10. Woozi

286 27 0
                                    

Lee Jihoon, orang yang sedang kuperhatikan saat ini sedang duduk bersandar sambil membaca buku dengan sangat tenang dan diam. Satu-satunya anggota tubuh yang bergerak hanyalah matanya yang mengikuti tulisan yang ada di buku tersebut. Well, memang biasanya seperti itulah orang-orang ketika sedang membaca. Tapi setidaknya ada sedikit pergerakan. Menguap misalnya? Sama sepertiku setiap kali sedang membaca buku. Ya, aku bukan penggemar buku. Maksudku, siapa yang mau menghabiskan waktu setelah pulang-lebih-awal-karena-dosen-tidak-jadi-masuk dengan membaca buku? Kalau aku sih akan langsung pulang.

Tapi mungkin tidak untuk hari ini. Sebenarnya kelas sudah berakhir sejak 30 menit yang lalu dan sekarang adalah waktu istirahat. Hanya ada segelintir orang yang masih ingin berdiam diri di kelas yang entah itu untuk tidur, menikmati wifi gratis, atau bahkan bergosip. Dan sudah 30 menit pula aku masih setia duduk di kursiku sambil memperhatikan Jihoon yang sejak 30 menit pula tidak bergerak sama sekali.

"Cepat datangi Jihoon!" Soonyoung yang sedari tadi menemaniku berbisik padaku dengan kesal. "Jika tidak tugasmu tidak akan selesai. Lagipula aku ingin pulang, aku lapar!"

Minggu kemarin dosen Kim memberi tugas pada mahasiswa secara berkelompok yang beranggotakan 2 orang. Kebetulan partnerku adalah Jihoon si beruang kutub. Aku sedikit takut untuk mengajaknya. Jihoon memang terkenal dingin dan jutek, setidaknya di kelas ini.

"Aku takut tau." Sepertinya pengungkapan takut sedikit kurang tepat. Mungkin tidak berani? Tapi takut dan tidak berani hampir sama. Atau mungkin aku merasa canggung? Ah, mungkin tidak. Kami sudah menjadi teman kelas selama hampir 2 tahun. Bagaimana kalau aku tidak ingin menggangunya yang sedang membaca? Tidak juga. Kurasa ia tidak akan terganggu jika aku hanya menanyakan tentang tugas.

Oke, oke. Mungkin memang benar aku takut. Maksudku, siapa yang tidak takut pada beruang kutub?

"Kenapa harus takut? Kau kan menyukainya."

Ah, benar. Aku hampir lupa akan fakta itu. Aku memang menyukainya sejak, entahlah. Rasa itu tiba-tiba muncul begitu saja. Sikap Jihoon yang dingin dan tak banyak bicara membuatku penasaran. Seperti karakter tsundere di komik manga Jepang. Ya, aku memang mengatakan bahwa aku bukan penggemar buku, tapi aku tidak mengatakan aku tidak menyukai komik kan?

"Sepertinya rasa takutku lebih besar dibandingkan rasa sukaku pada si pendiam itu,"

"Eiii sudahlah, dia tidak semenakutkan Thanos si ubi ungu," ucap Soonyoung seraya mendorongku untuk berdiri dari kursiku. Kenapa ia membandingkan Jihoon dengan Thanos? Tentu saja Jihoon lebih menakutkan!

Eh, tidak. Maksudku... ah sudahlah.

Pada akhirnya aku memberanikan diri untuk menghampiri Jihoon. Bagaimanapun juga tugas ini harus segera selesai. Aku tidak ingin mendapat nilai E hanya karena meninggalkan satu pekerjaan yang tidak begitu sulit.

"Jihoon-ah."

Kuharap suaraku tidak terlalu kecil. Tapi untungnya tidak karena Jihoon menegakkan punggungnya dan mengalihkan pandangannya padaku, "Eoh, ada apa?" tanyanya dengan ekspresi datarnya.

"Tugas dosen Kim dikumpulkan dua hari lagi, akan lebih baik jika dikerjakan sekarang," jelasku dengan sangat hati-hati, "apa kau sibuk?"

Tunggu, sepertinya aku tidak asing dengan pemandangan ini. Ah! Aku ingat. Aku merasa seperti sedang berbicara dengan guru killer di masa SMA dulu. Kedua tanganku saat ini saling bertautan sama persis seperti saat aku dimarahi habis-habisan oleh guru itu karena tidak mengerjakan tugas yang diberikannya.

"Tidak. Aku tidak sibuk," Jihoon kini membenahi barang-barangnya ke dalam ranselnya.

Sebentar, kenapa juga aku harus meminta izinnya padahal ini adalah kewajibannya juga untuk mengerjakan tugas? Ck, aura Jihoon semenegangkan ini ternyata.

Imagine with SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang