12

84 4 0
                                    

Hallo semua. Jangan lupa vote🌟🌟🌟 sebelum membaca ya. Karena setiap vote berarti banget buat Author.😊

Happy Reading guys.❤❤

***


.
.

Sesampainya di kelas. Naraya sudah melihat Rhea yang sedang asik bermain ponsel.

"Cie yang lagi mainin hp mulu. Kayak ada yang chat aja." Ucap Naraya sambil meletakkan tasnya di kursi, lalu mengambil sapu di sudut kelas untuk memulai piketnya.

"Apaan si." Jawab Rhea sambil meletakkan ponselnya di atas meja.

"Gimana si rasanya dengerin cerita dari dia yang kamu sayang tentang dia yang dia sayang?" Ucap Naraya tanpa menoleh ke arah Rhea yang sudah cemberut.

"Sakit." Jawab Rhea sambil menunduk.

"Nah tau sakit. Kalau sakit kenapa masih bertahan Rhea? Kenapa? Cinta?" Ucap Naraya sambil menghentikan kegiatan piket dan duduk di kursinya.

"Iya mau gimana Na."

Yah perlu kalian tau. Cinta Rhea ini bertepuk sebelah tangan. Rhea suka sama kakak kelas udah lama. Tapi cintanya tak berbalas.

"Jatuh cinta boleh. Bodoh jangan." Ucap Naraya sambil melanjutkan piketnya.

"Banyak ceramah lu Na. Lu aja juga gitu. Kampret lu emang." Tukas Rhea kesal kepada Naraya. Tak sadar diri rupanya nih Naraya.

Naraya yang awalnya sibuk menyapu mengalihkan pandangannya kepada Rhea yang tengah mengarahkan pandangannya kepada dirinya.

"Gue?" Tanya Naraya sambil menunjuk dirinya sendiri lalu tertawa kencang.
"Kan lo udah tau gue sama nataya gimana." Ucap Nataya santai sambil kembali menyapu.

"Kan lo sama Nataya juga gitu." Ucap Rhea sambil memainkan alisnya ke arah Naraya.

"Seenggaknya udah ada perkembangan." Jawab Naraya malas.

Rhea yang mendengar itu hanya membuang nafas kasar, pasrah akan sikap tai sahabatnya ini.

.
.

"Eh Na. Lo pulang bareng siapa?" Langkah Rhea sedikit dipercepat agar menyamakan langkahnya dengan Naraya.

"Gatau nih. Ntar gue telfon nyokap aja."
Jawab Naraya sambil mengotak atik ponselnya.

"Sorry ya. Gue ga bisa nganter. Soalnya gue ada les nih." Rhe berucap dengan sungguh sungguh. Bisa dilihat dari matanya.

"Gapapa kok. Lo duluan aja gih. Ntar telat." Jawab Naraya saat tiba di depan gerbang dan menampakkan mobil milih Bunda Rhea sudah terparkir manis.

"Yaudah gue duluan ya Na." Ucap Rhea sambil berlari ke arah mobil sambil melambaikan tangannya kepada Naraya.

Rhea masuk kedalam mobil. Dan mobil melaju meninggalkan Naraya disitu.
Kondisi sekolah masih ramai, ya karena memang baru pulang sekolah.

Banyak siswa yang berlalu lalang meninggalkan sekolah. Mulai dari mengendarai motor ataupun mobil dari arah parkiran. Dan ada juga yang berjalan dan menunggu di depan gerbang seperti Naraya.

Naraya berulang kali menelfon Mamanya. Tapi tidak mendapat jawaban apa apa.
Naraya mencoba menelfon Papanya. Dan diangkat....

"Pa bisa jemput Nara?"

"Maaf sayang. Papa lagi ada urusan nih. Coba telfon mama dulu ya."

"Mama juga ga bisa di telfon pa."

"Waduh. Yaudah Nara tunggu disitu. Biar nanti papa jemput ya sayang ya?"

"Ga usah deh pa. Nara pulang sendiri aja. Kasian papa juga kan lagi sibuk."

"Nara berani?"

"Nara udah besar pa. Pasti berani lah. Yaudah Nara pulang dulu. Papa semangat kerjanya."

"Iya sayang. Hati hati ya."

"Siap bos."

Setelah mengucapkan itu Naraya memutuskan panggilannya. Dan menoleh ke kanan dan kiri. Sambil melihat ke arah awan yang mulai berawan.

"Kira kira kalo aku ke halte bakal keburu gak ya? Ntar kalo hujan basah dong." Ucap Naraya pelan.

Sebaiknya Naraya cepat bergegas ke Halte sebelum hujan Turun. Akhirnya Naraya berjalan dengan sedikit berlari menuju kearah halte.

Sesampainya di halte. Keadaan halte sepi. Cuma ada ibu ibu yang sedang duduk sendirian disana.

Naraya berjalan menghampiri ibu ibu tadi dan duduk disebelahnya.

"Mau pulang neng?" Tanya ibu ibu tadi kepada Naraya.

"Iya bu." Jawab Naraya sopan.

"Gak bareng pacarnya neng?" Tanya ibu ibu itu lagi.

"Heheheee. Engga bu." Jawab Naraya kikuk.

Nasib orang jomblo mah gini. Sendiri mulu. Ucap batin Naraya.

Saat asik berbicara dengan batin sendiri, sebuah bus datang. Tapi tujuannya tidak sama dengan tujuan Naraya.

Beda tujuan. Kek perasaan Rhea sama tuh kakak kelas. Kalo gue sama Nataya mah udah pasti. Batinnya bergumam tanpa henti sambil tersenyum sendiri.

"Ga naik neng?" Ibu ibu tadi menoleh ke arah Naraya yang masih setia duduk di tempatnya.

"Beda tujuan bu." Naraya hanya menjawab seadanya.

"Ohh gitu ya. Kalau begitu Ibu duluan ya neng." Ucap Ibu ibu itu sambil berjalan ke arah bus dan masuk kedalam bus.

Ibu ibu itupun pergi bersama dengan perginya bus tadi. Meninggalkan Naraya sendiri di tempat itu.

Kini Naraya sendiri. Ditemani rintik hujan yang mulai turun. Membasahi jalanan dengan perlahan tapi pasti.
Perlahan hujan semakin deras. Dan jalanan mulai sepi. Bisa dipastikan bus akan terlambat datang.

"Nasib gue kurang beruntung nih keknya." Ucap Naraya pelan sambil menoleh keadaan disekitar. Tak ada satupun orang yang lewat disana. Menyisakan Naraya sendiri.

Tapi sepertinya keadaan tidak berpihak pada Naraya. Kepalanya mulai terasa sakit, sakit seperti tertimpa sesuatu. Naraya mengerang kesakitan, tapi derasnya hujan membungkam semua.

Darah segar mengalir dari hidungnya, Naraya mencoba mengusapnya asal, tapi tetap saja tidak berhenti. Ditambah sakit dikepalanya yang tak bisa dia kontrol. Lama lama pandangannya semakin kabur.

Dia mencoba menyadarkan diri untuk tidak kehilangan kesadaran di tempat ini. Kalau tidak ada yang menolong kan gawat. Tapi sakit kepalanya mendominasi semua. Membuat pandangannya kabur dan gelap seketika.

Entah setelahnya Naraya tak tau apa yang akan terjadi pada dirinya.

.
.

Ohh haii. Pada nungguin ga si. Ya semoga suka deh ya sama ceritanya.

Jember

.
Icha

NARAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang