"Seokmin-ah, hentikan. Itu menjijikkan"
Kau yang sedang mengerjakan tugas di perpustakaan bersama kekasihmu, merasa risih karena sedari tadi Seokmin terus memanggil namamu dan memasang wajah sok imut. Alih-alih kau ingin mencubit kedua pipi Seokmin karena saking imutnya, kau malah ingin menceburkan wajah kekasihmu itu ke porselen.
"Ayolah (yn). Aku hanya ingin menatapmu selama sepuluh detik saja. Oh atau... lima detik pun tak apa"
Seokmin menggoyangkan lenganmu yang sedang menulis rumus matematika seraya mempoutkan bibirnya.
"Ya! Aku sedang menulis...Ah! Lihat! Kau mencoret–"
"Sssst"
Semua mata memandang pada kalian berdua seraya menempatkan jari telunjuk mereka pada bibirnya.
"Maaf"
Seokmin senang menganggumu, karena menurutnya wajahmu terlihat cantik ketika sedang marah. Maksudnya bukannya kau tidak cantik jika sedang tidak marah, tetapi menurutnya kau lebih cantik. Kau adalah murid populer yang terkenal dengan wajahmu yang membuat para murid laki-laki bengong ketika melihatmu dan IQ yang tinggi bahkan tidak bisa dicapai oleh murid-murid lain di sekolahnya. Berbanding terbalik dengan Seokmin yang selalu membolos saat pelajaran matematika, tidur di pelajaran sejarah, memecahkan tabung di laboratorium, selalu mendapatkan hukuman dari guru Kim, bahkan melempari guru yang sedang menulis di papan tulis dengan penghapus. Seokmin usil. Sangat usil. Seperti yang dilakukannya saat ini, menusuk-nusuk pipimu dengan penggaris yang digunakanmu untuk membuat tabel seraya bersenandung tidak jelas.
"(yn)-ku yang cantik. Aku ingin menatapmu sebentar saja. Kenapa kau sangat pelit"
Suara Seokmin memang merdu. Ia pernah memenangkan piagam emas dalam perlombaan menyanyi tingkat provinsi. Tapi sungguh, ini sangat menganggumu.
"Sayang, biarkan aku mengerjakan soal ini sampai selesai. Aku harus mengumpulkannya besok pagi" ujarmu sakartis tanpa mengalihkan pandanganmu dari tulisan-tulisan di bukunya.
"Tapi sayang, aku sudah menunggumu sejak pukul dua dan sekarang sudah pukul empat. Kau membiarkanku menunggu dua jam hanya untuk menatapmu lima detik" Seokmin menghentikan aktivitasnya–menusuk pipimu–itu lalu mengubah posisi duduknya menghadapmu.
"Sayang, lagipula kita masih bisa bertemu di sekolah setiap hari"
"Tapi sayang, kau hanya harus menengokkan kepalamu menghadapku apa itu sulit?"
Seokmin berkata seraya tersenyum tidak jelas karena melihat wajahmu yang sudah mulai kesal. Ia tidak akan menyerah sampai misinya berhasil.
"Sulit, Seokmin. Karena aku sedang menulis" kau masih tetap mungunci pandanganmu pada buku.
Seketika perut Seokmin mengeluarkan bunyi seperti raungan macan yang mati kelaparan–eh. Tapi raungan tersebut tidak sampai ke gendang telingamu karena kau terlalu serius mengerjakan tugasmu.
Baik. Seokmin pikir masalah ini harus diselesaikan. Seokmin ingin menganggumu, tapi kau tidak ingin diganggu. Perutnya lapar dan ia harus pulang. Satu-satunya cara yaitu menarik dagumu lalu-
Cup
Kau merasakan sesuatu yang lembap menempel di bibirmu singkat.
"Aku lapar dan aku harus pulang. Kau susah sekali disuruh menatapku." Ucap Seokmin seraya membenahi tasnya lalu mengacak rambutmu pelan.
"Maaf aku harus pulang–"
Lalu pergi.
"Aku pergi. Saranghae"
Teriakan Seokmin membuat para murid yang ada di perpustakaan mengumpat. Kau yang mendadak menjadi patung dan hanya mendengar kata terakhir yang Dokyeom ucapkan tersadar seketika. Kau mengerjapkan matamu berkali-kali lalu melanjutkan tugasmu. Dan sudah kesekian kalinya kau menggunakan correction pen untuk menghapus kata yang salah akibat konsentrasimu yang buyar karena memikirkan kelakuan pacar sintingmu tadi.
Tiba-tiba ponselmu bergetar dan tertulis
New message
From:Kuda
Jangan sampai konsentrasimu buyar karena ciumanku tadi kkk :D
Blush
Seketika pipimu mengeluarkan semburat merah.
Ups. Kau tertangkap basah.