18. Wonwoo

273 25 2
                                    

WARNING! Mature content!

Konten dewasa!

Dimohon pembaca agar bijak untuk membaca part ini.

Happy reading ^^

***

Seperti biasa, hari ini mahasiswa lebih mendominasi daripada mahasiswi karena memang mata kuliah ini banyak diminati oleh kaum adam. Eh, tidak juga sih. Aku adalah mahasiswi Teknik jadi sudah pasti kaum laki-laki lebih banyak.

Ini hari Senin. Orang-orang pergi ke kampus dengan semangat yang tinggi dan segar setelah menghabiskan waktu akhir pekan, bahkan ketika hari sudah menjelang sore seperti sekarang. Begitu juga aku. Wajahku masih terlihat baik-baik saja dengan riasan, baju yang kupakai tetap terlihat rapi, dan aku masih segan untuk mencatat tugas yang diberikan oleh dosen saat ini.

Tapi entah kenapa ini semua berbanding terbalik dengan Wonwoo yang duduk di sampingku. Sejak tadi pagi ia menjemputku, wajahnya terlihat sedang sebal. Mungkin ia marah pada seseorang? Atau harinya sudah hancur bahkan sebelum ia memulai harinya? Entahlah. Jika matanya menunjukkan kilatan, pasti ada yang tidak beres. Ia bahkan terus mendiamiku seharian ini.

"Baiklah, sampai disini untuk hari ini, jangan lupa untuk mengumpulkan tugasnya minggu depan."

Dosen itu pergi setelah pamit diikuti mahasiswa lain yang berburu-buru meninggalkan kelas. Begitu juga aku yang berlari kecil karena Wonwoo sudah jalan lebih dulu dengan langkahnya yang cepat.

"Wonwoo, kau akan pergi ke studio Jihoon?" tanyaku sambil mengimbangi kecepatannya.

Biasanya, di hari Senin ia akan berkumpul dengan teman-temannya di studio milik Jihoon dan aku akan pulang menggunakan bus. Dan biasanya pula ia akan bilang padaku jika ingin pergi. Tetapi karena seharian ini ia mengunci mulutnya, aku pun bertanya.

"Tidak," jawabnya singkat tanpa mengurangi kecepatannya.

Ck, dia ini kenapa sih? Tidak biasanya saja. Walaupun wajahnya memang kelewat menakutkan, ia tidak pernah mendiamkanku seperti ini.

"Jadi aku pulang denganmu?"

"Ya."

Sesampainya di parkiran, ia langsung membukakan pintu mobilnya dan menyuruhku masuk. Aku memeluk tas di dadaku dengan takut selagi melihatnya mengitari mobil lalu duduk di kursi kemudi.

Ia tidak langsung menyalakan mobilnya. Dengan raut wajahnya yang gelap ia menatap setir mobilnya lama.

Aku hanya bisa meliriknya was-was tanpa berani bergerak satu inci pun. Dan bingung memikirkan jika ada kesalahan yang kubuat hari ini.

"Kau ini sedang apa sebenarnya?"

Aku menoleh padanya seperti orang bodoh, "Eh?"

Matanya masih melihat objek di depannya dengan tajam dan sinis seakan jika kau bertemu kedua mata tersebut kau akan jatuh ke lapisan bumi paling dalam.

"Dengan pakaian bodoh itu, baju seketat itu, rok sependek itu, kau ini sedang apa?" tanyanya dengan sarkasme seraya mengamatiku dari atas hingga ke bawah.

"Aku tidak-"

"Ingin menjual diri?"

Aku pun mengerutkan kedua alisku. "Apa maksudmu?" pekikku sedikit tersinggung atas pertanyaannya.

"Lihatlah dirimu."

Menurut, aku pun memperhatikan diriku sendiri. Dan aku baru sadar rok yang kupakai terlihat sangat pendek membuat sebagian besar pahaku terlihat. Aku pun segera menurunkannya dengan canggung dan mencoba menutupinya dengan tas yang kupegang.

Imagine with SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang