Hallo semua. Jangan lupa vote🌟🌟🌟 sebelum membaca ya. Karena setiap vote berarti banget buat Author.😊
Happy Reading guys.❤❤
***
Menyembunyikan apapun dari siapapun. Pasti akan ketahuan juga. Buktinya aku nih.
.
Naraya Azeta.***
"Naraya makan ya sayang ya?" Ucap July sambil menyodorkan sendok berisi bubur.
Yahh semenjak pulang sekolah tadi Naraya belum makan sama sekali. Bahkan dari pagi.
"Naraya kenyang ma." Jawab Naraya dengan wajah yang sangat pucat.
Lantas Naraya langsung berdiri. Berniat ke kamar mandi.
"Mau kemana sayang?" Tanya July sambil memegang tangan Naraya yang terasa sangat panas.
Yahh memang panas Naraya dari tadi belum turun juga. July sudah menawarkan untuk pergi ke dokter. Tapi sayangnya Naraya keras kepala. Kepala batu bahkan.
"Mau ke kamar mandi ma." Jawab Naraya berjalan menuju kamar mandi.
"Mama temenin ya sayang?" Tawar July.
Naraya menoleh kearah mamanya itu.
"Nara udah besar ma. Lagian Nara udah sehat. Malu juga ih"
Ya begitulah jawaban Naraya. Yang keras kepala dan batu banget asli.
Naraya masuk kedalam kamar mandi dan menutupnya menutupnya.
Namun tiba tiba terdengar suara benturan keras dari dalam kamar mandi. July yang mendengar itu lantas langsung berdiri dari posisi awal yang sedang duduk di kursi belajar Naraya.
"Nara kamu gapapa kan sayang?" Tanya July khawatir.
"Gak papa ma." Jawab Naraya pelan.
Sedangkan di dalam sana, Naraya merasakan pusingnya kembali merajalela. Darah itupun keluar lagi dari dalam hidung Naraya. Berulang kali Naraya mencoba membersihkannya. Tapi tetap saja mengalir. Sampai hoodie putihnya banyak berlumuran darah.
Sampai akhirnya Naraya merasa tiba tiba gelap. Dan hilang semua pandangannya. Gelap menyelimuti.
Diluar, July masih setia menunggu. Takut ada apa apa dengan anak satu satunya itu.
"Nara belum selesai?" Tanya July, tapi tidak mendapat jawaban apapun dari Naraya.
"Nara jawab mama nak. Jangan bikin mama panik." Ucap July lagi sambil mengetuk kamar mandi berulang kali."Mama masuk ya." July membuka kamar mandi yang kebetulan tidak di kunci oleh Naraya.
Dan betapa terkejutnya July melihat Naraya yang sudah tergeletak dengan darah dimana mana. July langsung menopang kepala Naraya dengan tangis yang semakin menjadi.
"Biiii... Biiiiii Aminahhhhh..." Teriak July dari kamar mandi di dalam kamar Naraya. Dengan isak tangis yang tak henti henti.
Bi Aminah akhirnya datang kesana. Menemui July. Bi Aminah terkejut melihat July sudah menangis dan melihat Naraya tergeletak dengan Darah dimana mana.
"Non Nara kenapa toh buk?" Tanya Bi Aminah yang langsung menghampiri Naraya dan July.
"Telfon bapak sekarang, dan telfon ambulan juga. Cepet bi." Ucap July racau dan langsung mendapat anggukan dari Bi Aminah.
Bi Aminah langsung berlalu dari kamar mandi. Sedangkan July masih terus menangis melihat keadaan anaknya itu.
"Maafin mama gak bisa jagain Nara. Nara bangun ya. Nanti mama beliin banyak boneka lagi. Tapi Nara bangun ya sayang ya." July sudah meracau tanpa henti sambil mengusap hidung Naraya yang terus mengeluarkan darah.
Tangisnya tak bisa dihentikan sampai ambulan datang.
Bahkan sampai Naraya dibawa menuju Rumah Sakit, July masih terus menangis. Disebelahnya juga ada Bi Aminah yang juga menangis sambil terus menghapus darah dari hidung Naraya yang dari tadi terus mengalir.Diperjalanan menuju Rumah Sakit, July merogoh ponselnya dan menelefon suaminya. Mengatakan untuk langsung ke Rumah Sakit saja.
***
"Bisa bicara sebentar pak Daniel?" Tanya
seorang dokter saat selesai menangani Naraya."Bisa dok." Jawab Daniel sambil mengangguk dan berdiri dari posisi duduk yang diikuti oleh istrinya.
"Mama disini aja, tunggu Naraya sadar ya." Ucap Daniel menenangkan saat melihat istrinya juga ikut berdiri.
Daniel kembali melangkah mengikuti langkah Dokter tadi. Sesaimpainya diruang dokter, Daniel dipersilahkan duduk.
"Anak saya sakit apa dok?" Tanya Daniel dengan wajah serius.
"Naraya belum cerita kepada bapak sebelumnya?"
Pertanyaan dokter itu membuat Daniel merasa bingung.
"Maksud dokter apa ya? Anak saya tidak pernah cerita apapun." Jawab Daniel dengan kebingungan yang memuncak.
Dokter tersebut awalnya bingung ingin menjelaskan dari mana. Tapk Akhirnya dokterpun mulai bercerita.
"Sekitar 4 bulan yang lalu, Naraya pernah seperti ini. Tapi yang mengantar kesini adalah temannya." Ucap dokter itu.
Flashback On*
Mendengar dokter mengatakan apa penyakitnya, membuat Naraya merasa sangat terpukul.
"Dokter jangan bilang ya sama keluarga Naraya. Nanti papa sama mama khawatir. Naraya gamau buat mama sama papa nangis dan khawatir sama Naraya dok." Ucap Naraya sambil merayu dokter pribadi keluarganya itu.
"Tapi sakit kamu ini ga main main Nara. Orang tua kamu harus tau." Ucap Dokter tersebut dengan wajah serius.
"Iya nanti Nara bilang sama mama papa. Tapi enggak sekarang ya dok."
"Tapi kamu harus bilang ya."
"Iya dok. Nanti Nara bilang." Ucap Naraya memastikan.
Flashbak Off.
"Ya. Naraya menderita penyakit itu sudah sekitar 4 bulan yang lalu. Iya memang baru stadium awal, tapi kalau tidak mendapat penanganan intensif, itu juga bisa berbahaya untuk Naraya sendiri." Dokter mencoba menjelaskan.
Mendengar perkataan dokter itu membuat Daniel sangat hancur. Bagaimana bisa anak semata wayangnya mengalami penyakit seperti itu.
"Bagaimanapun caranya. Dokter harus sembuhkan anak saya." Ucap Daniel dengan tegas.
***
.
.
.
.
.
.
.
Haii guyss.. wahhh kira kira Naraya sakit apa ya. Nahhh ikuti cerita selanjutnya ya.. huuu author juga penasaran nih.😆 (ahh authornya kok juga penasaran. Kan dia yg nulis.)
Lah iya ya. Kenapa ikut penasaran😆Jangan lupa vote and Comen ok.
See you in the next part❤Jember.....
.
Icha
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAYA
Teen FictionNARAYA AZETA. si pemilik sekolah tunas bangsa yang sedang tergila gila dengan seorang cowok. Yahh namanya NATAYA JAYDEN. Si Dingin menurut seluruh siswa siswi Tunas bangsa. Tapi NARAYA Jatuh Cinta. Yaa.. NARAYA jatuh cinta dengan NATAYA.