9

90 13 6
                                    

Hallo semua. Jangan lupa vote🌟🌟🌟 sebelum membaca ya. Karena setiap vote berarti banget buat Author.😊

Happy Reading guys.❤❤

***

Jodoh emang ga kemana ya. Ga perlu dicari aja langsung ketemu

.
Naraya Azeta

***


"Mama kan udah bilang, jangan sekolah dulu. Keras kepala sih. Kan gini jadinya. Infus kamu copot." Cerocos July sambil mengompres tangan kiri anak keras kepalanya ini.

Tangan kirinya bengkak. Mungkin gara gara infus yang terlepas tiba tiba kali ya. Dan alhasil. Infusnya berpindah ketangan kanannya.

Yahh awalnya Naraya sudah senang karena infusnya lepas. Karena Naraya pikir, dia sudah tidak usah menggunakannya lagi karena tangan kirinya bengkak.

Tapi saat dokter yang ada di sekolah selesai menelepon orang tuanya. Dokter langsung memasang infus ditangan kanannya.

Ya sekarang begini. Tangan kirinya bengkak dan tangan kanannya diinfus.

Kenapa harus gue sih yang punya penyakit ini. Batin Naraya sedih.

Dan iya. Naraya berpikir bahwa orang tuanya belum ada yang tau akan penyakitnya.

Bukan Naraya tidak ingin memberi tahu orang tuanya. Tapi Naraya takut membuat mereka sedih. Naraya paling tidak suka melihat orang tuanya sedih atau bahkan menangis.

Naraya berjanji akan memberi tahu orang tuanya. Tapi tidak sekarang. Mungkin lain waktu.

Aku ngasih taunya nanti aja deh. Lagian cuma stadium awal. Bisa sembuh sendiri. Batin Naraya bergumam mengiyakan.

"Nara kenapa sayang?" Tanya July sambil pengusap pelan rambut anaknya yang terdiam dari tadi.

"Oh. Gapapa kok ma." Jawab Naraya dengan senyum mengembang diwajahnya.

"Yaudah kalo gitu mama mau ke dapur dulu ya." Ucap July dengan senyum dibibirnya sambil beranjak dari kasur Naraya dan membawa peralatan yang dipakai untuk mengompres tangan Naraya tadi.

Yaa senyum itu yang Naraya suka. Dan Naraya tidak ingin menghilangkannya. Naraya membayangkan, bagaimana senyum itu hilang, kalau sampai mama dan papanya tau akan penyakitnya.

Gue pengen sembuh. Ucap batin Naraya lirih sambil menghapus air matanya yang mengalir tanpa ijin darinya.

.
.

"Eh Na. Lo kok masih masuk sih?" Tanya Rhea yang baru saja memasuki kelas.

"Iya." Jawab Naraya sambil bertopang dagu dimeja. Sedangkan tangannya dibiarkan berada disisi sebelah kanan dan kirinya.

"Kenapa?" Tanya Rhea lagi sambil menaruh tasnya dimeja sebelah Naraya.

"Sehari gue ga liat Nataya rasanya kurang lengkap hidup gue Rhe." Jawab Naraya dengan senyum di wajahnya.

"Eh buset dah lo Na. Gue pikir gak pengen ketinggalan pelajaran. Eh malah keinget si Curut kagak tau diuntung."

"Lah kok dibilang curut gatau diuntung sih?" Tanya Naraya sambil menoleh kearah Rhea.

"Ya gatau diuntung lah. Udah tau di suka sama lo bertahun tahun. Dianya masih aja gitu. Lo kurang apa coba."

"Ya pantes dia gitu Rhe. Orang gue cuma sukanya diem diem. Cuma bisa liat dia sambil senyum senyum doang. Ga berani bilang." Jawab Naraya sambil memasang wajah cemberut. Dan kembali menopang jagunya dimeja.

NARAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang