sih perutku dibuat bergemuruh, seperti ada kupu-kupu beterbangan di dalam sana.
Aku masih ingat gombalan pertama yang ia lontarkan padaku. Dia adalah teman sekelasku di masa kuliah. Entah ia jatuh cinta pada pandangan pertama atau bagaimana aku tidak paham, namun pada hari pertama kami masuk kuliah, tiba-tiba ia duduk disampingku, menopang dagunya seraya tersenyum lalu berkata,
"Siapa namamu? Atau bolehkah aku memanggilmu 'milikku'?"
Satu hal yang aku rasakan saat itu adalah berbunga-bunga. Entah karena gombalannya atau ketampanannya yang mampu membuatku tak berkutik. Namun pada akhirnya aku memberikan namaku. Tentu saja! Hei, kami baru bertemu. Tidak ada orang yang langsung berpacaran setelah bertemu satu kali. Kecuali dia gila.
Lalu kami menjalin hubungan setelah tiga bulan lamanya ia berusaha mendekatiku. Mau bagaimana lagi, aku juga menyukainya. Tapi tentu saja bukan karena gombalannya. Tapi karena ia adalah pria baik-baik. Dan kalian ingin tau bagaimana ia mengungkapkan perasaannya?
Saat itu aku sedang mengurus persiapan untuk kegiatan Annual Drama Performance di auditorium kampus lalu tiba-tiba ia datang dengan mengenakan pakaian serba hitam dan memakai topeng di kepalanya yang dilubangi di bagian mata, hidung dan mulut dan berhasil membuatnya menjadi pusat perhatian. Persis seperti maling. Ia berlari padaku sambil membawa sebuket mawar merah di tangannya lalu berkata,
"Hai, aku maling! Dan aku ingin mencuri hatimu!"
Sedetik kemudian, orang-orang yang ada di sana menyorakiku entah itu dengan siulan atau tepuk tangan. Tentu saja aku dibuat malu. Tidak bisakah ia melakukannya dengan cara yang normal? Mau tak mau aku menerimanya karena aku tidak ingin terus disoraki. Aku benci menjadi pusat perhatian.
Sejak saat itu hidupku dipenuhi dengan gombalan yang terlontar darinya. Dan seiring berjalannya waktu aku mulai terbiasa. Dimanapun aku berada, jika sedang bersamanya, ia pasti menggombaliku setidaknya satu atau dua kali.
Aku sudah bilang kan di awal bahwa Mingyu itu mesum. Ya, ia memang mesum. Karena kebanyakan gombalan yang dibuatnya merupakan sebuah usaha untuk menciumku. Seperti,
"Cium aku jika aku salah. Dinosaurus masih ada kan?"
atau,
"Aku akan memberimu ciuman. Jika kau tidak menyukainya, kau bisa mengembalikannya."
atau,
"Aku ingin tau, apakah bibirmu terasa manis seperti kelihatannya?
Ugh. That was cheesy. But I like it. Jadi pada akhirnya ia berhasil menciumku dengan usahanya itu. Karena aku hanya bisa tersenyum malu dan tak bisa melakukan apapun saat ia menghapus habis jarakku dengannya.
Ada suatu kejadian tidak disengaja yang terjadi di antara kami. Saat itu kami baru pulang setelah acara makan-makan dengan teman-teman satu kelas untuk merayakan hari kelulusan kami yang tentu saja acara tersebut dibubuhi beberapa botol soju. Ya, aku mabuk. Tapi untungnya Mingyu tidak, sehingga ia bisa menyetir dan mengantarku pulang ke apartemenku.
Aku tidak begitu ingat karena kepalaku sedikit pusing akibat alkohol yang kuminum, tapi yang kutahu saat itu Mingyu terlihat...seksi? Tidak, ia tidak sedang bertelanjang dada dan menampilkan perut six packnya. Ia juga tidak sedang mengibaskan rambutnya yang basah seperti yang biasa ia lakukan sehabis mandi. Ia hanya memakai pakaian sehari-harinya yang justru cenderung tertutup. Tapi entah kenapa ia terlihat menggoda di mataku.